NovelToon NovelToon
Dibuang Keluarga Dicintai Pria Masa Lalu

Dibuang Keluarga Dicintai Pria Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Konflik etika / Teman lama bertemu kembali / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Suami ideal / Cinta Lansia
Popularitas:14.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Benar kata peribahasa.

Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.

Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Menyesal.

Kondisi Pak Agam terbilang sudah lebih baik, tekanan darah sempat melonjak tinggi karena terlalu mengeluarkan emosi berlebihan.

"Makan lagi buburnya, Mas." Bu Arum masih merasa bersalah, andai dia tidak marah pada suaminya pasti dia akan tahu gejala-gejala kesakitan pada suaminya.

Mata Bu Arum sembab, semalaman dia menangis bahkan tak lupa sholat tahajud meminta kesembuhan untuk Pak Agam.

Pak Agam menarik tangan istrinya lalu mengecupnya, "Kamu belum makan, kan? Kamu jangan terus ngerasa bersalah ya Rum, aku hanya kelelahan dan banyak kerjaan di kantor."

"Aku nggak bisa ngertiin kondisi kamu yang banyak pikiran dan sedang kelelahan, Mas. Istri seperti apa aku, lalai__"

Pak Agam menutup bibir Bu Arum dengan telunjuk, "Stttt, udah... aku baik-baik aja kan sekarang. Izy dimana? Sejak aku terbangun dia nggak ada."

Shanum bangun dari sofa di ruangan berjalan ke arah ranjang rawat, ia menggeleng. "A Ahmad lagi bujuk adek, yah. Izy benar-benar ngerasa bersalah, katanya... andai dia nggak buat masalah semalam, Ayah nggak akan sakit."

"Bawa dia kesini Num, Ayah mau minta maaf sama Izy. Perasaan Ayah belum tenang kalau belum minta maaf."

"Tunggu sebentar lagi ya, Ayah. Moga aja A Ahmad bisa bawa..."

"Assalamualaikum."

Baru saja dibicarakan, Izy sudah masuk dengan wajah tertunduk. Sesekali gadis itu mengusap air mata yang meleleh, dia tak bisa menahan kesedihan melihat ayahnya terbaring sakit.

"Sayang, sini Nak. Ayah mau peluk kamu..."

Gadis itu mengangkat wajah lalu menghamburkan dirinya ke brankar dan memeluk tubuh Ayahnya. "Hikksss... Ayah... maafin Izy!"

"Cup cup! Malu sama kakak-kakakmu, jangan nangis." Pak Agam mengecup kepala putrinya bertubi-tubi.

"Ini salah Izy..."

"Nggak ada yang harus disalahkan, semua sudah kehendak Allah. Kamu udah sarapan?"

Pak Agam mengurai pelukan, dia mengussaap air mata di wajah putri kandungnya.

"Belum."

"Kakak-kakak kamu?"

Ahmad menggeleng, wajah pria berusia 30 tahun itu sama lesunya.

"Kalau gitu pergi cari sarapan, ajak Ibu kalian."

"Enggak mau, Ayah sendirian nanti."

"Biar Ibu jaga Ayah kalian, pergilah."

"Terus Ibu."

"Bawain aja sarapan buat Ibu kesini. Ibu nggak mau jauh dari Ayah kalian..." Bu Arum menggenggam tangan suaminya.

"Ya udah, yuk Dek." Ajak Ahmad pada kedua adiknya, Shanum dan Izy pun mengikuti Ahmad keluar ruangan rawat.

"Rum..."

"Ya, Mas."

"Seandainya, aku pergi lebih dulu__"

"Enggak Mas, jangan pernah bilang begitu. Kali ini, aku nggak sanggup ditinggalkan lagi... kamu harus sehat, kita akan hidup sampai usia seratus tahun. Kamu belum melihat cucumu dari Izy, kamu masih muda Mas."

Pak Agam pun tersenyum, umur memang tidak ada yang tahu. Semoga saja mereka berdua bisa berumur panjang.

.

.

.

Ahmad dan kedua adiknya mencari sarapan, ketiganya menemukan warung nasi uduk tak jauh dari rumah sakit.

"Makan, Zy." Ahmad menyodorkan satu piring uduk, satu lagi pada Shanum. "Kamu juga, Dek."

Kedua perempuan itu berterimakasih, kemudian makan dengan pelan bahkan Izy tampak hanya mengaduk-aduk uduk tanpa ada keinginan makan.

"Dek, kondisi Ayah udah lebih baik. Kamu liat sendiri tadi. Sekarang... kita yang akan bergantian jaga Ayah, kita semua harus sehat. Apalagi kamu, karena Mas sama Mbakmu harus masuk kerja... nanti Mas ambil ijin cuti buat jaga Ayah. Kata Dokter Ayah harus dirawat 2-3 hari. Kita gantian jaga, ya."

"Mas, aku__"

"Izy, Mbak tahu kamu masih merasa bersalah. Tapi semuanya kan sudah terjadi, sekarang gimana caranya kamu memperbaiki. Izy yang Mbak kenal nggak selemah ini, sejak Mbak kenal kamu... kamu ini gadis yang ceria, humoris dan kuat."

Akhirnya gadis itu mulai memasukkan makanan ke mulut dan mengunyah nya. "Enak..."

Ahmad dan Shanum tersenyum, keduanya mengeeluus kepala adiknya bergantian.

"Aku sayang sama kamu, Mas..." tiba-tiba saja Izy bicara.

Ahmad terkekeh, ia mengusaap kepala Izy. "Mas juga sayang kamu, Dek."

"Izy juga sayang Mbak Shanum dan Mbak Yasmin."

"Mbak juga."

Tak ada lagi kata-kata, ketiganya mulai sibuk dengan makanan mereka.

Mas Ahmad... aku akan segera melepaskan cintaku sama kamu. Semoga kamu mendapatkan jodoh wanita yang Sholehah dan aku bisa menghapus sepenuhnya perasaan ku padamu Mas! Izy memutuskan akan menghapus rasa cinta yang seharusnya tak ada diantara saudara.

Ketiganya kembali ke rumah sakit, Ahmad dan Shanum akan pamit pulang pada orang tua mereka dan bersiap ke perusahaan meski terlambat datang.

Baru saja ketiganya berjalan melewati lorong menuju kamar rawat Pak Agam, seseorang memanggil Izy.

"Zyzy...!!"

Grep!

Pemuda itu langsung mendekap erat tubuh gadis itu, lalu mengusap-usap rambut panjang Izy dengan penuh kelembutan.

Ahmad tertegun, dia memang sudah mengenal Elang tapi hanya sekedar saling menyapa dan jarang bicara jika Elang sesekali mengantar Izy ke rumah.

Duh! Kenapa hatiku berdenyut nyeri ya... ada lelaki lain yang peluk Izy selain aku? Ahmad merasa tak nyaman dengan hatinya melihat ada lelaki selain dirinya yang bersikap lembut pada adik tirinya itu.

"Lo lagi ngapain disini, Bang?" Izy mengurai pelukan.

"Aku tadi mau jemput kamu ke kampus, tapi Mbok bilang Ayahmu masuk rumah sakit dan aku nyusul kesini karena khawatir sama Om Agam dan sama kamu."

"Dih! Ngapain Lo khawatir sama gue segala!"

"Aku tau kamu bakal sedih, liat... matamu sembab gini." Elang mengeeluus wajah gadis itu.

"Ekhm! Dek! Mas sama Mbak mau masuk lebih dulu, kita harus ijin pergi kerja sama Ayah dan Ibu. Ini juga, sarapan buat Ibu takutnya dingin."

Tanpa mendengar lebih dulu balasan dari Izy, Ahmad berlalu pergi diikuti Shanum yang tersenyum sopan pada Elang. Tak lama, Ahmad dan Shanum pun pergi dari rumah sakit untuk pulang dulu ke rumah apalagi Ahmad harus mengurus tentang Astri lebih dulu.

...➿➿➿➿➿➿...

Sesampainya di rumah, Astri dan anak lelakinya duduk di meja sarapan bersama Anin. Gadis kecil berusia 6 tahun itu terlihat menolak tak mau disuapi ibu kandungnya, Ahmad pun mengambil alih.

"Sama Papa suapin nya sini."

Astri pun tak banyak bicara, dia merasa malu sudah mengganggu kehidupan mantan suaminya sampai membuat kerusuhan semalam.

"Gimana Ayah kamu, Bang?"

"Udah mendingan, kamu siap-siap. Sebelum aku pergi ke perusahaan... aku antar kamu ke terminal bis."

"Bang... bisakah aku di kota ini aja dan Abang cariin kerjaan buat aku. Plisss, aku gapapa jadi pembantu... asalkan aku dan anakku bisa makan."

"Emangnya di kotamu nggak ada yang ngasih kerjaan?"

"Sambil ngurus Adit, susah Bang aku kerja. Adit nggak ada yang jaga pas aku kerja, kalau jadi pembantu... setidaknya bisa sambil ngurus Adit."

Ahmad menatap ke arah anak kecil laki-laki berusia 2 tahun dengan wajah polos tak tahu perihal dunia, rasa iba kembali hadir dalam hatinya.

Enggak! Aku harus tega, aku nggak bisa terus-terusan berdekatan dengan Astri dan dia mencari celah untuk kembali padaku.

"Bang, aku janji... nggak akan ganggu kamu. Aku sudah sepenuhnya sadar, disini aku yang salah dan aku malu untuk meminta kembali padamu. Aku menyesal, sungguh." Seakan mengerti pikiran Ahmad, Astri cepat-cepat bicara lagi.

Ahmad menghela nafas panjang, dia tak ingin terlibat lagi dengan mantan istrinya tapi nurani nya terus berbisik saling bertentangan dengan pikirannya.

"Den, kalau Aden mau bantu Mbak nya... gimana kalau Mbak nya tinggal di rumah Mbok. Kan suami Mbok udah lama meninggal, Mbok tinggal sendiri karena ndak punya anak. Mbok kasihan sama Mbaknya dan juga sama anaknya..."

Ahmad akhirnya mengangguk, "Makasih ya Mbok, nanti saya kasih uang buat sehari-hari Astri hidup sama Mbok sebelum dia dapat kerja."

"Den, gimana kalau Mbok minta berhenti kerja sama Tuan Agam. Nanti Mbok yang mengasuh anak nya Mbak Astri di rumah... biar Mbak Astri gantiin kerjaan Mbok di rumah ini."

"Tidak! Enggak boleh!"

Ahmad belum bicara, namun Izy yang baru saja pulang untuk mengambil keperluan Bu Arum dan Pak Agam selama di rumah sakit langsung menolak. Wajah gadis itu kembali tak sedap dipandang, dia menatap tajam pada Astri.

1
Zainab Ddi
Doni sama Mita xocok
Emi
mmaaamupuss 🤣
Zainab Ddi
kasian banget shanum
Emi
ikutan senyum senyum
Emi
jangan dong
Emi
jodoh Shanum nih 💜
Emi
Nah ada yg ngamuk kan
Nadiyah1511
huuuuuhhhh ..tangan nafas aku bacanya thor.....tegang..tegang💜💜
Nadiyah1511: 🤭🤭🤭🤭✌️✌️✌️✌️💜💜💜💜
BUMIL@ReRe🤰💞: sampe typo saking tegangnya ya ketik tahan aja jd tangan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 2 replies
Emi
ya bagus cerai aja
Emi
lakor datang 😤
Emi
ya Allah Num😖
Emi
lucu Izy/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Zainab Ddi
tar jg nyesel tuh astri
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Zainab Ddi
🤣🤣🤣
Zainab Ddi
Yasmin kok ngak mau berbagi cerita
Zainab Ddi
author ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻🙏🏻😘
Zainab Ddi
makanya kalo jadi orang tuh ngak boleh julid dan dendam
Zainab Ddi
iih kejam jg el zero
Zainab Ddi
nah rasain Dinda zoya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!