Farrel adalah seorang playboy kelas kakap, sudah banyak wanita yang dia kencani dari berbagai macam profesi. Baginya wanita hanya mainan saja, yang akan dia tinggalkan setelah merasa bosan. Tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Dia adalah seorang pria dengan sejuta pesona. Siapapun wanita yang melihatnya akan terpesona dengan ketampanannya, apalagi dia adalah seorang pengusaha yang kaya raya.
Namun, malam itu dia salah masuk ke dalam kamar hotel membuat dia melakukan kesalahan fatal dengan seorang wanita yang tidak dia kenali. Wanita itu meletakkan sebuah cek senilai seratus juta di atas meja, agar Farrel tutup mulut.
Farrel sangat terkejut ketika mengetahui kenyataan bahwa wanita itu ternyata adalah istri dari saudara sepupunya. Apakah dia harus bertanggung jawab karena telah merenggut kesuciannya ataukah mencari wanita lain sebagai tambatan hati? Padahal ada banyak wanita yang mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Wah Gawat Rel, Om lu ngasih persyaratan ke Bang Edho. Kalau Bang Edho memiliki anak dari istrinya, Om lu akan mewariskan seluruh harta kekayaannya kepada Bang Edho. Kayaknya Bang Edho akan gencar tidur dengan Renata, demi mendapatkan warisan." Terdengar suara Andra yang sedang menelpon menelpon Farrel.
Saat ini Farrel sedang berada ditengah perjalanan menuju mansion setelah mengantarkan Renata.
Farrel sangat terkejut mendengarnya, dia segera mematikan telepon, mencabut headset yang menempel di telinganya.
Kemudian Farrel memutar balik arah. Walaupun Edho adalah suaminya Renata, sungguh dia sangat merasa tidak rela jika Renata disentuh oleh pria lain selain dirinya.
Brrmmm!
Brrmmm!
Brrmmm!
Farrel menaikkan kecepatan mobilnya, dia ingin segera sampai ke rumah saudara sepupunya itu.
Namun, Farrel mengurungkan niatnya ketika telah berada di sekitar rumah saudara sepupunya itu.
"Apa kamu gila? Edho adalah suaminya Renata, kamu yang seharusnya tahu diri, mereka memang pantas melakukannya!" Hati baiknya Farrel berkata seperti itu.
Kemudian hati jahatnya Farrel ikut berbicara. "Jangan bersikap naif! Sudah jelas kamu yang pertama melakukannya, apa kamu rela jika wanita yang kamu cintai tidur dengan pria lain, meskipun pria itu adalah suaminya? Jika itu semua terjadi, hatimu akan merasakan sangat hancur!"
"Shitttt!" Farrel pun mengumpat. Dia memukul-mukul setir mobil karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Farrel masih memukul-mukul setir mobil dengan keras, pria itu nampak frustasi. Deru nafasnya bergemuruh hebat, hatinya sungguh merasa tersiksa. Sangat sakit jika membayangkan Renata akan bercinta dengan Edho.
Mungkin beginilah resikonya jatuh cinta kepada istri orang, walaupun semua itu bukanlah kemauannya, sekalipun dia tidak pernah bermimpi untuk mencintai seorang wanita yang sudah bersuami. Dia jatuh cinta kepada Renata pada pandangan pertama, sebelum dia tahu bahwa Renata adalah istrinya dari saudara sepupunya itu.
Haruskah dia pasrah merelakan Renata tidur dengan suaminya, karena memang Edho yang lebih berhak atas Renata? Ataukah dia harus menggagalkannya? Tapi bagaimana caranya?
...****************...
Renata telah sampai di rumahnya, dia menyandarkan punggungnya di daun pintu, semua perlakuan yang dilakukan oleh Farrel kepadanya membuat hatinya tidak karuan. Renata berharap benteng pertahanannya tidak goyah, dia tidak boleh terpesona dengan pria itu. Dia harus sadar diri bahwa dia adalah seorang wanita yang sudah bersuami.
"Ingat Renata. Kamu adalah wanita yang sudah bersuami. Jangan sampai kamu terpesona dengan pria itu, apalagi Farrel adalah seorang playboy!" Renata memperingatkan dirinya sendiri dengan nada pelan.
Renata pun berjalan ke ruang tengah, dia terkejut ketika melihat Edho yang sedang duduk di sofa. "Ma-mas Edho sudah pulang?"
Edho pun menganggukan kepalanya, "Hm." Pria itu sedang duduk, sambil memegang sebuah paper bag yang berisikan sebuah lingerie.
"Aku ingin kopi, cepat buatkan aku kopi!" titah Edho kepada Renata yang baru saja tiba di rumah.
"Mau aku buatkan kopi apa, Mas?" Renata sama sekali tidak merasa keberatan, setiap hari dia selalu membuatkan kopi untuk Edho. Karena dia sangat menyadari bahwa seorang istri yang baik harus selalu siap melayani suaminya walaupun dia sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Emm... kopi hitam saja, Renata," jawab Edho sambil memandangi wajah Renata, mengapa malam ini wajah Renata sangat terlihat cantik. Apa mungkin karena dia baru menyadarinya?
Renata tidak mengenal rasa lelahnya, padahal dia sedang berjalan tertatih-tatih, karena lututnya sedang terluka. Tapi dia harus melayani sang suami, sehingga dia segera pergi ke dapur untuk membuat kopi buat Edho. Selama ini Edho memang tidak pernah membuat kopi untuk dirinya sendiri, harus Renata yang membuatkannya.
Renata yang sedang menyeduh kopi hitam, dia terlihat sedang melamun sambil mengaduk-aduk sendok di dalam gelas itu. Edho sama sekali tidak bertanya mengapa kakinya terluka, sikapnya sangat jauh berbeda dengan Farrel.
Renata melihat plester yang melekat di lututnya, tiba-tiba saja bayangan saat Farrel mengobati luka di lututnya sangat terbayang jelas di dalam benaknya.
Renata pun menggelengkan kepalanya, dia tidak boleh membandingkan mereka berdua. Dan dia tidak boleh memikirkan pria lain selain suaminya sendiri.
Renata pun segera pergi ke ruang tengah untuk mengantarkan kopi pesanan Edho, "Ini mas kopi hitamnya," ucapnya sambil menyimpan satu gelas kopi hitam di atas meja.
Edho segera meneguk kopi hitam tersebut. Setelah itu, dia pun berkata kepada Renata sambil memandangi wanita itu, "Renata, aku mau bicara."
"Bicara apa, Mas?" tanya Renata, wanita itu sedang berdiri di dekat Edho.
Edho pun segera berdiri, dia berjalan mendekati Renata, "Aku ingin malam ini kita..."
Ting!
Tong!
Edho tidak meneruskan perkataannya ketika mendengar suara bel berbunyi, hal tersebut membuat Edho sangat kesal. Dia menyimpan kembali paper bag yang hampir saja akan dia berikan kepada Renata.
"Siapa malam-malam begini datang kesini?" gerutunya.