Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keinginan Putri Bungsu Raja Song
***
"Qian! Bawakan air itu kesini."
"Iya Nek."
Seorang bocah kecil berusia 7 tahun yang sedang berdiri di atas sebuah balok dengan satu kaki di angkat ke atas dan satu lagi berpijak di atas balok segera melompat turun ke tempat penampungan air, dia mengambil dua ember kecil air itu kemudian melompat dari balok ke balok hingga sampai di tempat sang Nenek.
"Ini nek!" kata bocah tersebut.
"Sebentar lagi kakekmu akan datang, jika nanti dia bertanya kamu berlatih apa saja seharian ini, kamu jawab saja jika kamu sedang berlatih Jurus Tendangan Kaki Naga, ingat itu."
Bocah laki-laki itu mengangguk kemudian dia membantu nenek tersebut memasak, bocah tersebut adalah Song Lin Qian yang kini sudah berusia tujuh tahun, karena sejak usia lima tahun dia sudah dilatih, tidak heran jika dia sudah menguasai ilmu meringankan tubuh di usia 7 tahun.
"Kenapa kakek selalu menolak jika aku ingin ikut turun dengannya?" tanya Song Lin Qian.
"Masih belum saatnya Qian, kehidupan di luar sana sangat keras, saat ini kamu masih belum begitu kuat untuk bisa bertahan melawan kerasnya kehidupan dunia luar! Suatu saat nanti jika kamu sudah beranjak dewasa dan berhasil menjadi Pendekar Petarung hingga Ahli, kamu baru bisa turun gunung," kata Nenek itu yang tidak lain adalah Yuwen.
"Itu terlalu lama sekali Nek," kata Song Lin Qian.
Yuwen tersenyum lembut kemudian berkata, "Bersabarlah, hari itu pasti akan datang juga, selama kamu giat berlatih dan menguasai jurus Pukulan Penghancur Gunung, kamu sudah berhasil menjadi Pendekar Kelas 3 dalam waktu dekat," kata Yuwen.
Tingkat Pendekar dibagi menjadi 6 Tingkat, yang pertama Tingkat Jiwa Pemula Kelas satu, dua, dan tiga. Dan Tingkat yang Kedua adalah Tingkat Jiwa Petarung, yang ketiga adalah Tingkat Jiwa Ahli, yang keempat adalah Tingkat Jiwa Raja, yang kelima adalah Tingkat Jiwa Kaisar, dan yang keenam adalah Tingkat Jiwa Pertapa.
Tingkat Jiwa Pemula Kelas satu adalah awal mula memulai pelatihan, dan itu belum disebut sebagai Pendekar, banyak metode pelatihan yang diajarkan kepada murid-murid yang masih jadi pemula kelas satu, mulai dari latihan pernafasan, latihan pelemasan tubuh, dan latihan meringankan tubuh.
Setelah naik ke kelas dua, maka murid tersebut sudah bisa disebut sebagai setengah Pendekar, biasanya di Kelas dua sudah menguasai beberapa hal seperti, memiliki kelenturan tubuh, mampu mengatur pernafasan, dan juga sudah menguasai ilmu meringankan tubuh.
Untuk di kelas tiga sudah bisa disebut sebagai seorang Pendekar, karena pendekar kelas tiga sudah memiliki banyak keahlian dan menguasai beberapa ilmu beladiri, dan dari kelas tiga inilah waktunya untuk diasah agar bisa menjadi Pendekar Petarung yang sesungguhnya.
Setelah berhasil menjadi Pendekar Jiwa Petarung, mulai dari tingkat ini tentu sudah sangat berbeda, Tenaga Dalam seorang Pendekar di Tingkat Pendekar Jiwa Petarung sangatlah besar, tentu tidak mudah untuk bisa berhadapan dengan Pendekar Jiwa Petarung, bahkan andai pun ada dua Pendekar Jiwa Petarung yang sedang melakukan pertarungan, pemenangnya akan sangat sulit untuk ditebak, karena secara Tingkatan, jumlah tenaga dalam mereka hampir sama, hanya ilmu beladiri nya saja yang berbeda-beda.
Saat ini Song Lin Qian sudah berhasil sampai ke Tingkat Jiwa Pemula Kelas dua, dan mengenai Ilmu meringankan tubuh Song Lin Qian sudah setara dengan kelas tiga.
Untuk ilmu beladiri yang sudah dikuasai oleh Song Lin Qian baru ada dua jenis, yang pertama adalah jurus milik Feng Feng yaitu Jurus Pukulan Penghancur Gunung, dan yang kedua adalah milik Yuwen, yaitu Jurus Tarian Dua Pedang.
Saat ini Fang An mulai di latih ilmu beladiri dari Kitab Naga Langit dari Jurus Kaki Naga, yang harus dilatih saat ini adalah Jurus Tendangan Kaki Naga yang memiliki empat jurus yang berbeda, namun saat ini Song Lin Qian harus mempelajari yang pertama terlebih dahulu sebelum masuk ke jurus Kaki Naga yang kedua.
Tidak semua jurus Naga Langit akan mampu dipelajari dengan cepat oleh Song Lin Qian, walau dia cukup beruntung bisa berlatih Kitab Naga Langit sejak dini, namun setiap tahapan jurus Naga Langit memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
"Sebentar lagi obatnya akan matang, siapkan tempat untuk memisahkan airnya ini Qian," kata Yuwen.
Song Lin Qian segera mengambilkan tempat untuk menaruh ramuan obat yang Yuwen buat untuk membantu Song Lin Qian dalam latihannya.
Setiap pelatihan untuk menjadi seorang Pendekar tidak hanya di dapat dari latihan keras, butuh bantuan lain berupa obat atau Pil khusus untuk para Pendekar, obat itu bisa membantu mempercepat untuk menambah Tenaga Dalam di dalam tubuh yang nantinya akan mampu naik ke Tingkat berikutnya.
Tidak sembarang obat bisa digunakan, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membuatnya, sedangkan Yuwen hanya sedikit menguasainya.
Mereka berdua bersama-sama menyelesaikan pembuatan obat hingga hampir sore, sedangkan dari bawah terlihat Feng Feng yang datang perbelanjaan sehari-hari.
"Kakek, Qian bantu kek," kata Song Lin Qian seraya mengambil beberapa barang bawaan Feng Feng.
"Apakah kamu masih giat berlatih saat aku tidak ada di rumah?" tanya Feng Feng.
"Iya kek, aku tadi berlatih Jurus Tendangan Kaki Naga," jawab Qian.
"Bagus-bagus!" ucap Feng Feng.
Yuwen segera mengambilkan minuman untuk Feng Feng sedangkan Song Lin Qian memindah barang-barang yang Feng Feng bawa ke dalam rumah.
"Besok aku tidak akan turun Gunung dulu, mulai besok aku akan memulai latihan kembali untuk Qian, aku ingin dia bisa menguasai Pukulan Penghancur Gunung dan Tarian Dua Pedang nya," kata Feng Feng.
Yuwen mengangguk setuju, mengingat sekarang Song Lin Qian sudah berusia tujuh tahun, sudah waktunya dia dilatih dengan pelatihan yang lebih keras lagi.
Kehidupan kecil Feng Feng dan Yuwen bersama Song Lin Qian benar-benar terlihat tenang dan damai, namun tidak untuk Kerajaan Song.
Sejak lima tahun terakhir, Kerajaan Song semakin melemah, dan akibatnya Kerajaan Qin sudah mulai bergerak dan sedikit demi sedikit mulai memperluas wilayah mereka.
Raja Song yang tidak terlalu Fokus memimpin Kerajaannya membuat kekuatan militernya juga menurun, hal itu membuat banyak orang yang beranggapan jika Raja Song sudah tidak lagi becus menjadi Raja, dan beberapa orang mulai membentuk kelompok untuk menggulingkan Raja Song.
Tentu saja ada beberapa orang dalam yang juga menjadi biang keladinya dan mulai menghasut para rakyat hingga para Pendekar untuk menyuarakan suara mereka meminta agar Raja Song turun dari jabatannya.
Ada juga yang menyalahkan Sang Permaisuri yang tidak mampu memberikan keturunan sehingga Kerajaan tidak memiliki calon pengganti yang baru, hal itu juga berhasil membuat Sang Permaisuri merasa malu serta ikut merasa bersalah.
Saat ini Raja Song duduk di ruangan pribadinya dengan termenung menatap keluar jendela, dan dari belakang, ketiga putrinya datang menghampiri Raja Song.
"Ayah, apa yang sedang ayah pikirkan?" tanya seorang gadis berusia 15 tahun.
Raja Song menoleh dan menatap wajah anak gadisnya yang sudah tumbuh menjadi seorang gadis belia dengan paras wajah yang cantik, dia adalah Putri pertamanya yang bernama Song Lie Hua.
"Aku hanya memikirkan masa depan Kerajaan dan juga rakyat kita Hua'er," jawab Raja Song.
"Apakah ada sesuatu yang bisa kami lakukan untuk bisa menghibur ayah?" tanya seorang gadis berusia 11 tahun, dia adalah Putri keduanya yang bernama Song Xi Yifei.
Raja Song tersenyum lembut seraya menjawabnya, "Tidak ada yang perlu kalian lakukan, ayah sudah terbiasa dengan hal ini," jawabnya.
Gadis kecil berusia tujuh tahun segera duduk di pangkuan Raja Song seraya berkata, "Ayah jangan sedih lagi, kata guru jika keseringan sedih akan cepat menua," ucap gadis kecil itu yang tidak lain adalah Song Xihua.
Berkat didikan Raja Song, ketiga Putrinya itu tumbuh menjadi anak yang berkepribadian sangat baik seperti ayahnya, dan Raja Song tetap memberikan kasih sayang kepada mereka bertiga secara adil dan tidak membeda-bedakan mereka bertiga.
"Apakah ayah masih yakin jika adik pasti akan kembali?" tanya Lie Hua.
Raja Song terdiam sesaat mendengar pertanyaan Lie Hua, dan raut wajahnya kembali terlihat murung jika teringat kejadian tujuh tahun yang lalu.
Lie Hua jelas masih ingat jika dirinya memiliki adik laki-laki yang telah lama menghilang, sedang Xi Yifei tidak begitu mengingatnya, sebab saat itu usianya masih 4 tahun, apalagi Xihua, dia yang paling bungsu sehingga sama sekali tidak tahu jika dia pernah memiliki seorang kakak laki-laki.
"Maafkan Hua'er Ayah, Hua'er tidak bermaksud untuk membuat ayah sedih," kata Lie Hua.
"Tidak apa-apa Hua'er! Jujur di dalam hati kecil ayah merasa jika adikmu masih hidup, ini adalah keyakinan batin seorang ayah kepada anaknya," jawab Raja Song.
Xi Yifei dan Xihua hanya memandangi ayah dan kakak perempuan mereka yang sedang membicarakan Song Lin Qian, keduanya seperti kebingungan, hanya saja Xi Yifei samar-samar sedikit mengingat jika dulu dia memang memiliki saudara laki-laki.
"Apakah hari ini kalian tidak belajar?" tanya Raja Song.
"Kami sudah belajar ayah, hanya saja adik Xihua sering membuat masalah saat sedang belajar," jawab Xi Yifei.
"Apakah itu benar Xihua?" tanya Raja Song.
"Benar ayah," jawab gadis kecil itu.
"Tapi kenapa kamu selalu membuat keributan?" tanya Raja Song.
"Aku tidak ingin duduk belajar tentang hal yang membosankan," jawab Xihua.
"Lalu kamu ingin belajar apa?" tanya Raja Song.
"Aku ingin belajar ilmu beladiri dan menjadi pendekar," jawabnya.
Raja Song jelas terkejut mendengarnya, dia memang tahu jika Xihua sangat suka melihat para prajurit yang sedang berlatih tanding, bahkan diam-diam Xihua sering mengikuti gerakan para prajurit yang sedang berlatih.
Hanya saja Raja Song beranggapan jika mungkin Xihua hanya bermain-main saja, namun sekarang keinginan putri Bungsu Raja Song itu benar-benar ingin menjadi seorang Pendekar.
"Jika memang itu adalah cita-cita mu maka ayah tidak akan melarang mu, jika kamu memang ingin berlatih ilmu beladiri dan menjadi pendekar, ayah akan mengirimkan mu ke Perguruan Bunga Biru, bagaimana?" tanya Raja Song.
Xihua langsung kegirangan setelah ayahnya mengizinkan dirinya untuk mewujudkan apa yang dia inginkan, Raja Song di mata ketiga putrinya adalah sosok ayah yang sangat baik dan penyayang sehingga ketiga putrinya sangat menyayangi Raja Song.
"Setidaknya salah satu anggota keluarga Kerajaan ada yang memiliki ilmu beladiri untuk melindungi keluarga kita nantinya! Kejarlah apa yang menjadi cita-cita kalian, apapun itu selama itu bukan jalan yang salah, ayah akan selalu mendukung kalian," kata Raja Song kepada ketiga Putri-putrinya.
"Terima kasih ayah, kami sangat menyayangi ayah," kata ketiga putri Raja Song, dan ketiga-tiganya memeluk ayah yang mereka cintai.
Bukan dengan kemampuan ya Thor 😁😁😁😁.?????
PD kali bilang Qian teman 🤣🤣🤣
Dia itu malaikat maut yang datang menjemputmu, Zhiu Fan.
😇
Siapa yang menitipkan sedikit keangkuhan...?!
Pelit amat angkuh sedikit aja pakai di titipkan 🤣🤣🤣