Umurnya baru saja sembilan belas tahun, tinggal satu semester lagi akan lulus dari kuliahnya, Stefanie di seret paksa dari asrama kampusnya.
Karena kakaknya melarikan diri, di hari pernikahannya, Stefanie terpaksa jadi pengantin pengganti, menggantikan kakaknya.
Stefanie mencoba berontak, tidak ingin menggantikan kakaknya, menikah dengan pria calon kakak ipar yang belum ia kenal.
Tapi, karena Ibunya mengatakan, hanya sebagai pengganti sementara saja, sebelum kakaknya kembali, Stefanie terpaksa setuju menikah dengan calon kakak Iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33.
Stefanie tidak tahu harus bagaimana bersikap, mendapat perhatian dari dua orang berbeda usia dan Gender.
Ia terbiasa hidup dengan keras, tanpa perhatian khusus dari seseorang, membuat ia merasa sedikit canggung.
Christopher yang super protektif, dan Ibu mertua yang memperlakukannya seperti putri sendiri, membuat Stefanie hanya bisa membiarkan saja ke dua orang tersebut, memperlakukan dirinya menurut selera mereka berdua.
Keinginan Stefanie ingin menyelesaikan kuliahnya, yang sempat tertunda, di penuhi Christopher dan Ibu mertuanya.
Stefanie sempat terdiam tidak dapat berkata-kata, mendengar Christopher menyetujui Stefanie melanjutkan kuliahnya yang tertunda.
"Aku di tarik paksa dari kampus, menggantikan kak Jennie yang melarikan diri, karena tidak ingin menikah dengan kak Christopher!" kata Stefanie menjelaskan, kenapa kuliahnya bisa tertunda.
Beatrice menggelengkan kepalanya, mendengar penjelasan Stefanie, dan tentang bagaimana Stefanie bisa akhirnya menikah dengan Christopher.
"Aku menginginkan kau yang menikah dengan Christopher, bukan kakak tirimu, karena aku tahu dia sudah memiliki kekasih!" ujar Beatrice menepuk punggung tangan Stefanie dengan lembut, dalam genggaman tangannya.
"Aku sudah menyelidiki terlebih dahulu, tentang riwayat keluarga Chloe, dan ke dua putri Edgar, yang akhirnya... kau di keluarkan juga, dari tempat persembunyianmu!" ujar Beatrice lagi, sembari tersenyum senang.
Stefanie tidak berkedip menatap Ibu mertuanya itu, yang tidak ia duga, ternyata dirinyalah pengantin Christopher.
Beatrice kemudian menoleh ke arah putranya, "Dan... lelaki satu ini, sungguh tidak pandai mencari dan mengenali gadis kecil penolongnya!" kata Beatrice dengan nada kesal.
"Ehem!" Christopher berdehem, merasa malu sendiri mendengar apa yang di katakan Ibunya.
"Untung saja ia punya hati yang peka, melihat kakak tirimu yang genit, sehingga ia menolak wanita itu dekat-dekat dengan dirinya!" kata Beatrice lagi, dengan nada yang msih kesal, sembari melirik Christopher dengan tatapan tajam.
"Ehem!" kembali Christopher berdehem, merasa malu dengan kata-kata sindiran Ibunya.
"Minumlah susumu, sepertinya sudah waktunya kita berangkat!" Beatrice mendorong gelas susu hangat ke depan Stefanie.
"Oh, iya... tidak terasa hari sudah siang, sudah waktunya berangkat kuliah!" sahut Christopher, lalu mempercepat sarapannya.
Stefanie tidak pernah minum susu saat sarapan pagi, ia merasa sedikit mual dengan aroma susu.
Tapi, karena Christopher telah berbaik hati, membuat susu hangat untuk nya, Stefanie terpaksa meneguk habis susu tersebut.
Christopher tersenyum senang, melihat Stefanie menghabiskan susu yang ia buat untuk istri kecilnya itu.
Sepuluh menit kemudian, mereka sudah berada di dalam mobil menuju kampus Stefanie.
Christopher telah mengurus kuliah Stefanie, untuk tidak tinggal di asrama kampus lagi.
Ia juga telah mengurus beberapa Dosen, untuk bekerjasama dengannya memperhatikan keamanan Stefanie, karena ia telah menyelidiki tentang pembullyan yang pernah di alami Stefanie.
"Aku yang akan menjemput mu, kalau mata kuliah mu telah selesai, aku telah memasukkan nomorku di dalam ponselmu!" Christopher memberikan sebuah ponsel baru kepada Stefanie.
Tangan Stefanie menerima benda pipih tersebut, dengan raut wajah terpaku melihat ponsel mewah, yang di sodorkan Christopher tersebut padanya.
Seumur hidup Stefanie, baru kali ini ia memiliki sebuah barang elektronik yang begitu mahal.
Stefanie menatap layar ponsel yang di berikan Christopher tersebut, tampak foto Christopher duduk di sebuah kursi kantor.
Christopher menopangkan satu kakinya pada kaki satu lagi, dengan stelan jasnya yang mahal, terlihat begitu tampan sembari tersenyum kecil.
Mata Stefanie berkedip menatap foto Christopher tersebut, ia tidak menyangka Christopher telah mengatur wallpaper ponsel tersebut, dengan foto dirinya sendiri.
"Ehem.. apakah aku begitu tampan sekali? sehingga kau tidak dapat mengalihkan tatapan matamu dari fotoku?" tanya Christopher dengan nada bangga, merasa percaya diri.
Christopher merogoh saku dari balik jasnya, lalu menunjukkan layar ponselnya yang menyala ke depan Stefanie.
Dengan polosnya Stefanie memandang ponsel, yang di pamerkan Christopher ke depan wajahnya.
Tampak fotonya duduk di tempat tidur king size Christopher, dengan tatapan tepat menatap kamera.
Mata Stefanie terbelalak kaget, melihat foto dirinya, yang sejak kapan di ambil Christopher, ia tidak tahu sama sekali.
Dengan cepat tangan Christopher memasukkan kembali, ponselnya ke balik saku jasnya, begitu melihat mata Stefanie yang terbelalak.
"Ka.. kapan kak Christopher mengambil fotoku?" tanya Stefanie memandang Christopher, dengan tatapan mata yang masih terbelalak.
"Ehem.. rahasia!" jawab Christopher, sembari membenarkan jasnya.
Saat Stefanie telah sampai di kampusnya, ia masih bertanya-tanya dalam hatinya.
Kenapa ia tidak tahu telah di foto Christopher, "Jangan lupa telepon aku, kalau sudah selesai kuliah!" pesan Christopher di antara rasa bingung Stefanie.
"Kalau Christopher tidak bisa menjemput, Mama yang akan datang menjemput mu, nomorku juga sudah ada dalam ponsel itu!" sahut Beatrice, ikut menimpali membuyarkan rasa bingung Stefanie.
"Baik, Ma!" jawab Stefanie.
Cup!
Satu kecupan di berikan Christopher di kening Stefanie, saat akan melepaskan Stefanie turun dari dalam mobil.
Wajah Stefanie sontak merona, mendapat kecupan tiba-tiba dari Christopher.
"Bye... " sahut Christopher, setelah Stefanie turun dari mobil.
"Bye... " balas Stefanie tanpa sadar.
Christopher tersenyum senang, mendengar jawaban Stefanie.
Mobil baru bergerak meninggalkan pintu gerbang kampus Stefanie, begitu Stefanie tidak terlihat lagi, saat pintu gerbang tertutup.
Bersambung......