Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Brianna terbaring di ruang perawatan dengan selang infus yang menancap di punggung tangannya. Allard yang setia menemani sejak tadi hanya duduk termenung menunggu Brianna sadar dari pingsannya. Arvy, masih menemani Allard di sana. Ia menyerahkan pekerjaannya sementara kepada Dona.
"Apakah ini tak akan berbahaya, Al?" Tanya Arvy yang sedang berdiri dengan kedua tangan menyilang di dadanya.
"Hmm, seharusnya aku tak mengizinkannya ke perusahaan terlebih dahulu." Jawab Allard.
"Aku akan menghandle perusahaannya lebih lama. Kau dan Anna tak perlu khawatir." Arvy menepuk bahu Allard.
"Hmm. Thanks, Arvy. Mungkin selama dua bulan penuh kau harus mengurusnya." Jawab Allard.
"Ya, kau tak perlu khawatir." Arvy tersenyum lalu meninggalkan Allard berdua dengan Brianna untuk kembali ke perusahaan Brianna.
'Aku sudah terlampau jauh ikut campur dalam kehidupan wanita ini.' Gumam Allard dalam hatinya.
Allard tak menyangka ia akan sekhawatir ini terhadap wanita yang baru beberapa minggu dengannya. Allard seperti memiliki rasa tanggung jawab yang besar pada Brianna. Allard tak bisa meninggalkan Brianna sendirian begitu saja di dunia ini. Apakah ini hanya rasa empati Allard? Atau memang Allard yang menginginkan untuk melindungi Brianna dan selalu ada di sisi Brianna? Semua perasaan Allard masih terlihat abu-abu.
"Enggh.." Terdengar suara erangan dari mulut Brianna.
Perlahan ia membuka matanya dan menyesuaikan pandangannya. Brianna tersenyum melihat Allard yang berada di sampingnya.
"Hei, tidurmu terlalu lama." Ujar Allard sembari tersenyum dan tangannya mengusap puncak kepala Brianna.
"Maaf.." Jawab Brianna lirih.
"Ada apa denganku Allard. Apakah gegar otakku semakin parah?" Tanya Brianna sambil mengubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang dibantu oleh Allard.
"Aku akan memanggil dokter terlebih dahulu." Ucap Allard sembari menekan tombol yang berada di bagian belakang ranjang. Tak lama dokter pun tiba lalu memeriksa kondisi Brianna.
"Bagaimana kondisinya dokter?" Tanya Allard.
"Seperti yang tadi sudah saya katakan Tuan, kondisinya memang baik dan alasan Nona Brianna tak sadarkan diri adalah karena benturan di kepalanya yang cukup keras. Bukankah beberapa waktu yang lalu Nona Brianna mengalami hal itu?" Tanya Dokter kepada Allard.
"Ya Dokter. Dokter yang menangani Brianna pun sempat memberitahu bahwa kemungkinan untuk beberapa waktu ke depan Brianna akan mengalami pingsan sewaktu-waktu." Jawab Allard.
"Hmm. Tapi hal ini bisa di hindari asal fisik dan mental Nona Brianna harus beristirahat secara optimal. Nona Brianna harus membatasi aktivitas yang memerlukan kinerja otak dalam berpikir dan memusatkan konsentrasi." Ujar dokter tersebut menjelaskan.
"Berliburlah agar pikiran Nona kembali segar dan tidak stres. Jangan terlalu memikirkan sesuatu yang rumit, Nona. Bukankah kunci tubuh sehat adalah pikiran yang tenang dan senang?" Ucap Dokter tersebut menyunggingkan senyumnya.
Allard mengangguk mendengarkan penjelasan dokter tersebut dengan tatapan yang tak lepas dari sosok Briann yang sedang tersenyum dengan cantiknya.
"Baiklah terimakasih Dokter. Oh ya kapan Brianna bisa pulang?" Tanya Allard.
"Sore ini sudah bisa pulang jika tak ada keluhan apapun. Nanti akan ada perawat yang mengecek kondisi Nona Brianna sebelum pulang." Ujar Dokter tersebut dan langsung pamit pergi meninggalkan ruang perawatan.
"Aku tak mengizinkanmu bekerja selama dua bulan ke depan sebelum kondisimu benar-benar pulih." Ujar Allard menatap wajah Brianna dengan serius.
"Lalu siapa yang akan menjalankan perusahaanku?" Tanya Brianna.
"Kau tak perlu khawatir Anna. Ada aku dan Arvy serta Dona yang akan membantumu. Sekarang pikirkan dulu kesehatanmu, itu yang paling penting saat ini." Jawab Allard.
Brianna tersanyum dan mengangguk lalu ia menarik wajah Allard dan mencium kedua pipinya.
"Thank you Tuan Tampan." Ucap Brianna.
"Seharusnya kau menciumku di sini jika ingin berterima kasih." Sahut Allard dengan jari yang menyentuh bibirnya.
"Ck.. Kau memanfaatkan rasa terimakasihku yang tulus padamu, Al." Ujar Brianna.
Allard tersenyum miring dan tanpa ada peringatan apapun, Allard mengecup bibir Brianna yang masih tampak pucat. Brianna terkejut dengan mata yang terbelalak serta mulut yang sedikit terbuka.
"Baru ku beri kecupan saja kau sudah seperti ini." Ujar Allard tertawa kecil.
"Hmm. Aku tak menyangka kau akan menciumku." Sahut Brianna.
"Lain kali kita akan lakukan yang lebih dari sekedar kecupan. Sekarang berbaringlah dulu agar kepalamu tak kembali pusing." Ujar Allard sembari membantu merebahkan kepala Brianna.
*
*
"Bagaimana keadaan Nona Brianna, Tuan?" Tanya Dona kepada Arvy saat ia berada di dalam ruangan sang bos sementara itu.
"Terakhir aku lihat, dia masih belum sadar. Entah untuk saat ini, aku belum menghubungi Allard." Jawab Arvy.
Drrrtt Drrttt
Ponsel Arvy yang berada di atas mejanya bergetar dengan cukup lama. Lalu Arvy mengecek layar ponselnya dan tertera nama Axel di sana.
"Ya Ax?" Ujar Arvy.
"Kau sibuk?" Tanya Axel.
"Tidak. Aku baru saja datang dari rumah sakit." Jawab Arvy.
"Kau menjenguk siapa?"
"Aku mengantar Allard, tadi Brianna pingsan saat ia baru sampai di sini." Jawab Arvy.
Ya, Axel, Bethany serta Hana dan Mia sudah mengetahui insiden yang mengakibatkan Brianna dirawat beberapa minggu lalu di rumah sakit. Arvy lah yang menceritakannya dengan syarat mereka tak perlu datang menjenguk pada saat itu karena Allard yang memintanya.
"Oh My God. Apakah itu akibat dari benturan di kepalanya?" Tanya Axel.
"Bisa jadi. Oh ya Ax, ada apa kau menelponku?"Tanya Arvy.
"Tadinya aku ingin menanyakan Allard padamu karena akan ada meeting penting tentang pembukaan resort. Allard sejak tadi tak mengangkat telponnya." Jawab Axel.
"Sampaikan pada mereka bahwa meeting di tunda, Ax." Sahut Arvy.
"Ya aku akan menyampaikannya." Jawab Axel.
Sejenak Arvy melupakan bahwa dirinya sedang bersama Dona. Dona masih berdiri di depan Arvy karena ia akan membahas tentang lelang tender yang akan mereka ikuti di Inggris. Namun sayang Dona masih terlupakan karena Arvy masih asyik berbincang dengan sahabatnya.
"Ehem..." Dona berdehem memberikan tanda bahwa keberadaannya masih ada di sana.
Arvy menoleh. "Ax, nanti akan ku kabari lagi perkembangan Brianna padamu." Arvy pun memutus panggilannya.
"Mengapa kau masih di sini?" Tanya Arvy dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Apakah Tuan lupa? Kita akan membahas mengenai lelang tender di Inggris yang akan di adakan lusa." Jawab Dona.
"Ah ya sorry." Jawab Arvy.
Akhirnya sang bos yang jutek tapi hobi menggoda itu pun kembali ke mode serius dan membahas hal apa saja yang harus di persiapkan saat mengikuti lelang tender nanti.
*
*
"Al, bukankah tadi pagi kau bilang hari ini akan ada meeting?" Tanya Brianna saat mereka perjalanan pulang dari rumah sakit menuju apartemen Brianna.
"Hmm jadwalnya aku undur." Jawab Allard dengan pandangan fokus ke depan.
"Maafkan aku. Gara-gara aku kau membatalkan meeting penting itu." Ujar Brianna sembari menundukkan kepalanya.
Allard memarkirkan mobilnya di pinggir jalan lalu berhenti di sana. Allard menoleh ke arah Brianna lalu menangkup wajahnya.
"Tidak di batalkan, hanya di undur saja. Dan itu bukan salahmu." Ucap Allard memandang mata Brianna dengan lekat lalu mencium bibir Brianna dan melumatnya dengan lembut.
Brianna terkejut dengan ciuman yang terlalu tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda itu. Tapi semakin lama ia semakin menikmati dan membalas ciumannya. Tangan Allard mengusap paha Brianna dan hampir menyentuh bagian intimnya. Beruntung kesadaran Brianna mulai kembali dan ia melepaskan ciumannya.
"Lusa aku akan mengajakmu jalan-jalan. Adakah tempat yang ingin kau kunjungi?" Tanya Allard sembari melajukan kembali mobilnya.
"Aku ingin berpesta di club." Jawab Brianna dengan tersenyum lebar.
"Oh my.. Untuk yang satu itu aku tak akan mengizinkannya dulu. Cari destinasi liburan penghilang penat yang lainnya." Sahut Allard.
"Aku tak tahu. Aku selalu menghilangkan penatku dengan berpesta di club sampai pagi." Brianna mengedikkan bahunya.
"Baiklah aku saja yang menentukan." Ucap Allard.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai di apartemen milik Brianna. Mereka berjalan beriringan menuju lift dan masuk ke dalam lalu menekan tombol angka dimana lantai unit apartemen Brianna berada.
Saat mereka sampai dan masuk ke dalam apartemen, Brianna pun langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena tubuhnya sudah pasti kotor setelah seharian di rumah sakit.
Brianna memilih untuk mandi dibawah kucuran shower yang mengeluarkan air hangat. Tubuhnya terasa rileks, otot-ototnya kembali mengendur. Tetesan air hangat itu seakan memberikan pijatan pada setiap inci tubuh molek Brianna. Hanya butuh waktu lima belas menit, Brianna pun selesai dari ritual mandinya. Ia pun berjalan menuju walk in closet dan menggunakan dress tidur yang panjangnya selutut. Dress itu terasa sangat nyaman dan ringan karena berbahan dasar satin berwarna hitam. Tak lupa ia menggunakan parfumnya untuk menambah harum di tubuhnya.
Brianna keluar dari kamar dan mencari keberadaan Allard. Ternyata Allard sedang menyiapkan makanan yang diantar oleh anak buahnya. Selain makanan, Allard juga meminta kepada anak buahnya untuk membawa beberapa barang-barang pentingnya karena Allard memutuskan akan tinggal di apartemen Brianna untuk sementara hingga Brianna kembali pulih.
"Hmmm sepertinya itu sangat enak." Ucap Brianna sambil berdiri di depan meja bar memperhatikan Allard yang sedang menyiapkan makanannya.
"Ya. Ini makanan dari restoran favoritku. Aku meminta anak buahku untuk memesannya. Cobalah, kau pasti suka." Ucap Allard sambil menyodorkan sebuah piring yang sudah berisi makanan.
Brianna dengan lahap mencicipi makanan tersebut. Dan sudah bisa ditebak seperti apa wanita jika sedang memakan makanan yang enak. Ya, tubuh dan kepalanya akan tiba-tiba bergerak ke kanan dan ke kiri.
"Ini sangat enak, Al." Ujar Brianna dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"See.. I told you." Jawab Allard tersenyum.
Brianna pun memakan makanannya dengan sangat lahap hingga di piringnya bersih tak ada makanan yang tersisa sedikit pun. Begitu juga dengan Allard. Brianna pun membawa piring kotornya dan piring kotor Allard, lalu memasukkannya ke dalam mesin pencuci piring otomatis.
"Al.." Panggil Brianna saat Allard akan berjalan meninggalkan dirinya menuju kamar mandi.
"Ya?" Allard menoleh.
"Kau boleh tidur di ranjangku. Karena pasti sangat sempit jika harus tidur di sofa." Ujar Brianna dengan malu-malu mengatakannya.
Allard pun tersenyum lalu menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dekat dapur.
'Brianna bodoh!! Bisa-bisanya kau menawarkan diri pada singa yang kelaparan!! Siap-siap kau akan diterkam olehnya dasar stupid!' Rutuk Brianna dalam hatinya sambil memukul kepalanya dengan pelan.
TBC
Jangan lupa tinggalin jejak ya dengan cara follow like komen favorit dan hadiah❤