aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.
apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?
🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
“Bagaimana istriku, apa kamu sudah selesai memeriksanya?” tanya Ivander sambil tersenyum. Dia menoleh ke arahku dan membuat jantungku berdegup kencang.
Tubuh bagian atasnya yang berotot terlihat sangat indah meski ada perban yang melingkar di tubuhnya. Dia menyentuh tanganku dengan tatapan penuh nafsu. “Sayang, kenapa?” ucapnya memperhatikan ekspresiku yang sedang menatap tubuhnya.
“Kamu mau menyentuhnya?” katanya masih dengan tatapan yang sama. Ivander mendekatkan wajahnya. “Sentuh lah sayang jika itu yang kamu inginkan” bisiknya dengan suara yang semakin berat.
Ivander menarik tanganku dan membuatnya berada di atas dadanya. “Ugh!” aku merasa semakin aneh saat dadanya tersentuh olehku dan terasa kokoh. Dia menyeringai melihat reaksiku.
Kemudian dia menarik tubuhku dan membawaku ke dalam posisi yang sulit. Dia menarik dan mengangkat tubuhku dengan mudah hanya dengan menggenggam di bagian pinggang dan kini aku berada di atas pangkuannya dan menghadap ke arahnya.
“Haa.. suamiku” ucapku terkejut dan sangat dekat dengannya. Wajah kami pun hanya berjarak satu jari saja.
Ivander menurunkan pandangannya ke arah bibirku dan menempelkan bibirnya. “Cup” Dia mencium ku dan melepaskannya sambil tersenyum.
Dia membenamkan wajahnya ke pundakku dengan tangan yang melingkar di punggungku. Dia mendekap ku dengan erat. Kemudian dia mengarahkan bibirnya ke leherku dan menciumnya kemudian dia beralih ke telingaku. “Istriku, apa kamu sudah bisa melakukannya?” bisiknya bertanya dengan suara penuh nafsu.
Kali ini aku benar-benar berada dalam masalah karena aku pun merasa sangat ingin di sentuh olehnya. Baik tubuh ini maupun diriku sendiri sangat menginginkannya.
Aku menyentuh wajahnya dengan kedua tanganku dan mengarahkannya untuk menatapku. “Baiklah tapi tidak sekarang suamiku. Aku harus mempersiapkan semuanya, nanti malam datanglah ke kamarku dan kamu bisa melakukannya tapi bisakah kamu bersikap lembut? Aku tidak mengingat apapun dan bahkan sepertinya aku tidak tahu cara melakukannya” jawabku dengan gugup.
Ivander menyentuh tanganku yang sedang menyentuhnya dan tersenyum. “Terimakasih istriku. Aku akan bertahan sampai nanti malam. Hmm” Ivander terlihat sangat senang dan menantikannya.
Kami pun melepaskan pelukan hangat itu dan kembali merapikan pakaian. Setelah itu kami makan siang bersama dengan perasaan yang senang.
Namun aku merasa sangat gugup dimana nanti malam aku harus mempersiapkan sesuatu yang belum pernah terbayangkan akan aku lakukan.
“Istriku, kenapa kamu diam saja” tanyanya sambil memperhatikanku. Saat itu kami masih duduk bersama setelah selesai makan. Aku terdiam sebentar dan berfikir banyak hal. “Ah, maaf suamiku, sejenak aku memikirkan sesuatu” jawabku terkejut.
Ivander tersenyum dan beranjak dari kursinya yang berada di depanku. Dia berjalan ke arahku dengan tatapan yang dalam dan penuh dengan ambisi. Aku tidak tahu apa yang ada di benaknya sehingga dia bersikap semakin membuatku tak bisa berfikir lurus.
Bahkan dengan tatapannya saja membuatku tak bisa mengalihkan pikiranku dan tindakanku yang tak sejalan dengan pikiranku. Aku semakin hanyut dalam perasaan yang sedang berbunga.
“Suamiku, apa yang mau kamu lakukan?” ucapku semakin gugup. Ivander berdiri di belakangku yang masih duduk, kedua tangannya menyentuhku lalu dia mencondongkan badannya.
“Cup” Ivander mengecup ujung kepalaku dan tersenyum. “Istriku, jangan khawatir dan santai saja. Aku akan bersikap lembut nanti malam” bisiknya dengan suara yang rendah.
“Ah, apa?” kataku merasa tergelitik. Ivander pergi begitu saja setelah menggodaku dengan segala tindakannya.
“Haa.. bagaimana sekarang? Dia benar-benar sangat menantikannya. Apa.. apa yang harus kulakukan?” dalam benakku.
Setelah selesai makan siang aku kembali ke kamar dan membaca buku di dekat jendela kamarku. Di sana aku masih berfikir tentang buku yang ku baca saat berada di istana dimana aku sedang menunggu Ivander kembali.
Banyak hal yang baru ku ketahui mengenai hubungan di antara suami istri dalam hal melakukan kegiatan di ranjang. Aku pun sedikit belajar meski hanya singkat dan tak banyak yang sudah terbaca dari buku tersebut.
Namun yang ku tangkap dari yang ku baca, jika ingin melakukannya harus dalam keadaan yang rileks dan jangan tegang namun jika di rasakan oleh diriku sendiri sepertinya itu tidak mungkin karena aku masih merasa tegang dan belum bisa tenang dan berharap waktu berjalan lama sampai malam tiba.
Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu dari depan kamarku.
“Nyonya, ini saya Rose”
“Masuk saja, Rose” ucapku setelahnya.
Rose pun masuk ke dalam kamarku dan membawa banyak hal di tangannya. Aku bingung karena tidak ada hal yang memerlukan semua itu.
“Rose, apa yang kamu bawa?” tanyaku penasaran. Aku menutup buku yang ku baca dan menghampirinya. Dia mengatur posisi barang-barang yang ia bawa seperti masker, scrub dan perawatan tubuh lainnya.
“Nyonya, anda harus bersikap melakukan perawatan hari ini” katanya dengan antusias. Aku masih tidak menyadari apapun. “Memangnya ada apa Rose? Sepertinya tidak ada acara atau apa” kataku masih bertanya-tanya.
Rose tersenyum dan meletakkan peralatan itu dengan perlahan kemudian menatap ke arahku. “Nyonya, bukannya malam ini Nyonya akan menghabiskan malam dengan Tuan?” katanya dengan senyum senang.
Aku sangat terkejut dan teringat akan hal itu. Ivander benar-benar membuatku malu dengan semua itu namun aku merasa sedikit senang dengan perhatian darinya yang memberikan perintah untuk merawat ku.
“A, apa?” aku masih merasa malu dan tak bisa berkata-kata.
Rasanya semua orang di mansion ini tahu akan apa yang akan kami lakukan nanti malam dan aku sudah tidak bisa mundur lagi jika semua ini tidak terjadi.
“Nah, silahkan Nyonya berbaring. Saya akan menyiapkan semuanya” ucapnya sambil tersenyum. Setelah aku menurutinya, satu-persatu pelayan yang lain masuk ke dalam kamarku.
Mereka membawa banyak peralatan dan membawa sebuah kotak besar yang tidak ku ketahui apa isinya. “Tunggu! Apa itu?” tanyaku.
Pelayan itu tersenyum dan mendekatkan kotak tersebut padaku. Kotak hadiah yang terbungkus pita merah. Aku menarik pita merah itu dan membukanya. “A, apa ini?” aku semakin terkejut dengan isinya.
“Ini hadiah dari Tuan Nyonya. Ada pesan di dalamnya, silahkan Nyonya” dia memberikan kertas dari dalam kotak hadiah.
Mereka sangat antusias dan tersenyum melihatku serta Rose pun turut bersemangat dengan hal itu. Mereka sangat senang dengan keharmonisan hubungan kami. Mereka sama sekali tidak mengenali siapa aku yang sebenarnya.
“Kuharap semua sikap dan ketulusan mereka tidak akan berubah jika tahu bahwa aku bukanlah Casandra yang sebenarnya melainkan hanya jiwa yang berada dalam tubuhnya” dalam benakku.
Aku pun membaca tulisan Ivander yang sangat indah. Aku tidak pernah melihat tulisan sebagus itu dan bahasa di tempat ini sungguh asing namun beruntungnya aku bisa membacanya dan mengerti dengan jelas seperti saat aku berkomunikasi dengan mereka.
Sebuah kertas kecil berisi beberapa kata dengan goresan pena yang indah. Aku merasa semakin berdebar saat membacanya.