Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 33 Tentang Amelia
“Bagaimana pertemuan kamu dengan Donny”, tanya Amelia begitu Natasya membuka pintu mobil.
“Tidak ada yang berubah”, jawabnya santai. “Dia mencintaiku, dan itu sudah terbukti sejak dulu. Kenapa kau selalu meragukannya”. Seru Natasya, dia kesal dengan kakaknya itu yang selalu berprasangka buruk pada kekasihnya.
“Kau tidak tidur dengannya?”. Natasya menarik nafas, jeda sejenak lalu dia menghembuskanya dengan kasar. “Kau akan menyesalinya, Na”. Melihat reaksi yang di tunjukkan Natasya, adiknya itu pasti tidak melakukan seperti apa yang di katakannya.
“Kenapa hanya itu yang ada di pikiran mu, kak. Dia ingin menungguku tanpa harus meniduriku, dia laki-laki terhormat kau tahu itu kan”.
“Jangan samakan dia dengan kekasih-kekasihmu, mereka ada di kelas yang berbeda. Dan juga aku tidak sepertimu”.
Plak… Amelia menampar adiknya yang menurutnya sudah lancang menghinanya.
“Kau menamparku?” seru Natasya seraya memegangi pipinya. Matanya menatap tajam pada kakak perempuannya.
“Kau tahu kenapa aku melakukannya?, untuk siapa semua itu?. apa menurutmu kau bisa sampai di sini seperti sekarang jika aku hanya diam saja dan tidak melakukan apapun?”.
Natasya tercengang, “apa maksudmu?”. Wajah wanita di depannya itu tampak memerah karena amarah, nafasnya seolah saling berburu.
“Jangan terlalu naif, Natasya. Kau tahu seperti apa dunia yang geluti itu. wajah cantik dan tubuh indahmu itu bukan jaminan kau bisa memiliki semuanya dengan mudah apalagi kau selalu menolak ketika ada boss besar yang mengajakmu tidur bersama”. Gadis itu masih tercengang dengan setiap kata yang di ucapkan kakaknya.
“aku menukar kesuksesanmu dengan tubuhku”.
Deg. Rasa sakit di pipinya menghilang berganti rasa sakit di dadanya. “Aku tidak memintamu melakukannya”, ucapnya dengan suara pelan. Amelia mengehela nafasnya pelan, dia mengusap pipi adiknya yang tadi dia tampar. Gadis itu memeluknya, “Maafkan aku, kak”.
“Sudahlah, kita lupakan saja”. Mereka melerai pelukan, Amelia menghapus air mata di pipi adiknya itu. wanita itu menarik sebelah sudut bibirnya melihat adiknya merasa sangat bersalah padanya, setelah ini dia akan benar-benar membuat adiknya itu menuruti semua ke inginannya.
Tanpa Natasya ketahui, kakaknya itu sangat banyak menghamburkan uangnya untuk kepentingannya sendiri. Bahkan dia sering membayar laki-lai hanya untuk berkencan dengannya. Wanita itu bersedia menemani adiknya kemanapun bukan karena menyayanginya atau peduli padanya, karena dia bisa mendapatkan banyak uang dari pekerjaan adiknya itu. Gadis itu terlalu mempercayakan semua pada kakakknya. Bahkan dia merasa sangat bersalah saat tadi Amelia mengatakan bahwa dia menukar tubuhnya dengan kesuksesannya. Hatinya sangat terpukul. Walau kenyataannya itu hanya karangan Amelia saja.
Natasya memeperoleh apa yang di milikinya sekarang dengan kerja kerasnya, dia mengorbankan masa remajanya dengan berlatih dan terus berlatih. Mengikuti lomba-lomba kecil dalam negeri hingga ke luar negeri. Hingga akhirnya sebuah brand fashion ternama dalam negeri memberinya kesempatan mempromosikan produk mereka sebagai brand ambasador. Dari situlah awal karirnya, dan di disitulah dia bertemu Donny yang terpesona dengan wajah cantiknya dan ketulusannya dalam bekerja.
Natasya pernah mendapati Donny membantunya mendapatkan kontrak kerja yang sangat besar, harga dirinya merasa terlukai dengan itu. dia tidak ingin Donny ikut campur dalam pekerjaannya. Sejak saat itu dia tidak ingin lagi Donny membantunya. Dia ingin membuktikan pada laki-laki itu kalau dia bisa mendapatkan mimpinya tanpa campur tangan tangannya.
Saat itu teman baiknya yang menjadi managernya, tapi sesuatu terjadi pada temannya itu hingga Amelia lah yang menjadi managernya sampai sekarang.
Donny pulang larut malam, pertemuannya dengan Natasya akhir-akhir ini tidak membuatnya merasa nyaman seperti biasanya. Laki-laki itu masuk ke kamar dan mendapati istrinya sedang tertidur dengan damainya.
Semua perasaan lelah di tubuh dan hatinya menguap begitu saja memandangi wajah tenang istrinya. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat, tangannya terulur membelai lembut rambut gadis itu yang terurai tak beraturan. Rasa kantuk yang menyerang membuatnya tertidur dengan jarak yang begitu dekat dengan istrinya.
Mia merasakan ada sesuatu yang berat menindih perutnya, perlahan dia membuka matanya dengan setengah sadar dia melihat sebuah lengan kekar tengah melingkari perutnya. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan… dia terkejut bukan main mendapati suaminya sedang memeluknya.
Mia menyingkirkan tangan itu dari perutnya dengan pelan, tidak ingin membangunkan Donny dan membuat hubungan mereka menjadi canggung kalau saja Donny melihat kejadian ini. Mia tahu Donny pasti tidak sengaja melakukannya.
Gadis itu memperhatikan laki-laki yang masih tertidur itu, laki-laki itu masih dengan kemeja dan celana berbahannya . ‘Sepertinya dia benar-benar lelah sampai berganti pakaian pun dia sudah tidak punyak kekuatan’. Mia menggeleng lalu berjalan menuju kamar mandi.
Donny sedang duduk di pinggir tempat tidur dengan ponsel yang menempel di telinga kirinya saat Mia keluar dari ruang ganti.
“Mas nggak ke kantor?” Gadis itu mengernyit melihat Donny masih dengan pakaian biasa.
“Ke kantor, tapi agak siang”.
“Mas sakit”, gadis itu mendekat dan refleks meletakkan punggung tangannya di kening Donny. “Nggak panas”.
“Nggak apa-apa, hanya pusing sedikit”, Mia ikut duudk di samping Donny. “Maaf”, ucapnya.
Donny mengernyit, “Untuk apa?”.
“Pasti karena kemarin aku bikin masalah, Mas Donny jadi kepikiran sampai sakit. Iya kan?”. Donny tersenyum dan menggeleng. “Nggak, bukan karena kamu”.
“Saya nggak apa-apa”, laki-laki itu meyakinkan istrinya. “Benar?”. Donny mengangguk. Gadis itu lalu berdecak.
“Kenapa?” Tanya Donny.
“Aku sudah sering bolos kerja sih”. Jawabnya
“Memang kenapa?”
“Aku mau jagain Mas Donny di rumah”. Donny tersenyum lagi, tidak terasa lagi pusing di kepalanya. Berbincang dengan Mia walalu hanya tanya jawab singkat seperti ini ternyata membuatnya sedikit lebih baik.
“Ke kantor gih, Leo pasti sudah menunggu kamu”. Gadis itu berdiri dan merapikan rambutnya, “Aku pergi ya, Mas. kalau memang nggak sehat, nggak usah ke kantor. Mas Donny kan bossnya”. Donny menjawabnya dengan senyumnya. Dia memandangi gadis itu sampai menghilang di balik pintu.
Saat akan turun ke bawah, Mia tidak sengaja berpapasan dengan Alfandy dan juga Dokter Rafael.
“Pagi, Mi”, sapa Dokter Rafael. “Mau ke kantor”.
“Iya”, jawabnya singkat, pandangannya bertabrakan dengan Alfandy. Mia jadi salah tingkah di buatnya.
“Dokter sudah di tungguin sama Mas Donny di kamar”, ucapnya agak terbata. Dokter Rafael lalu pamit dan langsung menuju kamar utama.
“Al…” seru Mia, gadis itu berjalan menuju Alfandy yang masih diam di tempatnya.
“Bukan salah aku yah Mas Donny sakit, ini salah kamu yang nggak becus jagain Tuan Kamu”, Mia meliriknya tajam sebelum berlari kecil menuju ruang makan untuk sarapan. Gadis itu tidak mau Al menyalahkannya lagi atas sakitnya Donny, walaupun dia akui beberapa hari ini dia sering membuat Donny menarik nafas panjang karena kesal padanya.