Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Kok Sibuk
Setelah melakukan interview yang cukup lama, akhirnya Ayna selesai juga. Ia tersenyum bahagia sebab diterima di perusahaan besar itu.
Padahal tadinya Ayna sudah pasrah, saingannya begitu sangat banyak. Ia masih tidak percaya jika ia benar-benar diterima di perusahaan tersebut.
"Selamat ya, Ay." Ucap Rani ikut bahagia. Mereka saat ini sedang makan siang di kantin kantor. Rani tadi mengajak Ayna, karena ingin bernostalgia sebentar dengan teman lamanya itu.
'Kenapa Alex sekarang tidak mau mengangkat teleponku?'
Rani dan Ayna sibuk bernostalgia, tapi tidak dengan Mona. Wanita itu sibuk dengan ponselnya. Ia menelepon Alex tapi tidak pernah diangkat. Saat bertemu langsung, pria itu selalu saja mengabaikannya. Mona menyadari Alex yang mulai menghindarinya.
"Jadi suamimu kerja di mana, Ay?" Tanya Rani disela obrolannya.
Ayna tampak bingung menjawab, apa ia harus mengatakan suaminya juga bekerja di sini.
"Nanti aku kenali sama kamu." Ayna memilih tidak mengatakannya. Lambat laun nanti akan tahu juga.
"Hmm... baiklah. Aku mau beritahu padamu, kalau pacarku juga bekerja di sini, nanti aku kenali deh pacarku sama kamu." Bisik Rani yang diangguki Ayna.
Mata Ayna tertuju pada ponselnya, ada panggilan dari Alex.
"Siapa? suamimu?" Tanya Rani sambil tersenyum.
Ayna mengangguk. "Bentar ya, Ran. Aku angkat dulu."
"Suaminya begitu perhatian ya, pasti menelepon cuma mau bilang jangan lupa makan ya, sayang." Ucap Rani menyenggol lengan Mona.
Mona mengabaikan ucapan Rani, ia masih mencoba menelepon Alex.
'Kok sekarang sibuk?' batin Mona.
"Halo, Mas." jawab Ayna.
"Kamu di mana?" Tanya pria itu dari seberang sana.
"Aku masih di kantor. Tadi aku ketemu teman SMA yang juga bekerja di sini, jadi sekalian makan siang sama dia, Mas." Jelas Ayna dengan wajah berbinar.
"Oh, jadi kamu sudah selesai makannya?"
"Sudah. Mas, sudah makan belum?" Tanya Ayna kembali.
"Belum."
"Kok belum? nanti kalau Mas sakit gimana? aku nggak mau Mas ku sakit!" Ayna segera menutup mulutnya, ia lupa sedang berada di mana.
Rani terkekeh melihat Ayna, sementara Mona menggelengkan kepala.
'Dasar norak.' Batin Mona.
"Sekarang?" Tanya Ayna kemudian.
"Iya, sekarang."
"Ok. Sampai ketemu di sana, Mas." Ayna pun mengakhiri panggilannya.
"Ran, aku pulang dulu ya." Pamit Ayna jadi tidak enak hati pada Rani.
"Iya. Nggak apa, Ay. Besok kan kita ketemu lagi." Rani memaklumi Ayna.
"Cepat kamu pulang, Ay! Nanti Mas mu itu bisa kelaparan lho." Ledek Rani menggoda Ayna.
Ayna jadi tersenyum malu. "Kak, aku duluan, ya." ia juga pamitan dengan Mona.
Mona hanya menjawab dengan anggukan.
'Alex tadi menelepon siapa, sih?' Mona kesal mendapati nomor pria itu tadi sedang sibuk. Begitu ia menelepon, malah tidak diangkat.
'Ada apa ini?' Seorang pria berdiri di depan pintu kantin. Ia sudah berdiri cukup lama memperhatikan ketiga wanita itu.
###
'Mana Mas Alex?' Ayna sudah sampai di parkiran. Alex tadi menyuruh untuk menemuinya di tempat itu.
Tin...
Ayna menoleh ke arah suara, ia pun setengah berlari menuju mobil itu dengan senyum mengambang.
"Mas, aku-"
Begitu masuk mobil, Ayna tidak sempat mengatakan jika ia diterima bekerja. Alex langsung menyosor bibirnya yang begitu dirindukan. Bibir yang selalu membuatnya Alex candu.
"Mas Alex, a-aku mau bilang kalau aku diterima di perusahaan ini. Kita akan satu kantor." Ucap Ayna seraya menekan dada Alex. Pria itu dari tadi tidak memberinya kesempatan berbicara.
"Selamat ya, sayang." Alex jadi merasa tidak enak hati. Semua ini sudah direncanakannya. Melihat wajah bahagia Ayna sekarang, Alex merasa harus jujur. Ia harus mengatakan semua hal tentang dirinya. Agar Ayna tidak terkejut batin nantinya.
"Sayang, aku-" Entahlah, Alex bingung harus mulai dari mana. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Apa dia harus mengatakan jika ia adalah orang kaya?
Atau ia mengatakan jika Wijaya Grup adalah perusahaan keluarganya dan ia yang memimpinnya sekarang?
"Aku apa?" Tanya Ayna manja.
"Aku-, aku sayang kamu." Jawab Alex cepat. Ia tidak bisa berkata panjang lebar, tiba-tiba otaknya buntu. Alex akan membiarkan Ayna tahu tentang dirinya secara perlahan saja.
"Gombal!" Wajah Ayna mendadak merona.
"Sayang, mau melakukan itu di dalam mobil?" Tanya Alex sengaja mengkedipkan mata nakalnya.
"A-apaan sih, Mas?" Ayna memukul dada Alex dengan pukulan manja. Pria itu membuatnya jadi gugup.
"Mas, harus bekerja lho?" Wajah Ayna sudah memerah. Ia tadi sempat membayangkan bagaimana rasanya jika mereka melakukan hal itu di dalam mobil. Selama ini mereka melakukannya hanya di tempat tidur.
"Masih banyak waktu lho, sayang. Ya?" Alex menatap mata Ayna lekat dan tangan pria itu mulai merayap. Satu persatu kancing pakaian Ayna perlahan terbuka.
"Mas!!!" Ayna memegang tangan Alex, lalu matanya hampir keluar memelototi pria yang makin lama makin tampak sifat aslinya.
"Nggak sampai masuk ke dalam, pinggir-pinggirnya saja." Goda Alex dengan wajah yang mulai mesum.
"Aw!!! sakit, Ay." Alex meringis, Ayna mencubit perutnya.
"Sayang, kamu harus bertanggung jawab. Tidurkan dia!"
"Mas Alex... Mesum!!!"
###
"Pak Alex." Ucap Mona begitu melihat Alex memasuki ruangannya. Ia sudah menunggu lama di ruangan itu.
Mona melihat pakaian Alex yang tampak kusut. Tidak seperti biasanya, Alex selalu berpakaian rapi.
"Ada apa?" Tanya Alex dengan nada datar setelah duduk di kursi kebesarannya.
"Sa-saya mau antar laporan dari-"
"Serahkan pada Jo!" Potong Alex segera. Ia mengatakannya tanpa melihat Mona. Matanya malah menatap layar komputer.
"Pak-Pak Alex-"
"Apa kamu tidak mengerti apa yang saya ucapkan? serahkan pada Jo!" Ucap Alex dengan nada tidak senang.
"A-Alex aku minta maaf. Apa kamu marah padaku?"
Alex menghembuskan nafas kasar, lalu ia menatap Mona tajam.
"Aku ingin meminta maaf, jika selama ini aku salah karena sudah mengabaikanmu. Aku serius ingin memulai semua dari awal denganmu." Jelas Mona memberanikan diri menatap Alex.
"Maaf, aku tidak bisa!" Tolak Alex langsung. Ia tidak akan berbasa-basi lagi.
"Ke-kenapa?" Mona kaget, selama ini Alex yang selalu mengejarnya, lalu kenapa pria ini malah menolaknya.
"Karena aku sudah menikah." Alex menunjukkan cincin nikah yang terpasang di jarinya.
"Me-menikah?" Bagai tersambar petir di siang bolong mendengar pria itu katanya sudah menikah.
"Jika tidak ada urusan tentang pekerjaan lagi, silahkan keluar!" Setelah mengucapkan itu Alex kembali fokus pada tanggung jawabnya.
Mona masih terpaku melihat Alex. Pria itu sudah berubah. Ia mengusap air matanya lalu beranjak meninggalkan ruangan itu.
###
Ayna duduk di halte. Tadi Alex ingin mengantarnya pulang, tapi ia menolak. Pria itu tidak boleh mengular saat bekerja. Jika Alex dipecat, mau makan apa dia dan benih-benih cinta Alex nantinya?
"Ayna..."
Ayna tersadar dari lamunan. Perlahan wanita itu menoleh pada orang yang memanggil namanya.
"Ka-kamu?"
.
.
.
Happy weekend 🤩
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘