Zhang Wei, seorang pelayan rendahan berusia 15 tahun, terusir dari salah satu keluarga besar di Kekaisaran Qin. Dalam usahanya bertahan hidup sebagai pemburu spiritual beast, ia menemukan sebuah pedang tua yang ternyata menyimpan roh seorang kultivator legendaris bernama Lian Xuhuan.
Dengan kekuatan dan pengetahuan mendalam tentang kultivasi, Lian Xuhuan menawarkan bimbingan kepada Zhang Wei untuk menjadi pendekar hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian di Kuil Kebenaran
Perjalanan menuju Kuil Kebenaran terasa panjang dan melelahkan, meskipun bagi Zhang Wei itu lebih karena rasa penasaran daripada keletihan fisik. Diiringi dua pengawal elf, mereka akhirnya tiba di sebuah area terbuka di tengah hutan.
Kuil itu berdiri megah, terbuat dari batu putih berkilauan dengan ukiran rumit yang menggambarkan sejarah panjang suku elf. Aura spiritual yang kuat terpancar dari bangunan itu, membuat udara di sekitarnya terasa berat.
"Ini dia, Kuil Kebenaran," salah satu pengawal elf berkata dengan suara penuh hormat. "Hanya orang yang terpilih yang dapat memasukinya. Ujian di dalamnya akan menguji jiwamu, kekuatanmu, dan tekadmu."
Zhang Wei memandangi kuil itu dengan tatapan serius. "Seberapa banyak dari kalian yang telah mencoba masuk?" tanyanya.
"Puluhan," jawab pengawal lainnya. "Tapi tak satu pun yang kembali. Kau harus berhati-hati."
"Hm, menarik," gumam Zhang Wei. "Baiklah, aku akan mencobanya."
Ketika Zhang Wei melangkah ke dalam kuil, pintu besar di belakangnya menutup dengan sendirinya, memisahkannya dari dunia luar. Cahaya hijau lembut memenuhi ruangan, dan udara di dalam terasa dingin namun menenangkan.
Suara gemuruh terdengar, dan sebuah suara kuno menggema di ruangan itu.
"Anak muda, kau yang datang ke Kuil Kebenaran, apakah kau siap untuk menghadapi ujian yang menentukan nasibmu?"
Zhang Wei menatap ke sekeliling, mencoba menemukan sumber suara itu. "Aku siap," jawabnya tanpa ragu.
"Ujian ini akan menguji tiga aspek dalam dirimu: ketulusan hati, kekuatan, dan tekad. Hanya mereka yang lolos dari ketiga ujian ini yang layak mendapatkan pengakuan."
Ruangan di sekelilingnya berubah menjadi ilusi. Zhang Wei tiba-tiba berada di sebuah desa kecil yang hancur. Mayat-mayat berserakan, dan jeritan orang-orang yang terluka menggema di udara.
Seorang pria tua dengan luka parah mendekatinya sambil menyeret kakinya. "Tolong... tolong selamatkan kami... Mereka akan datang lagi..."
Zhang Wei mengerutkan kening. Dia tahu ini hanyalah ujian, tetapi semuanya terasa sangat nyata.
"Apa yang terjadi di sini?" tanyanya sambil membantu pria itu berdiri.
"Pasukan iblis menyerang desa kami. Kami tidak punya siapa-siapa untuk melindungi kami... Tolong... kau harus membantu kami..."
Zhang Wei merasa bimbang. Dia tahu ini bukan nyata, tapi dia tidak bisa mengabaikan permintaan mereka. Dengan tekad kuat, dia membantu para penduduk desa melawan pasukan iblis dalam ilusi itu. Setelah pertempuran panjang, ilusi menghilang, dan suara kuno kembali terdengar.
"Kau telah menunjukkan ketulusan hati dengan menolong mereka meski kau tahu itu bukan nyata. Ujian pertama selesai."
Ruangan kembali berubah. Kali ini, Zhang Wei berada di sebuah arena besar. Di hadapannya berdiri seekor beast raksasa tingkat 5 dengan mata merah menyala.
"Tunjukkan kekuatanmu. Lawan dan kalahkan musuhmu," suara itu bergema.
Beast itu mengaum, menandakan dimulainya pertarungan. Zhang Wei segera mengeluarkan energi spiritualnya, tapi tidak menggunakan pedang kelabu yang hampir hancur.
"Ini harus cepat selesai," gumamnya.
Dengan teknik Dragon Fist, Zhang Wei meluncur ke arah beast itu dengan kecepatan luar biasa. Pukulan pertama menghantam dada beast, membuatnya terpental. Namun, beast itu tidak menyerah begitu saja dan melancarkan serangan balik.
Setelah pertarungan sengit selama beberapa menit, Zhang Wei berhasil menghancurkan inti beast itu dengan serangan terakhir. Beast itu menghilang menjadi asap, dan suara kuno kembali terdengar.
"Kekuatanmu luar biasa. Ujian kedua selesai."
Ruangan berubah lagi, kali ini menjadi gelap gulita. Zhang Wei berdiri sendirian, tidak ada suara, tidak ada cahaya. Hanya ada kesunyian yang menekan.
Tiba-tiba, bayangan masa lalunya muncul di sekelilingnya: penghinaan dari orang-orang yang meremehkannya, kematian keluarganya, dan rasa kehilangan masternya yang tidak memberikan tanda kehidupan.
"Mengapa kau terus maju? Apa yang membuatmu tidak menyerah?" suara kuno bertanya.
Zhang Wei mengingat semua penderitaannya, tapi juga tekadnya untuk menjadi kuat. "Karena menyerah bukanlah pilihan," katanya dengan tegas. "Aku akan terus maju, tidak peduli apa yang menghadangku."
Bayangan itu mencoba menyerangnya, tetapi Zhang Wei berdiri teguh. Ketika semuanya menghilang, suara kuno berbicara lagi.
"Kau telah menunjukkan tekad yang kuat. Ujian ketiga selesai."
Tiba-tiba, cahaya terang muncul di tengah ruangan, menyelimuti Zhang Wei. Simbol berbentuk daun bercahaya hijau muncul di dahinya, memberikan rasa hangat yang menenangkan.
"Kau telah membuktikan dirimu. Kau adalah pemegang takdir dunia, pembawa harapan bagi banyak orang."
Ketika Zhang Wei keluar dari kuil, para elf yang menunggu di luar tercengang melihat simbol di dahinya. Mereka semua berlutut, termasuk para tetua.
"Kami mengakui bahwa kau adalah anak ramalan itu," kata salah satu tetua dengan penuh hormat.
Zhang Wei memandang mereka dengan tatapan tenang. Dalam hatinya, dia tahu perjalanan ini baru saja dimulai.