Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Menceritakan Semua
"Coba kamu tenangkan dirimu dulu. Setelah itu kamu ceritakan apa yang telah terjadi," mama Laras menuntun pelan Zafira duduk di sofa lalu memberikan air putih yang diantarkan pekerja rumah.
Bukannya hanya keluarga, para pekerja di rumah pun merasa terkejut serta terheran-heran melihat Zafira yang tiba-tiba datang ke rumah dengan teriakan dan membawa wajah kacau serta mata sembabnya.
Setelah menghabiskan satu gelas dalam satu tegukan, Zafira kembali memeluk sang mama. Ditumpahkannya segala perasaan sedih serta luka yang saat ini sangat menyiksanya. Gadis itu tergugu dalam dekapan sang mama.
Mama Laras mengusap punggung putrinya. Berusaha menenangkannya. Dia tahu, ada sesuatu yang besar terjadi dalam rumah tangga anaknya. Tetapi mama Laras tidak ingin segera bertanya. Dia memberikan waktu untuk Zafira menumpahkan tangisan agar dapat mengurangi segala beban yang ditanggungnya.
Setelah memastikan Zafira telah cukup tenang, mama Laras pun melepas pelukan. Kemudian dengan penuh kasih sayang diusapnya air mata yang membasahi pipi si kembar kesayangannya itu.
"Sayang, apakah kamu sekarang sudah lebih tenang? Coba ceritakan pada mama, apa yang terjadi denganmu dan Fariz? Mengapa kamu menangis seperti ini? Mama yakin sekali, ada permasalahan besar yang sudah terjadi antara kamu dan Fariz," mama Laras mengutarakan kecurigaannya.
Zafira mengangguk lemah. Dan setelah mengumpulkan seluruh kekuatan, dia pun menceritakan semua yang terjadi. Dari awal percekcokan dengan Fariz hingga dia memutuskan untuk tidak berangkat bekerja dikarenakan hatinya yang sedang gundah. Dia pun menceritakan asal muasal Ronald masuk ke kamar hingga menindih tubuhnya dan mengancam akan mematahkan tangannya jika dia tidak menuruti keinginan pria itu.
Setelah menjelaskan semua, Zafira kembali tersedu menangis dan langsung dipeluk kembali oleh mama Laras. Kedua sudut mata Laras melirik kepada papa Arga, Zafran kemudian oma Mayang secara bergantian yang duduk di sofa berhadapan dengan sofa yang kini didudukinya dan Zafira. Dari sorot mata yang dipancarkan dapat dimengerti jika mama Laras meminta pendapat serta jalan keluar untuk permasalahan yang sedang dihadapi sang putri kepada suami, anak serta mertuanya.
Semua yang saat itu sedang berkumpul masih terdiam seribu kata. Mereka seolah masih berperang dengan fikiran masing-masing mengenai benang kusut yang melilit biduk rumah tangga Zafira. Baru saja menikah, badai sudah menerpa rumah tangga kedua insan itu.
Penuturan Zafira membuat keluarganya shock, tetapi tidak dengan Zafran. Saudara kembar Zafira tersebut nampak duduk dengan tenang sambil terus memperhatikan Zafira yang sedang menangis di pelukan sang mama.
Kedua bola mata Zafran tidak lepas dari Zafira. Diperhatikannya dengan saksama kondisi serta penampilan Zafira saat ini. Sangat berbeda jauh dengan Zafira pada kesehariannya yang selalu tampil riang dan menawan.
Zafran tahu, dulu Zafira memang tidak mencintai Fariz, lebih tepatnya tidak menyadari bahwa "Ternyata Ada Cinta" di hatinya untuk Fariz. Namun hari ini, Zafran dapat melihat dengan jelas sorot mata sang adik yang memancarkan sebuah cinta besar terhadap sahabat masa kecil mereka. Betapa besar cinta yang disimpan Zafira di balik tangisannya itu.
Zafran dapat menangkap ekspresi wajah Zafira yang menggambarkan bahwa dirinya sangat merasa kehilangan Fariz. Kesedihan dan kehancuran jelas tergurat di raut muka serta penampilan Zafira hari ini.
"Ehem..," akhirnya Zafran memecah keheningan membuat keempat orang yang ada di sana langsung mengalihkan pandangan menatap Zafran.
Zafira pun sempat melirik ke arah Zafran meskipun tetap tidak melepaskan pelukan dari sang mama.
"Aku tahu siapa Fariz. Dia sangat mencintai Zafira. Dia mengambil keputusan pergi dari rumah pasti karena sesuatu yang fatal. Selama ini, kalian bisa melihat sendiri, setiap kali Zafira menolak dan menentang keras perjodohan, dia tidak pernah pergi dan masih bertahan di samping Zafira. Kali ini dia meninggalkan Zafira pasti karena hatinya sudah sangat tersakiti," Zafran berkata sesekali melirik ke arah Zafira.
Zafira terhenyak. Gadis itu pun segera melepas pelukan dari tubuh sang mama. Ditatapnya Zafran dengan sorot mata serius.
"Jadi, maksudmu bagaimana? Apa maksudmu Fariz akan mengakhiri rumah tangga kami? Menggugat cerai aku?," tanya Zafira penuh kecemasan.
"Aku tidak mengatakan seperti itu. Tapi apa yang kamu katakan bisa saja terjadi. Seseorang yang sudah terlalu tersakiti bisa saja melakukan hal-hal di luar kendali" Zafran menjawab asal dengan senyum dikulum sambil menatap Zafira yang tampak termakan dengan kata-katanya.
Sayatan perih terasa mengiris hati Zafira mendengar perkataan Zafran. Apa benar di saat Fariz telah kehilangan kendali maka dia akan melakukan hal yang dikatakan Zafran? Dia benar-benar takut Fariz sampai melakukan itu.
Tangisan Zafira pun kini semakin pecah. Ditutupnya wajah dengan kedua tangan sambil tertunduk pilu.
"Zafran, tidak perlu menakuti adikmu seperti itu. Kamu ini selalu saja membuat lelucon di saat yang tidak tepat. Mama tidak suka itu" mama Laras mengingatkan sang anak. Zafran hanya tersenyum kecil melihat kekhawatiran di wajah sang mama.
"Tenanglah sayang, itu tidak akan pernah terjadi. Fariz tidak akan pernah menggugat cerai dirimu. Tidak perlu kamu dengarkan perkataan kakakmu. Dia hanya membual" hibur mama Laras kembali memeluk sang putri, mengelus punggungnya dengan lembut.
Mama Laras tahu sekarang jika anak manjanya sudah jatuh cinta pada Fariz. Sebuah kebahagiaan hadir di hatinya mengetahui hal ini walau pun di sebagian hatinya lagi, dia pun merasa cemas memikirkan kepergian Fariz yang tidak diketahui kemana rimbanya.
"Sayang bersabarlah. Mama yakin Fariz berada di suatu tempat yang aman. Biarkan dia menenangkan dirinya dulu untuk sementara waktu sebelum kembali menemuimu. Kamu jangan menangis terus. Yang penting mulai saat ini kamu harus belajar dan merubah semua sikapmu yang mungkin selama ini kurang baik terhadap Fariz," mama Laras mencoba menasehati sang putri.
"Aku setuju dengan yang mama katakan. Kamu harus bisa bersabar. Mungkin Fariz butuh waktu untuk menenangkan dirinya," sambung Zafran yang kini telah beranjak dari sofa lalu berdiri di samping sofa yang diduduki sang oma.
"Tapiii... Aku tidak bisa menunggu lebih lama. Aku ingin segera bertemu dengannya. Aku..," ucap Zafira terisak memutus kalimatnya.
"Itu terserah kamu. Kalau kamu ingin segera bertemu dengannya, sebaiknya kamu cari sendiri di seluruh sudut kota ini. Memangnya kamu sanggup menyusuri kota Jakarta yang sebegitu luasnya? Bisa-bisa kamu kehilangan kakimu" ujar Zafran lagi dengan sikap datarnya.
Tawa mama Laras, papa Arga bahkan oma Mayang nyaris saja pecah saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Zafran. Tetapi mereka berusaha menahan tawa karena hal itu pasti akan membuat Zafira merasa ditertawakan dan pastinya anak manja itu akan semakin bersedih. Mereka tahu kalau Zafran sengaja mengusili adiknya tetapi sayangnya keusilan tersebut dilakukan tidak pada waktu yang tepat.
...*****...