Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?
Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 - Why?
Guys aku minta like nya aja yang banyak. Gak apa-apa kalau nggak di kasih gift . Terima kasih buat yang udah sering banget Kash aku gift. Buat yang follow aku, akan aku follback. Aku nggak ngartis kok orangnya 🤣🤣
Sudah seminggu Bella menjadi pasien rumah sakit dan hari ini Bella sudah di izinkan untuk pulang.
Inah sudah lebih dahulu berada di ruangan bersama Danu sedang mempersiapkan dan memasukkan barang barang yang akan di bawa pulang.
Tak lama kemudian Anna datang. Wanita itu datang sendiri tanpa di kawal anak kesayangannya.
Tadinya Tama ingin ikut mengantar Anna ke rumah sakit. Tapi karena ancaman yang Anna berikan, membuat Tama mengurungkan niatnya.
"Hallo Sayang ... Bagaimana keadaan kamu? Masih nyeri pinggangnya?" tanya Anna, sambil mencium puncak kepala gadis itu.
"Sedikit Bu, tapi gak seperti kemarin-kemarin. Kanu bantu aku belajar jalan jadi sendi-sendi dan urat-urat nya mulai rileks."
"Hai ... Inah, sudah lam--"
"Sudah ada Ibu kesayangan kamu 'kan, Bell. Mama pulang dulu, ya!" Inah memotong ucapan Anna cepat.
Inah langsung keluar tanpa berpamitan dengan yang lain. Membuat Danu sedikit bingung dan mengerutkan keningnya.
Danu menatap kedua wanita yang berbeda usia di hadapannya. Mencari jawaban dari ekspresi mereka.
"Kaget ya Danu? Ya begitulah wajah dan sifat asli ibu tiri Bella!"
Danu tidak menjawab ucapan Anna. Ia kembali mengemasi barang-barang Bella dan memasukannya ke dalam koper.
"Jangan dipikirin ya Bell, kan ada ibu." Anna menyemangati Bella sambil memeluk erat gadis itu.
Interaksi dua beranak itu ternyata diperhatikan oleh Danu.
Seingat Danu, meskipun hubungannya dengan Ariana sangat dekat seperti ibu kandungnya sendiri.
Namun, Ariana tidak seintens itu terhadapnya apalagi Edward, ayah Adrian.
Justru Edward terlihat sangat membencinya dan anak-anak Pioneer lainnya.
Teringat dengan Ariana. Seketika Danu mengetikan sesuatu di ponselnya dan ia kirimkan ke asisten pribadinya.
"Pih, kamu bisa gak sih? suruh Bella nggak usah deket deket keluarga ADISUTJIPTO itu!" ucap Inah dengan penekanan kata Adisutjipto.
"Memang ada masalah apa lagi, Mah?"
"Mama udah cape-cape datang ke rumah sakit untuk temani Bella. Ehhh... si Anna itu tiba-tiba juga datang. Jadinya Bella bergantung sama Anna bukan sama Mama!"
"Bagus dong, Mama jadi ada temennya buat bantuin Bella."
"Ishhh Papi!" kesal Inah, "Hubungan kita sama Bella renggang karena Bella lebih dekat sama keluarga Adisutjipto dari pada sama kita, orang tuanya sendiri."
"Bella lebih dekat dengan siapapun itu kan, nggak ada pengaruhnya sama kita, Mah. Selama Bella masih menghargai kita orang tuanya kenapa harus dipermasalahkan? Lagi pula, keluarga Adisutjipto banyak membantu Bella selama ini. Bahkan mereka yang lebih memiliki banyak waktu untuk Bella."
"Mama curiga deh, Pih. Apa jangan-jangan Bella anak Mba Anna?"
"Kamu ngomong apa sih, Mah, Jangan ngaco deh, jelas jelas waktu Rita melahirkan Bella, aku menunggu mereka di rumah sakit!"
"Tapi Pih--!"
"Udah kita istirahat aja. Jam 4 nanti kita harus berangkat ke Singapore. Aku gak mau kita ketinggalan pesawat!" potong Andre cepat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mereka bertiga telah sampai di rumah Bella, dengan cepat Anna membantu Bella untuk berjalan memasuki rumahnya. Di bantu pak Usman dan Danu yang membawa barang-barang Bella dari mobil.
"Rumah kok sepi ya Pak, pada kemana?" tanya Anna pada pak Usman.
"Nyonya dan Tuan sedang istirahat di kamar, Nyonya. Karena nanti sore Tuan dan Nyonya akan ke Singapura," jelas Pak Usman.
Dahi Anna mengernyit. "Istirahat? Mereka memang gak tau kalau putrinya yang habis jadi korban tabrak lari akan pulang hari ini!?"
Pak Usman hanya diam saja sambil membungkuk sebentar lalu meninggalkan Bella, Danu dan Anna.
"Kita langsung ke kamar aja ya, Sayang," titah Anna.
"Iya Ibu!”
Sesampainya di kamar, Danu menawarkan Bella untuk makan. Namun mood Bella sepertinya sedang tidak mood.
Ia diam saja sedari tadi dan tak banyak bicara. Hanya menjawab jika di tanya.
“Kalau kamu gak nyaman di sini, kamu bisa tidur di rumah ibu. Gimana?”
“Enggak Bu, Bella di rumah saja.”
“Ya sudah. Ibu pulang dulu. Kalau kamu butuh sesuatu, telepon ibu.”
“Iya bu,” sahut Bella dengan senyum yang ia paksakan.
Bella berjalan pelan menuju balkon kamar, namun seketika langkahnya terhenti kala menatap Danu yang sedang duduk di salah satu sofa sambil memperhatikannya.
“Maaf, aku lupa masih ada kamu disini. Kamu jadi aku anggurin.”
“Nggak masalah Bell, kebetulan aku lebih suka anggur.”
"Hah? Kamu mau anggur? Tapi aku adanya apel. Soalnya aku lebih suka apel jadi orang rumah pasti stoknya apel."
Danu tersenyum smirk. "Kalau begitu, mulai besok aku bakal lebih sering apelin kamu," ucapnya santai sambil berdiri mendekati Bella.
Bella mencerna apa yang Danu ucapkan dengan dahi mengkerut, hingga tiba-tiba ia tertawa cukup nyaring.
"Ohhh... Ya ampun. A-aku loadingnya lama banget," ucapnya sambil membekap mulut.
Danu senang, akhirnya ia bisa membuat Bella tertawa kembali meskipun lawakannya sangat garing dan kaku.
"Aku pulang ya, Bell. Besok aku jemput kamu sekolah." ucap Danu sambil beradu manik mata dan mengacak rambut gadis itu.
Seperti terhipnotis, Bella mengangguk patuh.
Danu membantu Bella saat gadis itu turun dari mobilnya. Karena mobil yang Danu gunakan sangat tinggi.
Membuat Bella sedikit kesulitan saat menuruninya maupun menaikinya.
Banyak pasang mata menatap ke arah mereka dengan tatapan terkejut.
Pasalnya baru kali ini seorang Kamandanu memperbolehkan seorang perempuan berada di dalam mobilnya.
"Yah... Hari patah hati nasional ini mah," ungkap seorang murid perempuan saat Danu melewati kerumunan para murid yang sedang menatap mereka berdua.
"Emang ada pertunjukan topeng monyet, ya? Kok rame banget?" tanya Kenzo yang berjalan di belakang Danu.
Mendengar suara gaib yang bersumber dari belakang, Danu menolehkan kepalanya dan menatap Kenzo sinis.
"Iya ... Monyet nya kan, elu!"
Bella hanya tersenyum sambil mencubit lengan Danu agar lelaki itu lebih baik bicaranya.
Tapi emang dasar Danu, dari jaman masih jadi zigot saja sudah diajarkan cara bicara yang ketus oleh ibu dan ayahnya.
"Kalau gue monyet. Lo ketua monyetnya," ucap Kenzo dengan nada sama dinginnya.
Menurut mereka obrolan mereka lucu bahkan Bella sampai terkekeh mendengarnya.
Tapi emang dasar anak-anak Pioneer kaku. Mereka bercanda dengan ekspresi datar.
"Terima kasih tumpangannya, Kanu. Kamu langsung ke kelas aja. Nanti keburu Bel masuk."
Danu menggeleng, kali ini ia menggenggam tangan Bella posesif. "Aku antar kamu sampai depan kelas."
Bella tidak bisa membantah, lagi pula Bella memang bukan gadis pembangkang. Bella sangat penurut makanya gampang di selingkuhi dan dibohongi.
"Nanti pulang aku jemput disini. Tunggu aku ya, kalau kelas kamu keluar duluan." Lagi-lagi Bella hanya mengangguk patuh.
Belum juga Bella membalikan badan untuk menuju bangkunya. Meli datang dengan heboh menarik Bella untuk segera duduk di bangku mereka.
“Bella ... welcome back to hell!” jerit Meli sambil mengeluarkan buku catatan khususnya.
“Kok hell?” Bella membeo.
“Iya dong. 'Kan, kamu gak masuk 1 minggu. Otomatis catatan kamu numpuk!”
“Really?” sahut bella terkejut dengan wajah murung nya.
“But don't panic. Aku bakal pinjemin catatan aku dan sudah sebagian catatan untuk kamu aku buat di sini!” Meli menunjuk bindernya dan mengeluarkan kertas yang Meli catat.
“Thank you so much my bestie. Sebagai ucapan terima kasih dari aku. Kamu mau makan apa nanti lunch? Aku yang traktir,”
"Ngapain traktir makan. Kan, kita makan dapet dari sekolah,” gerutu Meli.
Bella meringis dan berucap, “Oiya aku lupa."
Tak lama Wulan dan Hani datang menghampiri Bella dan Meli.
“Aaa ... Bella. Aku kangen!” peluk Wulan, “Maaf ya selama di rumah sakit aku gak bisa jenguk kamu. Jauh banget soalnya rumah sakitnya,” lanjut Wulan dengan menunjukan ekspresi sedihnya.
“Iya gak Apa apa, Lan. Yang penting sekarang kan, aku sudah bisa berkumpul kembali dengan kalian!”
“Bell ... Bell ... kamu udah tau belum kalau minggu kemarin Alexandra berduka.” Hani tiba-tiba mengalihkan obrolan mereka.
"Bella pasti tau lah. Dia dan kak Adrian kan, satu ekskul," timpal Meli.
“Tau apa Mel? Han? Emang kak Adrian kenapa?" tanya Bella dengan wajah penasaran.
“Ibu nya kak Adrian bunuh diri, Bell!”
Bella menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia ingat jika ibu nya Adrian itu sudah seperti ibu kandung bagi Danu.
Lelaki itu pasti terpukul apalagi saat ibu Adrian meninggal, mereka sedang berada di gunung.
"Bell ... Are you okey?" Meli mengguncang bahu Bella karena sedari tadi gadis itu hanya melamun.
Bella terperanjat dari lamunannya dan menatap temannya satu persatu. "Ya ... I am okey."
Bella meremas handphone yang saat ini sedang ia genggam menampilkan notifikasi pesan masuk dari Danu menanyakan keadaannya.
Kenapa Danu bisa memikirkan orang lain dari pada dirinya sendiri. Bella yakin, saat itu Danu pun sama kalutnya dengan Adrian. Tapi kenapa Danu bisa setenang itu.
Harusnya saat itu Danu sedang bersama Adrian. Mengurus pemakamannya dan menguatkan Adrian, sahabatnya. Bukan mengurusi dirinya yang berada di rumah sakit.
Apalagi keadaan ibu Adrian meninggal dalam keadaan yang sulit di terima sebagian masyarakat.
Tapi kenapa Danu memilih mengurus dirinya. Orang baru yang ia kenal. Otak Bella penuh dengan pertanyaan 'Mengapa'.
TBC
Maap guys Chapter ini sedikit. Next Chapter aku bakal panjangin. Yang penting like, subscribe dan vote nya ya. Gift juga boleh. Moahaha (ngelunjak)