Alyssa tidak menyangka jika kedatangan nya kerumah sang mertua adalah untuk diceraikan oleh sang suami. Dan lebih tragisnya lagi, disaat ia dijatuhi talak 1 itu disaksikan langsung oleh calon istri baru dari suaminya. Tanpa disangka-sangka ia menjadi Janda dalam hitungan menit. Apa alasan sang suami menceraikan Alyssa? itu semua karena Alyssa tidak bisa menjaga penampilan nya sehingga memiliki badan gendut tak terawat. Hal itu lah yang memicu keinginan cerai dari suami nya. Padahal ia gendut karena ada faktor penyebabnya, namun semua itu disangkal oleh Reza, suami Alyssa. Dia tetap ingin berpisah.
Bagaimana kah kehidupan Alyssa setelah diceraikan secara tiba-tiba oleh suami nya? Bisa kah Alyssa bangkit dari keterpurukannya? mari kita temani perjalanan hidup Alyssa selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Meleleh Saat Melihatnya
POV Alyssa
" Alyssa, kamu cemburu? "
Tubuh ku terasa membeku. Berdekatan tanpa jarak seperti ini, ditambah tatapan yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Tatapan cinta.
Aku berusaha mendorong tubuh Darren agar menjauh dari ku. Ya, mulai sekarang aku akan memanggil namanya saja karena dia sendiri yang meminta supaya aku tidak bicara secara formal pada nya.
Tubuh tegap berotot itu sama sekali tidak bergerak karena dorongan ku. Ah, sial! Bisa gila aku kalau lama-lama dalam posisi ini.
" Minggir, saya masih banyak pekerjaan. "
Aku masih berusaha mendorong tubuh Darren dengan sekuat tenaga, dan berhasil. Pria itu melepas rengkuhan nya dari pinggang ku. Hanya tatapan nya saja yang tidak lepas dariku.
" Jawab dulu, Alyssa. Kamu cemburu mendengar apa yang di ucapkan Raisa? "
Darren kembali mengulang pertanyaan nya tadi. Jujur, aku bingung ingin menjawab apa. Karena perasaan ku pun aku tidak tau bagaimana. Ada sedikit rasa kesal, kecewa, dan sedih. Tapi otak ku menyadarkan, jika kami belum memiliki hubungan resmi sehingga apapun yang di lakukan pria ini bukalah menjadi urusan ku.
Aaarrrrgggghhh..
Aku berteriak di dalam hati. Aku bingung.
" Sa, kalau kamu masih diam maka akan aku anggap kamu memang cemburu. " sambil tersenyum Darren mengatakan itu pada ku.
" Nggak. Siapa bilang aku cemburu. Kita nggak punya hubungan apa-apa kan? Jadi sekalipun kamu mau tidur dengan seluruh wanita di negara ini, itu bukan urusan ku. Minggir! " Aku menjawab dengan ketus lalu berjalan melewati nya dan kembali ke meja ku.
Darren hanya menatapku setelah itu dia pun pergi menuju ruangan nya. Aku menghela napas lega, akhirnya pria itu pergi juga dari hadapan ku.
Aku menelungkupkan kepala di atas meja. Entah apa yang terjadi pagi ini, tapi hal itu membuat hatiku tidak nyaman. Apa benar aku cemburu? Tapi tidak mungkin. Aku belum mempunyai perasaan apapun pada pria itu.
Karena mood ku masih kurang baik, aku memutuskan untuk ke pantri yang berada di lantai 17. Aku masuk ke dalam lift dan menyandarkan tubuh di dinding lift. Aku kembali mengingat pernikahan ku yang dulu bersama Reza. Bukan karena merindukan nya, tapi mengingat bagaimana pria itu memperlakukan ku dengan buruk karena bentuk tubuh kuyang berubah.
Aku menatap sisi kanan lift yang merupakan dinding kaca. Aku memperhatikan bentuk tubuh ku yang sekarang. Walau tidak selangsing waktu masih gadis, tubuh ku yang saat ini bisa di bilang seksi karena beberapa bagian yang menonjol sempurna.
Aku semakin ragu untuk menerima Darren. Pria sempurna seperti nya pasti juga akan berpaling jika istri nya tidak lagi menarik bagi nya.
Pintu lift terbuka, aku langsung keluar dan berjalan menuju ke pantri. Sesampainya di pantri, aku tidak melihat siapa-siapa. Aku menuju tempat penyimpanan serbuk-serbuk minuman. Dan aku memilih serbuk minuman cappucino. Setelah selesai membuat minuman, aku langsung keluar meninggalkan pantri.
Namun saat akan menuju lift, seseorang memanggilku. Dan aku melihat Farrel sedang tersenyum ke arah ku. Aku pun membalas senyuman nya.
" Dari pantri, Sa? "
" Iya nih, habis bikin cappucino. Lo mau ke pantri juga? " tanya ku sambil menyesap cappucino hangat yang ku buat tadi.
"Iya. Mau bikin kopi biar nggak ngantuk. " jawab Farrel.
" Oh yaudah, gue langsung balik ya. " aku pun berjalan melewati rekan kerja ku itu.
" Eehh, Sa. Tunggu. "
Aku pun berbalik setelah mendengar Farrel memanggilku.
" Kenapa, Rel? "
" Anu, itu Sa. Janji nonton kita yang waktu itu bisa di ganti malam ini nggak? Mumpung besok weekend. "
Aku ingat tentang janji untuk pergi nonton ke bioskop dengan Farrel gagal karena ulah Darren. Aku bingung, mau menolak rasa nya tidak enak karena waktu itu aku yang membatalkan janji. Tapi kalau di terima, apa aku mengkhianati Darren? Tapi kan kami belum memiliki hubungan apa-apa.
" Gimana, Sa? Tapi kalau lo emang sibuk banget ya udah nggak usah aja. Ntar kita atur jadwal lagi. "
Aku berpikir sejenak. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menerima ajakan Farrel.
" Ya, udah. Tapi lo nggak usah jemput gue ya, gue ntar naik taxi aja. "
Farrel seperti akan menolak, namun aku langsung pamit untuk kembali ke ruangan.
" Udah ya gue mau balik, masih ada kerjaan. Lo pesen aja tiketnya, ntar gue tf uang nya oke? Bye.... "
Aku langsung pergi meninggalkan Farrel sebelum pria itu berhasil mengatakan sesuatu.
Sesampainya di meja ku, ponsel yang ku letak kan di atas meja berdering. Terlihat deretan angka tanpa nama. Nomor baru dan aku tidak kenal.
" Halo ? "
" Halo, ini saya, mama nya Reza. Masih ingat kamu sama saya? "
Aku terkejut. Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba orang di masa lalu ku satu persatu datang menganggu?
" Saya yakin kamu masih ingat. Dengarkan saya baik-baik. Ini adalah peringatan pertama dan terakhir yang saya berikan. Jangan lagi kamu menggoda Reza. Jangan coba-coba merusak rumah tangga anak saya dengan istri nya. Paham kamu? Kalau kamu masih tidak mendengarkan apa yang saya bilang, jangan salahkan saya kalau saya akan mempermalukan kamu di depan banyak orang. Walau sekali, belajarlah untuk menjadi wanita baik, jangan menjadi wanita murahan seperti ibu kamu dulu! "
Setelah mengatakan hal itu, panggilan langsung terputus. Aku diam membeku. Mencerna setiap kalimat yang di ucapkan manta mertua ku. Terlebih kalimat terakhir.
' Jangan menjadi wanita murahan seperti ibu kamu dulu '
Apa maksud nya? Kenapa dia membawa-bawa almarhumah ibu ku?
Dada ku terasa panas, emosi yang tadi tidak begitu ku rasakan, kini seperti terbakar dengan kobaran api yang sangat besar.
Aku tidak terima dia menghina ibu ku yang sudah tiada itu. Aku pun mencoba untuk menghubungi nomor wanita itu lagi. Tapi aku bingung, nomornya tidak aktif. Padahal tidak sampai 5 menit sejak panggilan terputus. Ada apa ini?
Saat aku sedang fokus menatap ponsel, seseorang mengetuk meja ku. Aku mengalihkan perhatian pada orang yang berdiri di depan ku tanpa ku sadari ke hadiran nya.
" Permisi, Darren ada di ruangan nya? "
Seorang pria berwajah blasteran itu bertanya dengan wajah yang tersenyum ramah. Sejenak aku terpana dengan ketampanan pria yang belum pernah aku lihat datang kesini.
" Excuse me. Hello. "
Saat aku menyadari ada tangan yang bergerak di depan wajahku, aku pun tersenyum kikuk.
" Eee.... I-iya ada. Pak Darren ada di dalam ruangan nya. Apa Anda sudah membuat janji sebelum nya? "
Jantung ku berdebar dengan kencang. Aduh, kenapa seperti anak remaja yang sedang terpesona dengan teman cowok nya sih? Malu banget.
" Ok. Aku nggak bikin janji, tapi pria di dalam sana pasti nggak akan bisa menolak kedatangan ku. Jadi santai aja, silahkan lanjut main ponsel nya. " ucap pria itu sambil mengedipkan satu mata nya pada ku.
Aduh, aku makin gugup. Kenapa pria itu tampan sekali? Dan senyuman nya, astaga aku meleleh saat melihat nya. Ekhem.... Alyssa......
Tak lama pintu ruangan direktur terbuka. Terlihat Darren yang berjalan keluar dan dia terkejut melihat pria tampan itu.
" Vincent? "
Aku melihat kedua pria tampan itu bergantian. Wah mata ku pagi ini tiba-tiba menjadi sejuk. Walaupun salah satu nya adalah pria aneh dan menyebalkan, tapi harus aku akui ketampanan nya jauh di atas rata-rata.
" Hei dude. Lama nggak ketemu. "
Pria yang sekarang aku ketahui bernama Vincent itu memeluk Darren ala pelukan antar seorang pria.
Darren melirik ke arah ku, dan aku langsung membuang muka. Aku masih malas jika harus berhadapan dengan nya.
" Kita ngobrol di dalam aja. " Darren kembali masuk ke dalam ruangan nya.
" Sa, tolong buatkan minuman untuk tamu saya. "
Aku hanya mengangguk. Setelah itu menghubungi OB untuk membuatkan teh 2 gelas.
Setelah 10 menit, seorang OB datang sambil membawa nampan yang berisi 2 gelas teh. OB itu meletak kan di atas meja ku, lalu dia langsung pergi.
Aku mengambil nampan tersebut dan membawa nya menuju ruangan Darren. Setelah mengetuk, aku langsung membuka pintu. Terlihat kedua pria itu sedang berbincang di sofa.
Aku meletakan cangkir teh di hadapan mereka masing-masing. Sesekali aku melirik kedua pria itu. Yang satu berekspresi datar, yang satu selalu tersenyum. Tanpa aku katakan sudah tau siapa yang berwajah datar?
Darren berdehem saat aku sedikit lebih lama melirik Vincent. Aku menatap nya tajam walau tidak terlalu nampak. Bisa-bisa dianggap tidak sopan oleh Vincent nanti.
" Ada yang bisa saya bantu pak? "
Akhirnya aku bertanya agar Darren tidak menatap ku dengan tatapan sinis nya itu.
" Pergilah, itu sangat membantu ku. "
Cih, apa-apaan pria ini. Aku semakin menatap tajam ke arah nya, namun saat mendengar suara tawa Vincent aku tersenyum ke arah nya.
" Sana pergi. " lagi-lagi pria menyebalkan itu meminta ku pergi. Dasar orang aneh!
Terus lah semangat dalam berkarya, semoga karya barunya lebih ok lagi🔥🔥🔥😍