Araa frendzone Berlin mau tak mau harus menukar posisi mengantikan kakak tirinya Catlin frendzone Berlin untuk menikah dengan CEO sekaligus mafia berdarah dingin🥶.
Aston zesnard Phoenix lelaki berusia 30 tahun yang kini duduk di bangku kebesarannya menawarkan pernikahan kepada Lelaki tua yang perusahaannya di ambang kebangkrutan.
Bima frendzone Berlin tidak memiliki cara lain menyelamatkan perusahaannya kecuali dengan menerima penawaran lelaki di hadapannya ini.
Haruskah dia menyerahkan satu putrinya??
Lalu siapa putri yang akan menjadi istri aston??
Bagaimana ceritanya? Yuk ikuti novel mom lin sekarang dan nikmati alurnya jangan lupa like komen dan vote💋💋💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
S****iapa Sosok Pria Ini?
seseorang di dalam kamar sedang gelisah, Araa bergeser ke kiri dan ke kanan, tidak bisa tidur. menutup mata lalu membukanya, tetap tidak bisa juga, sambil menatap langit-langit kamar, dia memikirkan sikap Aston seharian ini padanya.
"Dia menciumku tiga kali Hari ini, itu artinya bibirku sudah tidak suci tiga kali berturut-turut, bukan-bukan. memang sudah tidak suci di ciuman pertama." ahhh Tuan kenapa Anda plin plan sekali omongannya.
Dia kenapa ya, padahal nekat sekali menyerangku dengan embel-embel menyalahkanku habis itu dia sendiri menyudahi dan terlihat kesulitan nafas, ada apa dengannya.
Meraih bantal memeluknya sambil tidur menyamping, tidak nyaman, Araa mencari posisi yang sekiranya nyaman.
pikirannya berlarian sekarang, banyak yang ingin dia katakan pada Aston sekedar meminta izin pria itu, tapi bagaiamana bisa. tindakan Aston yang melanggar kontrak saja sudah membuat Araa melupakan semuanya jika berada di dekat Aston.
semakin rumit saja kalau seperti ini, aku bisa dipecat sama bos gimana, akhhhh kepalaku hampir pecah. terus belum lagi besok harus hadapi Dona, pasti ada saja kejutan di hari esok yang membuatku jadi pembohong handal, "padahal aku selama ini selalu jujur pada Dona, huhu Tuan Anda tanggung jawab nggak." memangnya aku bisa mengharapkan apa dari pria gila itu, semakin mesum saja otaknya.
gunanya kontrak bodoh itu apa cih, sudah kuduga akan seperti ini, awas saja kau menyentuhku sembarangan, ku panggang kau hidup-hidup nanti yang mulia, Araa memangnya kamu bisa melakukannya, didekatnya saja jantungmu hampir copot, sorot mata itu melihatku saja rasanya ingin sekali pingsan.
tiba tiba pintu kembali dibuka.
Aston masuk, melangkah sambil memegang tangannya yang hanya dibalut dengan perban, belum dikasih obat apapun. sebelumnya Jack sudah akan memanggil Bi Dini, namun Aston mencegahnya. biarkan begini saja, tidak usah merepotkan Bi Dini atau kau juga diam disitu Jack, ini hanya luka kecil.
dia masuk, tangannya kenapa diperban begitu, apa yang terjadi padanya saat keluar, apa dia sedang marah atau berkelahi, tapi dengan siapa.
"kenapa melihat saja, tanganku luka begini dimana pedulimu, itu saja harus dikasih tau segala." ucap Aston dengan nada ketus.
"iya iya Tuan, saya ambilkan kotak obat dulu, Anda tunggu sebentar." saya peduli Tuan tapi kalau saya menyentuh Anda, bagaimana jika Anda marah lagi, baik biar saja saya salah terus.
Araa meraih kotak obat yang ada di kamar mereka, berjalan ke arah Aston sambil menentangnya, meletakkan kotak obat tersebut di samping Aston, Araa kembali melangkah keluar mengambil baskom berisi air untuk mencuci tangan Aston terlebih dahulu sebelum diberi obat.
Baskom berisi air sudah ada di depan mereka saat ini, "Tuan saya izin memegang tangan Anda ya." Araa meraih tangan Aston disaat pria itu hanya diam mempersilahkan Araa melakukan apapun ke tangannya.
Araa mencuci tangan Aston lalu menyekanya dengan handuk kering.
"cantik." ucap Aston tanpa sadar.
"Tuan mengatakan sesuatu?" Dia memujiku cantik, hahaha aku cantik kan Tuan, kenapa baru sadar.
"Tidak ada." ucap Aston cepat.
"Oh sepertinya saya salah dengar ya Tuan, yasudah... mungkin hantu di kamar ini sedang terpesona akan parasku sampai mengataiku cantik, aku saja sampai dengar loh, apa Tuan dengar juga." dasar tidak mau mengaku, akui saja apa susahnya.
"Ahh hantu jangan melihatku begitu, aku kan jadi salah tingkah, nanti tangan Tuan Aston kenapa-napa gimana." Araa menyunggingkan senyum malu-malu sambil meneteskan obat pereda nyeri.
"Kau sedang mengataiku kan, akhhh!! hei pelan-pelan, itu sakit dan perih tahu." mulai deh lebaynya, padahal lukanya tidak seberapa.
"Maaf Tuan, tapi saya mengatai hantu yang barusan bilang saya cantik, memang Tuan hantunya? jadi benarkan Tuan yang bilang saya cantik." kena kau.
"cepat! saya mau tidur, lama banget." wanita ini memang pandai sekali membolak-balikan omongan orang lain, tapi itu membuatmu semakin imut dasar.
"sudah selesai Tuan, silahkan Anda istirahat, saya bereskan ini dulu." mengaku saja susah, kemudian Araa meletakan benda-benda itu ke tempatnya semula.
dia melangkah menuju ranjang dan mulai berbaring. tidur saja Anda masih sangat tampan bahkan berkali-kali lipat Tuan, kalau saja mulut Anda tidak ketus pasti Anda orang nomor satu tertampan sih menurutku, mulutmu Araa untuk aku kagum sih pada ketampanannya.
"tidur sana, jangan melihatku terus seperti itu. " ucap Aston dengan mata tertutupnya.
"iya baik tuan." kirain Anda sudah tidur, dasar.
'nanti besok aku coba berbicara dengannya, semoga saja dia mengizinkan, pokoknya harus, itukan urusan pribadiku.' gumam Araa matanya sudah tertutup rapat.
malam yang indah, Aston berbalik menyapu setiap inci wajah Araa, sungguh sempurna gumamnya, Ia menarik tubuh Araa hingga jatuh kedalam pelukannya, tidak mendapat penolakan karena Araa sudah tertidur rupanya, Kedua insan kembali menutup mata menemui mimpi Masing-masing diujung sana, mimpi apakah itu, hanya Aston dan Araa yang mengalaminya hehe
disudut lain.
"Araa Frenzonde Berlin, nama yang indah seperti parasnya, susah payah aku menarik perhatianmu tapi kenapa hanya ada tatapan biasa saja yang kudapatkan, dan sampai kapan aku terus bermain dengan wanita bajingan seperti ini, Catlin cih.... jangan berharap lebih dari sentuhanku, jangan berfikir aku mencintaimu karena malam yang sudah kita habiskan, Andai saja malam itu aku tahu kau bukannya Araa, tidak akan sudi aku menyentuhmu, tapi tak apa karena tubuhmu lumayan untuk seorang jalang." ucap seseorang di ruang kerjanya sambil menatap selembar foto wanita dengan paras cantiknya.
"waktu itu kalau kerjamu becus Al, dia pasti jadi milikku sekarang, aku sangat mencintainya Alan." ucapnya lagi.
"maafkan ketidakbecusan saya Tuan." ini kesalahan pertama Alan dalam kinerjanya dia bisa se ceroboh itu.
bersambung.........