"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3 : Kabar Buruk
..."Entah seperti apa takdir membawaku, tapi yang pasti, kehadiranmu mampu mengubah cara pandangku terhadapmu."...
...~Arumi Nadya Karima~...
"Haha, kamu ni bisa aja Harun. Sungguh putraku juga sudah tidak sabaran untuk meminang putrimu," ujar Papa Farhan dan langsung mendapat tatapan tajam dari Alaska.
Abi Harun tersenyum, lalu menatap Alaska. "Jadi, ini putramu? Sekarang dia sudah tumbuh dewasa dan tampan seperti dirimu dulu," ucapnya dengan terus menatap wajah Alaska.
"Iya Harun, ini adalah anakku yang dulu saat dia masih kecil pernah dibawa ke sini hanya diam saja di luar, sekarang Alaska sudah tumbuh besar. Tentu saja ini adalah calon menantumu," jawab Papa Farhan sesekali melirik Alaska yang terus saja menatap sinis dirinya.
Seketika Abi Harun tersenyum mendengar penuturan Papa Farhan tentang putranya itu. Lalu, ia pun menatap Alaska kembali, "Apa kamu sudah siap untuk menikah, Nak?" tanya Abi Harun dengan wajah serius.
Alaska melirik sekilas Papa Farhan yang mengangguk memberikan isyarat kepadanya. Dengan nafas berat Alaska menjawabnya, "Iya saya sudah siap!"
"Apa kamu sudah yakin sama putri Abi? Dan menerima semua konsekuensi kedepannya nanti?" tanya Abi Harun kembali membuat Alaska semakin gusar.
"Mau gimanapun nanti, saya terima semuanya karena saya sendiri sudah memilih dia sebagai istri," ucap Alaska. Entah darimana ia bisa mengucapkan kata sopan seperti itu.
Terlihat Papa Farhan sangat kaget dengan jawaban dari Alaska, ia tidak menyuruhnya untuk berbicara seperti itu. Akan tetapi, Alaska cukup pintar menangani semuanya, menjalankan tugasnya dengan bagus.
"Baik kalau begitu, Abi nanti bicarakan ini sama putri Abi yang sedang kuliah Mesir," kata Abi Harun santai dengan sesekali memperhatikan Alaska. Ia lihat bahwa pemuda ini orang yang cukup baik menurutnya.
"Bagaimana kalau kita tentukan tanggal pernikahannya dulu Harun?" tanya Papa Farhan sangat antusias.
"Iya, tapi aku coba bicarakan dulu sama Arumi. Bagaimanapun juga putramu perlu melihat putriku terlebih dahulu untuk menyakinkan," ujar Abi Harun yang ingin tetep mengabari putrinya, walupun sedang tidak ada di rumah.
Triiinng! Tring!
Suara ponsel berbunyi dari saku gamis Ummi Salamah, lalu ia pun mengeluarkannya dan mencoba melihat nama dari ponselnya.
"Abi ini Arumi telpon," ucap Ummi Salamah kegirangan.
"Oh ya? Angkat saja Ummi, kebetulan Abi ingin bicara sama dia," sahut Abi Harun memberikan perizinan.
Kemudian Ummi Salamah mengangkat telpon itu, seketika juga terdengar suara dari sebrang sana. "Hallo Assalamualaikum, maaf Bu dengan keluarga pemilik ponsel ini?" tanyanya di seberang sana.
Kedua alisnya bertaut, nampaknya Ummi Salamah tidak mengenali suara itu. Ia sangat tau betul kalau itu bukanlah putrinya.
"Wa'alaikumsalam, iya saya Umminya Arumi, maaf anda siapa ya? Kenapa bisa ponsel Arumi ada bersamamu? Ke mana putri saya?" tanyanya cukup cemas.
"Maaf Bu sebelumnya, anak ibu mengalami kecelakaan. Pesawatnya jatuh ke jurang, siarannya juga sedang berlangsung di televisi. Banyak sekali korban jiwa, untungnya putri Ibu selamat dan sedang tidak sadarkan diri. Pasien sekarang ada di Rumah Sakit Medika --- Jakarta. Diharapkan Ibu sekeluarga segera kemari!" jelas pemuda di sebrang sana.
"Astaghfirullahaladzim, Arumi! Tidak ini tidak mungkin terjadi pada putriku!" isak Ummi Salamah dengan berderai air mata, tidak kuasa membendungnya lagi.
"Hallo, Apa Ibu baik-baik saja?" tanyanya di sebrang sana, harap-harap cemas dengan keluarga korban.
Tutt! Tuutt!
Seketika sambungan terputus dan pembicaraan meraka pun usai, karena tidak kunjung mendapatkan jawaban. Dan nampaknya baterei ponsel Arumi di sana habis mati total, sehingga pemuda itu tidak bisa berkata lagi.
"Ada apa Ummi, kenapa nangis? Ada apa sama Arumi?" tanya Abi Harun khawatir, tiba-tiba saja Ummi Salamah menangis setelah menjawab panggilan dari putrinya.
"Abi, Arumi hiks! Dia mengalami kecelakan, jatuh dari pesawat yang diterbanginya hiks!" kata Ummi Salamah sembari memeluk suaminya.
Abi Harun, Papa Farhan serta Alaska kaget mengejar itu. Seketika saja mereka berucap, "Astaghfirullahaladzim!"
"Ummi yang sabar ya, sekarang Arumi ada di mana?" tanya Abi Harun terlihat kecemasan dari wajahnya.
"Arumi hiks, dia ada di Rumah Sakit Medika --- Jakarta hiks! Kata pemuda tadi hiks, Arumi tidak sadarkan diri hiks, lalu meminta kami segera ke sana hiks, Abi!" ujar Ummi Salamah tidak kuasa menahan tangisnya.
"Udah Ummi jangan nangis lagi ya? Ayo kita semua ke sana!" ucap Abi Harun langsung diangguki oleh istrinya serta Papa Farhan juga Alaska yang ikut menemani.
...**********...
Tidak membutuhkan waktu lama, hanya menempuh satu jam saja karena Alaska menjalankannya cukup cepat beda dengan tadi yang sengaja diperlambat.
Mereka berempat sudah sampai di Rumah Sakit Medika, seketika mereka masuk ke dalam dengan tergesa-gesa terutama Abi Harun dan Ummi Salamah, sedangkan Papa Farhan langsung sigap menanyakan tempat Arumi dirawat. Beda dengan Alaska yang santai saja karena ia emang tidak sekhawatir itu pada Arumi, kenal saja belum apalagi melihat.
Pada saat meraka sampai di ruang rawat Arumi, kedua orang tuanya langsung masuk begitu saja, lantas diikuti Papa Farhan juga Alaska.
"Arumi, bangun Nak! Ummi kangen kamu," lirih Ummi Salamah sembari memeluk tubuh lemas Arumi yang banyak terpasang alat-alat medis. Melihat keadaannya saja sangat iba.
"Udah Ummi, Arumi pasti sadar kan dia anak yang kuat," ujar Abi Harun menenangkan istrinya walaupun ia juga sangat khawatir.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu ruangan Arumi diketuk oleh sesorang dan itu ternyata dokter yang merawat putrinya.
"Permisi Ibu, Bapak. Kalian semua ini keluarga dari pasien ya?" tanya dokter dengan cukup ramah.
"Iya Dok, kami ini orang tua Arumi." Abi Harun dan Ummi Salamah kompak menjawab.
"Baik, ada yang saya ingin bicarakan kepada kalian semua," ucap dokter yang kini mulai serius berbeda dengan tadi.
"Apa itu Dok? Anak saya baik-baik saja kan?" tanya Ummi Salamah waswas.
"Tolong tenang Bu! Jadi begini, anak Ibu mengalami banyak luka-luka ditubuhnya yang mungkin butuh waktu lama untuk sembuh, karena insiden pesawat jatuh itu membuat pasien hampir kehilangan nyawanya, dan alhamdulillah anak Ibu tertolong. Namun, anak ibu mengalami koma untuk sementara waktu dan saya tidak bisa menentukan anak Ibu kapan sadar dari komanya, hanya Tuhan yang tahu. Banyaklah berdoa untuk kesembuhan pasien," jelas doker panjang lebar supaya keluarga mengerti.
"Innalilahi! Arumi koma? Abi hiks! Putri kita, bagaimana ini Bi? Ummi enggak mau kehilangan Arumi." Ummi Salamah tersungkur lemah di samping suaminya.
"Baik Dok terimakasih untuk semuanya, saya ingin putri saya sembuh. Usahakan yang terbaik ya Dok," ucap Abi Harun penuh harap.
"Baik, akan kami usahakan Pa. Tolong bersabar, karena ini butuh waktu bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan," ujar Dokter bersikap konsisten.
"Tidak apa-apa Dok, yang penting anak saya sembuh," lanjut Abi Harun sesekali menenangkan Ummi Salamah yang masih cemas.
"Kalau begitu, saya permisi. Ada pekerjaan lain yang ingin saya kerjakan," ucap dokter yang berlalu meninggalkan ruangan Arumi setelah mendapatkan perizinan dari pihak keluarga.
"Yang sabar Harun, putrimu pasti baik-baik saja, aku akan tangani semuanya," ucap Papa Farhan sembari sesekali melihat Arumi yang nantinya akan menjadi menantu di keluarganya.
"Dan untuk pernikahan anak kita, putraku akan melakukannya sekarang juga!" lanjutnya yang membuat Abi Harun serta Ummi Salamah terperanjat kaget, mendengar penuturan Papa Farhan yang secara tiba-tiba.