seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Sebulan setelah Nabillah keluar dari rumah sakit, ia dipindahkan untuk bekerja di daerah Bogor. Hal ini berarti Nabillah dan Delvin harus menjalani hubungan jarak jauh.
Awalnya, Delvin tidak setuju dan merasa berat melepas Nabillah untuk bekerja jauh darinya. Namun, setelah mempertimbangkannya, ia menyadari bahwa ia tidak boleh egois.
Akhirnya, dengan tekad dan rasa cinta, Delvin mengantarkan Nabillah ke Kota Bogor menggunakan mobilnya. Dalam perjalanan, Nabillah duduk di samping Delvin sambil membaca peta.
"Ini ke mana lagi, Sayang?" tanya Delvin sambil melirik ke arah Nabillah.
"Belok kiri, nanti ada patung di sana," jawab Nabillah santai. Delvin pun mengangguk dan mengikuti arahannya.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di tempat tujuan. Di sana sudah ada Pita dan Bu Yayan yang menunggu. Ya, mereka bertiga memang dipindahkan untuk bekerja di Bogor.
Nabillah turun dari mobil, diikuti oleh Delvin.
"Selamat pagi," sapa Nabillah dengan senyuman hangat sambil bersalaman dengan Pita dan Bu Yayan dan suami Bu Yayan.
"Kalian bawa mobil? Harusnya tadi gue ikut numpang," celetuk Pita dengan nada bercanda.
"Kan semalam gue sudah bilang, gue diantar sama Kak Delvin," jawab Nabillah.
"Aaaa, so sweet banget sih! Beruntung banget, lu, punya Bang Delvin yang selalu ada buat lu," ucap Pita sambil tersenyum menggoda.
"Gue yang lebih beruntung punya cewek kayak Nabillah," balas Delvin sambil membawa barang-barang Nabillah dari bagasi mobil.
Nabillah tersenyum mendengar pujian dari kekasihnya.
"Semoga kalian berjodoh, ya," ujar Pita sambil berdoa, yang segera disambut dengan ucapan "Aamiin" dari mereka semua.
Setelah berbincang sejenak, mereka akhirnya masuk ke tempat terapi yang baru. Delvin dan suami Bu Yayan ikut membantu membawa barang-barang ke dalam.
"sayang ini barang-barang nya taro mana?" tanya Delvin kepada Nabillah.
"taro di situ aja" jawab Nabillah sambil menunjuk ke arah pojok.
Delvin mengangguk, lalu meletakkan barang milik Nabillah yang tadi ditunjuk oleh Nabillah. Setelah meletakkan barang tersebut, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Delvin pun melihat siapa yang menelepon. Ternyata, itu adalah salah satu anak buahnya.
"Sayang, aku angkat telepon dulu ya," ujar Delvin meminta izin. Nabillah mengangguk sebagai jawaban.
Delvin pun berjalan keluar untuk menerima telepon itu.
Sementara itu, di dalam ruangan, Nabillah sedang merapikan barang-barangnya sejenak sebelum menghampiri Delvin yang belum selesai berbicara di telepon.
Ketika keluar, Nabillah melihat Delvin tampak sedikit kesal saat menjawab telepon tersebut. Tak lama, Delvin memutuskan sambungan telepon itu dan mengusap wajahnya dengan kasar. Melihat hal itu, Nabillah merasa khawatir.
Nabillah pun menghampiri Delvin dan menepuk pundaknya dengan lembut.
"Ada apa, Kak? Apakah ada masalah?" tanya Nabillah cemas.
"Sedikit, Sayang. Masalah pekerjaan biasa," jawab Delvin jujur.
"Maaf ya, gara-gara aku, kamu jadi harus mengantar aku. Kamu nggak bisa bantu anak buahmu," ujar Nabillah dengan rasa bersalah.
"Ini bukan salah kamu, Sayang. Mereka saja yang malas mencari data," balas Delvin sambil berusaha menenangkan Nabillah.
Delvin menatap wajah Nabillah yang juga sedang memandangnya. Ia tersenyum, lalu mengelus pipi Nabillah dengan lembut.
"Yasudah, ayo masuk lagi," ucapnya sambil melingkarkan tangannya di pinggang Nabillah.
Nabillah mengangguk sebagai jawaban, dan mereka berdua pun kembali memasuki tempat tersebut.
"Sampai kapan kita dipindahkan ke sini, Bu?" tanya Pita kepada Bu Yayan. Saat ini, mereka sedang berkumpul di aula mess yang sudah disediakan oleh pihak kantor.
"Tergantung, kalau pusat ini ramai, kita bisa ditempatkan di sini selamanya," jawab Bu Yayan sambil memainkan ponselnya.
"Selamanya? Terus, kita hanya bertiga saja, Bu?" tanya Pita.
"Tentu saja tidak, nanti akan ada beberapa staf baru di sini. Untuk Nabillah, tolong bimbing mereka besok," perintah Bu Yayan kepada Nabillah.
Nabillah mengerutkan alisnya. "Kenapa harus saya, Bu?" tanyanya, sementara Delvin dan suami Bu Yayan hanya memperhatikan.
"Levelmu sudah lebih tinggi daripada Pita," jawab Bu Yayan, membuat Pita cemberut.
"Ya kan, Nabillah masuk lebih awal dari Pita," bela Pita pada dirinya sendiri.
"Kalian masuknya tidak jauh berbeda," jawab Bu Yayan dengan nada sinis, membuat Pita semakin cemberut.
Nabillah hanya menggelengkan kepalanya, bingung harus menjawab apa. Setelah lama berkumpul dan selesai makan siang, akhirnya Delvin dan suami Bu Yayan berpamitan untuk pulang. Delvin mengenakan jaket yang diberikan oleh Nabillah karena jaket Delvin memang ada beberapa di tempat Nabillah, masih ingat saat di rumah sakit?
"Aku pulang ya, kamu baik-baik di sini. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku," ujar Delvin.
Nabillah hanya mengangguk dan tersenyum sambil merapikan rambut Delvin yang sedikit berantakan.
"Oh iya, kamu benar-benar pulang seminggu sekali, kan?" tanya Delvin.
"Iya, sayang, demi kamu, aku pulang seminggu sekali," jawab Nabillah, membuat Delvin tersenyum.
"Ya sudah, aku pamit," ucapnya.
"Hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai, kabari aku," ucap Nabillah, lalu bersalaman dengan Delvin.
Delvin mengangguk dan tersenyum kepada Pita dan Bu Yayan. Setelah izin pamit, ia masuk ke dalam mobil dan melajukan nya sambil menekan klakson. Nabillah tersenyum lalu melambaikan tangannya. Kemudian, mereka semua pun masuk ke dalam mess, mungkin untuk bersih-bersih terlebih dahulu.
TBC....