Elsa dan Miller selalu menempuh percintaan nya dengan banyak Duka dan Luka.
sampai teman yang di dekatnya ikut merasakan pusaran cintanya yang tak kunjung menemukan arti bahagia.
Mereka berawal dari teman kecil sampai membawanya ke jenjang percintaan nya yang lebih serius, namun seketika ada suatu kejadian yang dimana membuat mereka ikut merasakan kejahatan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35.
Ibu Lisa yang tengah terisak-isak dikejutkan suara langkah kaki yang mengarah ke arahnya perlahan suara itu semakin menguat "Kalian kenapa?" Pekik Ayunda tiba-tiba yang membuat ibu Lisa menoleh "Kamu siapa?" Jawabnya polos
Ayunda memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama sekolahan "Kamu dari SMA Yadika?" Tanya Bu Lisa yang terhentak
"Iya bu, saya pindah ke SMA Yadika kemarin bersama kakak" Jawab Ayunda sambil menggigit bibir bawah
Tak lama bicara Ayunda melihat Silvi yang sedang berkaca-kaca menetap mengarah nya "Ada apa?" Ucap Ayunda sambil menunduk sedikit karena ke tubuh Silvi yang terlihat mungil seperti botol Yakult
"Ibu kecopetan dan kita mau ke rumah sakit Mahardika jalan kaki karena tidak ada ongkos" Jawab Silvi jujur
Ayunda merubah ekspresi wajahnya dengan mata membulat dan mulut terbuka
"Kakak gapapa?" Lanjut Silvi bicara sambil melihat raut wajah Ayunda, Ayunda reflek dan sadar dari lamunannya
Ayunda mengeluarkan jumlah uang untuk bekal perjalanan "Rumah sakit itu masih jauh dari sini, saya ada sedikit uang buat ibu tolong terima" Kata Ayunda yang menyerahkan uangnya secara paksa mengarah kepada telapak tangan Lisa
"Eh! Gausah dek jangan Repot—" Obrolan Bu Lisa terhenti ketika Ayunda sudah berlari mengarah halte bus "ITU REZEKI BUAT IBU" Pekik ayunda cempreng
"Makasih kakak!!!!" Jawab Silvi berteriak tanpa ragu
"Silvi kau tunggu ya disini, ibu mau ngejar anak itu" Kata Bu Lisa mulai berdiri. Namun dipegang lengan nya oleh Silvi yang selama ada Ayunda terus memperhatikan gerak geriknya "Jangan kejar Bu, biarin aja" Ucapnya
Setelah itu Silvi menggandeng tangan ibunya mencari angkutan umum yang mengarah ke rumah sakit. Tiba di rumah sakit mereka ditunggu oleh Filvi yang jenuh melihat Miller bermain game mobile legends dalam ponselnya
"KAKAK—!" Ketus Silvi tiba-tiba yang memberi jeda ucapannya
"Main sama siapa?" lanjutnya bertanya
"Elsa" Jawab Miller yang masih fokus menatap layar HP nya.
"SURRENDER!!!! CEPET MAIN SAMA KU!" Titahnya galak
Filvi disampingnya menenangkan Silvi dengan pertanyaan kondisi ayahnya yang bisa masuk ke dalam kasus di kepolisian namun disini Miller tidak peduli dengan ayahnya lagi
Silvi memberi penjelasan kalau ayahnya ingin berniat membunuh Meli, Miller terhentak dan tidak fokus bermain "APA!" Melotot nya tajam
Ibunya lanjut menceritakan ayahnya melibatkan teman sekelasnya yang bernama Andita untuk eksekusi Meli yang tak jauh dari rumah sakit
Dalam ceritanya juga Bu Lisa bilang kalau andita dibunuh oleh seseorang remaja yang membawa ayahnya ke rumah kediaman seorang polisi.
Ayah nya meyakini kalau dua pemuda itu adalah anak nya dari polisi itu sekaligus dalang dari rencana brutal nya hingga membuat ayah Miller mendekam di sel tahanan
Miller memilih untuk diam sejenak dan fokus dalam game. Namun setelah Hero nya mati dia menjawab apa yang di ceritakan ibunya "Miller sudah muak Bu, Biar saja ayah dipenjara! Penebusan dosa biar jera" Jawab nya singkat
Miller melihat Hero nya Elsa yang tidak bergerak pada layar kaca ponsel miliknya
Di ruang sebelah tampak nya Elsa fokus mendengar obrolan dari kamarnya seorang diri. Meli berpamitan untuk beristirahat karena besok dia akan bersekolah dan ibunya Elsa keluar untuk mencari makan makan sekaligus angin.
Malam sudah semakin larut yang memaksa mereka menyudahi permainan game moba nya. Elsa mulai tertidur begitu pun dengan Miller. —
Namun disini terlihat raut wajah Silvi yang mungil menggemaskan mengganggu Miller yang mau tidur. "MAIN BARENG SEKARANG!" Posesif nya semakin menggila.
Miller yang terus memanjakan Silvi membentuk Karakternya menjadi posesif ketika bermain game moba.
Beda dengan Filvi yang terlihat duduk manis tenang melihat anime dalam ponsel nya yang sambil ketawa-ketawa sendiri kaya kuntilanak.
"Silvi kakak mau tidur!!" Ucapnya sambil membalikan badan membuang muka. Namun lengan Miller ditabok oleh Silvi dengan keras. "Cepet!" Ketus nya tajam.
Ibunya terlihat sudah tidur lelap karena kelelahan mengurus ayahnya di kantor polisi, Miller meminta Filvi untuk mengajak nya bermain namun di tolak secara dingin olehnya.
"SIBUK!" Kata Filvi yang mengacungkan telunjuknya menempel di bibir memberi isyarat diam karena ibunya lagi tidur.
Secara terpaksa Miller menuruti apa permintaan Silvi dan bermain game moba sampai Filvi tertidur pulas, melihat Filvi yang sudah tidur Silvi mengucapkan sesuatu ke Miller "Kalau tidak ada cewek itu aku sama ibu bakal telat datang ke rumah sakit" Ucap nya santai sambil mematikan ponsel miliknya sehabis bermain.
"Maksudnya?" Ucap Miller bingung
"Waktu pulang dari kantor polisi ibu dicopet dompetnya di bawa kabur, tapi untungnya isi nya cuma uang ongkos aja" Kata Silvi
"Kenapa kamu ga bilang!!" Gumam Miller pelan
Sambil menoleh ke arah Filvi dan ibunya. Silvi bilang kalau gadis yang menolong nya itu orang baik yang sangat cantik.
Miller menyuruh adik posesif nya itu untuk tidur dan berhenti nge halu. "Jahat banget Silvi lagi engga nge halu itu beneran kakak!!" Kata Silvi sambil mencubit pinggang Miller karena kesal.
Dan mereka pun tidur dengan tenang.
Besoknya saat setelah dari pemakaman Andita, Meli kembali ke sekolah bersama Mey yang di belakang nya di ikuti oleh Ansel dan Ayunda yang tengah berboncengan
Meli terus menerus menatap wajah Ansel yang sedang memperhatikan nya dari belakang, meli menstabilkan reaksinya agar tidak terpancing dan saat sudah sampai di sekolah. Ayunda mendadak izin ke guru piket yang ada di sana kalau dia sedang tidak enak badan hari ini
Dia semalaman sehabis pulang les ballet terus mikirin tingkah kejam ayahnya yang mendisiplinkan kakak kembarnya biar jera
Pagi saat berangkat sekolah Ayunda mendadak tidak nafsu makan dan tidak sarapan sampai ke tempat pemakaman yang begitu terik oleh sinar matahari.
Ditambah suasana duka yang menimpa teman sekelas menjadi kacau jiwa dan raganya, "kalau Ansel tidak merencanakan hal bodoh itu, semua nya tidak akan begini" Desis Ayunda
"Kau mulai berhalusinasi" Ucap guru piket yang melihat Ayunda mendadak jadi patung tepat di depannya
Petugas piket menyuruh nya untuk pulang bersama temannya karena kondisi wajahnya yang semakin pucat ditambah dia habis berhalusinasi "Aku bisa pulang sendirian" Respon Ayunda yang mulai terhuyung tubuhnya terhentak ke meja
Ayunda menanda tangani dan memesan ojek online dalam ponsel nya yang membuat petugas piket lega, namun tujuan Ayunda adalah rumah sakit yang dimana Miller dirawat, dia berniat ingin meminta maaf atas kejadian Andita yang telah meninggal terlebih dahulu.
"Pak turun disini saja" Tiba-tiba Ayunda menepuk pundak driver berjaket hijau yang ada di depannya
Saat di jalan terlihat wajah Ayunda pucat dan jalan sempoyongan saat memilih turun untuk jalan kaki "Ah— Aku terbang" Ucap nya rancu
Dan dia mulai kehilangan kestabilan tubuh nya dan jatuh pingsan di pinggir jalan dekat rumah sakit nya Elsa dan Miller dirawat
Gabung yu di Gc Bcm
kita di sini akan ada event dan reward special loh
serta kita di sini akan belajar bareng mengenai teknik menulis dasar yang baik dengan kaka mentor senior kita
caranya hanya wajib Follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm ya.
Thank you.