Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Tangisan Yasmine.
..."Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan, Dan malam pun tidak dapat mendahului siang, Masing-masing beredar pada gadis edarnya"...
...(QS. Yasin : 40)...
...🍁...
Menyadari suasana tegang saat itu, Annisa pun sedikit merasa tidak nyaman, terlebih mendengar deru nafas Yasmine yang berada dalam pangkuannya.
Bukan tidak suka, namun lebih pada Nissa yang mengkhawatirkan kondisi Yasmine, terlebih Yasmin sebelumnya menceritakan pada Annisa jika baru saja dia sembuh setelah di Opname sebelumnya.
Annisa hanya tidak ingin sesuatu terjadi pada Yasmine saat ini. Entah perasaan apa, namun Nissa begitu tidak rela jika Yasmine terluka.
Selain itu jika sampai terjadi sesuatu yang tidak di inginkan pada Yasmine, sudah dapat di pastikan jika Emran tidak akan tinggal diam begitu saja, sementara saat ini dia tahu siapa Annisa sesungguhnya.
Dada Yasmine begitu naik turun, Yasmine saat ini tengah mempertanyakan sesuatu yang sejujurnya belum saatnya untuk dia pertanyakan.
Namun itulah uniknya Yasmine dari pada anak seusia dirinya. Yasmine begitu peka dan sangat perasa.
"Kakek kenapa diam !" Tanya Yasmin lagi yang tidak terima, menuntut sebuah jawab An pasti dari sosok yang saat ini dia panggil kakek.
Abi Ali hanya menatap Yasmine dengan wajah tenang dan teduh, seraya mengulas senyum di wajahnya.
Tidak ingin salah berucap, ataupun mengucapkan kalimat yang akan lebih menyakiti sosok gadis kecil di pangkuan sang putri, Abi Ali memilih hanya mengulas sebuah senyum di wajah tuanya.
"Yasmine sayang, Sepertinya sudah malam, sebaiknya kita kembali ke hotel, besok kita kesini lagi" Ucap Emran yang menyadari kondisi sudah mulai tidak kondusif.
Emran mencoba mengalihkan pembicaraan diantara mereka, agar fokus Yasmine tidak selalu berada di pernikahan Annisa.
"No ! Dad !" Pekik Nissa menolak ajakan Emran.
Bukan Yasmine jika dia tidak memiliki pendirian yang kuat, Yasmine memang begitu mirip dengan Emran dari segi karakter, jadi tidak heran saat ini Emran sanga sulit menenangkan Yasmine.
Suasana semakin tegang, semua orang tampak berfikir bagaimana cara menjelaskan pada gadis kecil tersebut, mengenai kondisi yang di hadapi saat ini.
"Kakek jawab kek !" ucap Yasmine dengan meninggikan suaranya.
"Kenapa Kakek diam saja, Kenapa Kek, Kenapa Mommy tidak menikah saja dengan Daddy " Tekan Yasmine mencari jawaban dari setiap orang yang ada disana.
"Mommy !. Mommy kenapa harus menikah dengan Paman itu " Tanya Yasmine pada Annisa.
Mendengar hal itu Annisa hanya menatap lekat wajah kecil Yasmine dan memberikan usapan lembut disana.
"Daddy, Daddy juga kenapa diam, bukankah Daddy bilang kita kesini karena akan menjemput Mommy " Ucap Yasmine dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Mendengar ucapan Yasmine, entah mengapa hati Annisa begitu sakit, apa benar jika kedatangan mereka Untuk menjemput Annisa.
"Daddy kenapa diam, Daddy bohong , Daddy Bohong" Ucap Yasmine dengan mulai histeris dan berteriak kepada setiap orang yang ada disana.
Meluapkan segala emosi yang dia rasakan.
Melihat hal itu Annisa begitu merasa begitu sedih, Annisa semakin erat memeluk Yasmine yang berada dalam pangkuannya.
Tidak hanya Annisa, Emran , dan Abi Ali saja yang merasakan sedih mendengar ucapan pilu yang keluar dari gadis sekecil itu.
Nyatanya Ummi Fatimah, Aisha, Khadijah, dan beberapa saudara Annisa lainya, yang tanpa sengaja mendengarkan perbincangan mereka, merasa begitu iba pada Yasmine.
Luka tak berdarah , itulah mungkin yang kini di rasakan oleh Yasmine. Luka yang tidak akan begitu saja sembuh.
Tidak sedikit orang yang mendengarnya pun ikut larut dan menitihkan Air mata.
"Sayang, kita tidak bisa begitu saja memaksa Mommy, karena Mommy telah menjadi milik Paman Zyan" Ucap Emran lembut pada sang putri yang masih berada dalam pangkuan Annisa
Annisa hanya terdiam, menunduk, dan memeluk erat Yasmine. Merasa begitu tidak berdaya melihat kesedihan Yasmine
"Kenapa tidak bisa Dad. Kenapa ?"
"Kita tinggal meminta Mommy pada paman itu"
"Ayo Daddy, Kita temui paman itu dad " Pinta Yasmine dengan penuh permohonan.
"Ayo Dad, Yasmine akan katakan kalau Mommy adalah Mommy Yasmine dan Akan menikah dengan Daddy " ucap Yasmine dengan linangan Air mata yang tidak bisa di tahan.
Yasmine memohon untuk di pertemukan dengan Zyan, dengan wajah memelas, masih dengan derai air mata Yasmine turun dari pangkuan Annisa.
Menatap lekat wajah sang Daddy, agar Emran mau mengabulkan permintaanya.
Emran hanya bergeming, dengan tatapan sendu menyadari kesedihan yang kini di rasakan sang putri.
Berada di circle ini Emran merasa tidak banyak yang bisa dia lakukan, nyatanya memang dirinya tidak berhak untuk bertindak lebih jauh.
Emran bukan laki-laki sembarangan yang akan mempertaruhkan harga dirinya begitu saja.
Yasmine kembali pada Annisa, memohon pada Annisa untuk mau menikah dengan Daddy nya.
"Sayang " Ucap Annisa dengan suara lembut.
Annisa membawa Yasmine kembali dalam pelukannya. di dekap erat gadis kecil tersebut.
"Yasmine dengarkan Mommy, Yasmine tidak boleh seperti ini"
Ucap Annisa dengan usapan lembut di punggung Yasmine yang begitu erat memeluk dirinya.
"Yasmine sudah janji kan pada Mommy untuk jadi anak yang baik" Ucap Annisa.
Yasmin hanya tetap diam, dan mendengarkan ucapan Annisa.
"Yasmine meski Mommy menikah dengan Paman itu, tapi Yasmine tetap menjadi kesayangan Mommy dan Yasmine akan tetap menjadi Putri kecil Mommy" Ucap Annisa dengan mengurai pelukan diantara keduanya, setelah cukup tenang, Annisa menatap kelat wajah gadis kecil di pangkuannya.
"Tapi kakek bilang kalau sudah menikah maka Mommy akan bersama paman itu" ucap Yasmin dengan nafas Ter sendat akibat tangis yang juga belum berhenti.
"Yasmine tidak mau Mommy, Yasmine maunya Mommy tinggal bersama Yasmine" Mohon Yasmin dengan wajah memelas
"Paman itu pasti tidak akan memperbolehkan Yasmine bertemu Mommy lagi" Ucap Yasmine yang berfikir lebih jauh dari perkiraan Annisa dan yang lainya.
Annisa hanya menggelengkan kepalanya, dengan linangan air mata yang sudah sedari tadi membasahi cadar yang dia kenakan.
"Mommy mohon, Yasmine jangan seperti ini lagi ya" Ucap Annisa dengan suara lembut.
"Mommy tidak mau Yasmine sedih, kalau Yasmine sedih , Mommy juga akan ikut sedih"
Ucap Annisa memberi penjelasan. Yasmine hanya diam, namun setelah ya menganggukkan kepala, meski mungkin dengan berat hati, namun pad akhirnya Yasmine hanya menurut ucapan Annisa.
Abi Ali dan Emran yang melihat hal itu sejujurnya merasa tidak tega. Namun kembali lagi mungkin memang dia ini sudah di gariskan oleh sang kuasa.
Melihat Yasmine yang begitu tenang berada dalam dekapan Annisa, Abi Ali dan Emran pun merasa sedikit tenang.
Beberapa saat mengusap lembut punggung sang gadis Akhirnya Yasmine tertidur di pangkuan Annisa, dengan posisi masih memeluk erat Annisa.
Waktu menunjukan pukul 22.05, selain karena kelelahan, Yasmin juga telah lelah menangis, akhirnya dia begitu saja terlelap.
***