Tiga tahun menjalin hubungan pernikahan, Gempita mengetahui kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita yang lebih muda.
Dalam situasi seperti ini, ia menghadapi kebingungan. Satu alasan yang tidak bisa diungkap. Apakah bercerai atau mendiamkan perbuatan Melvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir?
Perjalanan panjang ini tidak sia-sia setelah Gempi tahu kalau hotel yang Melvin sewa, begitu mewah. Suaminya itu benar-benar pandai mencari celah agar ia tidak marah.
Bohong kalau Gempi tidak kesal. Ia bukan malaikat maupun perempuan yang di Muliakan. Hatinya jelas sakit sampai sekarang saat melihat kelakukan Melvin.
Gempita hanya menahan diri. Mencoba merelakan, pasrah akan hidup yang digariskan untuknya.
Malam ini, ia tidak akan keluar dari kamar. Gempita ingin istirahat dari lelahnya perjalanan dan besok pagi, ia akan mulai melakukan kegiatan yang mengasikkan.
Beda dengan Melvin yang tentu saja sangat bebas bermesraan bersama Nindi setelah Gempita mengizinkannya menikah lagi.
"Minggu depan, aku akan ke Italia," kata Melvin.
"Kita bakal bulan madu di sana? Sayang, aku mau banget."
"Aku sendiri. Bulan madunya di Bali saja."
"Yah! Kok, gitu sih?" Nindi tampak kecewa.
"Kamu mau gabung sama Gempita? Yang ada dia bakal marah besar. Aku berusaha untuk adil."
"Apanya yang adil? Gempi ke Italia, aku di sini." Wajah Nindi berubah cemberut.
"Dengar dulu, Sayang. Kan, awalnya aku memang kirim dia ke luar negeri biar acara pernikahannya enggak ketahuan. Tapi apa, Gempita malah sudah tahu. Aku merasa sangat bersalah banget."
Nindi cuma bisa menggerutu. Di hari pernikahan ini, ia tidak ingin berdebat dengan Melvin. Tahankan saja dulu kecemburuannya ini. Setelah Melvin ia kuasai sepenuhnya, barulah Gempi bisa disingkirkan.
Wanita mana pun tidak akan pernah mau berbagi suami, termasuk Nindi. Ia tidak rela menjadi yang kedua, apalagi bersaing bersama Gempi yang tidak ada apa-apanya itu.
"Sayang, kenapa tiba-tiba Gempita izinin kamu buat nikah lagi?"
"Kamu pikir Gempi izinin aku tanpa syarat? Tentu saja demi kamu, aku harus berkorban banyak."
"Memangnya Gempi minta apa?" Nindi jadi semakin penasaran.
"GMP Entertainment dan dia nyonya rumah. Kalau ada apa-apa, aku harus lapor sama dia."
"GMP Entertainment? Kok, kamu mau, sih?" Nindi seakan tidak rela.
"Kenapa? Itu memang punya dia."
Nindi tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika Melvin sudah berkata demikian. Ingin protes? Yang ada malah ia yang dimarah. Nindi tahu seperti apa perasaan Melvin terhadap istri pertamanya itu.
"Marah?" Melvin mencubit pipi Nindi.
"Kenapa aku harus marah?" Nindi pura-pura saja.
"Aku punya kejutan buat kamu."
Raut wajah Nindi berubah. "Apa coba?"
"Ini dulu, dong." Melvin memberi isyarat agar Nindi melayaninya dulu.
"Ish! Selalu, deh." Nindi mencubit perut Melvin.
"Mau enggak?"
"Mau!" Nindi langsung menindih Melvin. Memberi servis terbaik agar suaminya puas dan makin sayang. Supaya Melvin lupa akan Gempita dan selalu bersamanya.
Selesai melayani, Melvin menepati janjinya dengan memberi hadiah yang tidak disangka oleh Nindi. Sebuah rumah seharga 2 Milyar, Melvin berikan.
Karena senang, Nindi kembali memuaskan Melvin. Keputusannya memang tepat dan ia sangat beruntung bisa mendapatkan pria kaya.
Balik lagi ke benua Eropa. Pagi hari yang membuat Gempita semangat karena ia akan berpetualang bersama seorang pemandu wisata. Ia menghabiskan masa sewa saja, berencana untuk menambah jatah liburan sebanyak 1 Minggu lagi.
Selesai sarapan di hotel, Gempita lekas menemui si pemandu dan ternyata hanya ada beberapa orang dari Indonesia yang ikut berlibur.
Dengan menumpang bis umum, mereka semua menikmati perjalanan wisata yang ada di Roma. Kisah tentang Melvin terlupakan. Gempi menikmati perjalanan seharian penuh dan besoknya, ia akan mengunjungi Milan.
Tentunya Gempi akan memisahkan diri. Liburan sendiri lebih enak dan di sana ia akan belanja beberapa barang.
Sementara Cal, sudah lebih dulu berada di Milan. Malam ini, ia habiskan dengan mengunjungi Night Club elite di sana.
Bersama para wanita yang mudah sekali untuk didekati. Namun, meski Cal sudah memakai topi, tetap saja ada yang mengenali dan mengambil fotonya secara diam-diam.
Apalagi pipi Cal sempat dikecup oleh wanita-wanita yang mendekati, dan tentunya hal ini akan menjadi bahan gosip.
Esok siangnya, Gempita tiba di Milan setelah tadi pagi menumpang pesawat komersil. Kota yang lebih maju dan ia sudah memutuskan untuk menetap lebih lama di sini.
Untuk liburan kali ini, Gempita tidak memberitahu Melvin, bahkan kapan ia datang, sedang apa, Gempi tidak memberitahu suaminya.
Toh, Melvin juga tidak menghubungi. Apalagi Gempi sudah memberi izin, otomatis suaminya itu lupa keberadaan istri pertama.
"Terima kasih." Gempita tersenyum pada resepsionis setelah menerima kartu kamar. Ia meminta petugas pria membawa koper dan si pelayan hotel menyarankan menuju lift.
Gempita dan petugas hotel itu masuk lift, dan saat si pria hendak menekan tombol, suara seseorang menghentikannya.
"Tunggu! Aku juga mau naik." Pemuda ini mengucapkan terima kasih kepada petugas hotel, dan kaget lantaran ada seorang wanita di dalam.
Sama hal dengan Gempi, yang juga kaget karena tidak menduga ini sama sekali. Sayangnya, pintu sudah tertutup dan Cal tidak mungkin mundur.
"Anda di lantai berapa, Tuan?" tanya si petugas.
"Lantai 6," jawab Cal seraya melirik Gempita.
"Kami juga akan ke lantai itu."
Cal bergeser, mensejajarkan diri dengan Gempi. Ia melirik wanita yang tengah memainkan ponsel ini.
"Suatu kebetulan dapat bertemu di sini," kata Cal.
Gempita mengalihkan pandangan ke depan. "Aku tengah liburan."
"Ya, aku juga. Kita samaan."
"Kita berbeda."
"Aku tahu. Kamu wanita, aku pria. Jelas ada perbedaannya." Cal menoleh padanya. "Sendirian?"
"Bukan urusanmu."
"Aku sendirian. Kita bisa liburan bersama kalau kamu mau."
Gempi memandangnya. "Apa?"
"Aku bilang liburan bersama. Daripada kamu hanya sendiri. Apalagi kita sudah saling mengenal." Cal tersenyum pada petugas yang menoleh pada mereka. "Dia teman lamaku."
"Oh, suatu kebetulan."
Cal beralih pada Gempi. "Luar dan dalam."
"Aku lebih suka bepergian sendiri." Gempi berkata begitu bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.
Petugas lebih dulu keluar, diikuti dengan Gempi, dan Cal menyusul. Entah kesialan atau keberuntungan bagi Gempita, kamar mereka bersebelahan.
"Ternyata takdir memang ingin kita bersama, ya?" Cal tertawa.
Gempita mendengkus. Ia segera masuk kamar dan memberi uang tip kepada petugas.
"Kenapa bisa bertemu Cal, sih?" Gempita kesal sendiri. Ia langsung merebahkan diri di atas tempat tidur.
Gempita bingung dan sebaiknya ia menghubungi Sifa lewat media sosial. Lewat Direct Message, Gempi mengirim pesan dan memberitahu jika ia bertemu Cal.
Di saat bersamaan, pesan dari Melvin masuk. Suami Gempi ini baru menghubungi setelah melewati waktu 24 jam.
Pesan itu tidak dibalas. Gempita malas. Baru sehari, Melvin lupa akan dirinya. Belum lagi nanti, mungkin juga suaminya itu lupa punya istri yang lain. Gempita tidak peduli. Selagi uang bulanan lancar, ia akan bertahan.
Sementara Cal merasa senang. Ini dia liburan yang paling ditunggu-tunggu. Liburan bersama wanita yang pernah hidup dengannya.