"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pamit
Saat dokter sudah mengarahkan alat ke permukaan kulit perut Laura, dada Jimmy sudah berdebar kencang, tangannya terus menggenggam tangan Laura erat, seolah mereka tidak ingin terpisah.
Tatapannya lurus menatap layar monitor yang perlahan menunjukan sebuah keajaiban, dimana seorang bayi mungil meringkuk di dalam rahim ibunya.
"Anakku," Gumam Jimmy dengan wajah yang sangat sendu.
Jimmy meneteskan air mata, perasaan sentimental seorang Jimmy diperlihatkan saat dirinya melihat kehidupan sosok malaikat kecil. Selama ini dirinya terpuruk dalam kebohongan belaka, dan hadirnya Laura membuat Jimmy benar-benar mendapatkan anugrah yang sangat besar.
"Sayang anak kita." Gumam Jimmy sambil menatap Laura yang tersenyum padanya, tangan satunya mengusap kepala Laura penuh sayang.
"Bayinya berkembang dengan baik, semua organ terlihat sempurna, semoga akan tetap seperti ini sampai melahirkan, jaga kandungan anda dengan baik nyonya." Ucapan dokter disambut dengan senyum lebar pemilik bayi itu.
"Dan selamat bayinya laki-laki."
Jimmy benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa bahagia, ia kecup seluruh wajah Laura tanpa ada yang terlewat, hingga wanita itu merasa malu sendiri dilihat dokter dan perawat.
"Jimmy," Cicit Laura saat Jimmy sudah menjauhkan wajahnya, bahkan Jimmy sempat mengecup bibirnya singkat.
"Terima kasih sayang, aku mencintaimu." Bisik Jimmy dengan seringai diwajahnya.
Laura hanya bisa menunduk menutupi rasa malunya, Jimmy benar-benar membuatnya kehilangan muka.
Setelah berkonsultasi dan mendapatkan hasil foto USG begitu juga dengan resep vitamin yang diberikan dokter. Kini keduanya keluar dari ruangan periksa setelah mengucapkan terima kasih.
"Mbak!"
Amalia langsung menghampiri Laura yang baru keluar, namun Amalia tertegun saat melihat sosok pria tanpa tinggi tegap dibelakang Laura.
"Lia," Laura tersenyum lebar meyambut Amalia yang mendekat padanya.
"Mbak dia siapa? Sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya." Tanya Amalia sambil menelisik penampilan Jimmy dari atas sampai bawah.
"Aku ambil obat dulu, kalian tunggu disana." Jimmy menunjukan kursi tunggu didekat farmasi.
"Baiklah," Balas Laura sambil mengajak Amalia untuk duduk di kursi.
"Mbak sepertinya dia pria yang menempati rumah depan itu."
Hah
"Tidak mungkin Lia, dia tinggal di hotel." Balas Laura yang memang tahu Jimmy tinggal di hotel.
"Ck, mbak gak percaya, nanti deh aku buktiin. Ngomong-ngomong dia siapanya mbak, bule gitu?" Tanyanya lagi soalnya kepo.
"Dia," Laura bingung ingin menjawab, tapi tangannya yang bergerak mengelus perutnya membuat Amalia sepertinya paham.
"Dia ayah dari bayi ini." Gumam Amalia.
*
*
"Kenapa kita kesini?" Laura merengut saat mobil Jimmy berhenti di lobby hotel.
Ia pikir Jimmy akan membawanya pulang, tapi malah justru dibawa kehotel lagi.
Sedangkan Amalia sudah disuruh pulang oleh Jimmy, gadis itu awalanya menolak tapi karena di kasih iming-iming uang Amalia pun menyetujui karena dirinya membutuhkan uang untuk di tabung, alasannya Amalia ingin pergi ke negara Thailand untuk bertemu dengan biasnya di sana, aneh-aneh saja.
Melihat bibir Laura yang cemberut, Jimmy pun menundukkan kepalanya dan mengecup singkat bibir yang cemberut itu.
"Jimmy," Lirih Laura sambil mendelikkan matanya.
Untung saja mereka berdua ada di dalam lift, jadi tidak ada yang melihat.
Jimmy terkekeh, tangannya merangkul bahu Laura dan mengecup sisi kepala wanitanya.
"Aku pasti akan merindukan kalian." Gumam Jimmy.
Pintu lift terbuka, keduanya keluar menuju kamar yang Jimmy tempati.
"Sayang kamu ingin apa?" tanya Jimmy saat tangannya menempelkan keycard di bagian pintu.
"Um," Laura tampak berpikir sambil berjalan masuk kedalam.
Grep
Jimmy langsung memeluk Laura dari belakang, pria itu memeluknya erat. Jimmy menaruh kepalanya di bahu wanitanya, menghirup aroma tubuh Laura yang akan dia rindukan.
"Jim,"
"Besok aku akan kembali."
Deg
Laura terdiam sejenak, tatapannya lurus kedepan.
"Aku pasti akan merindukanmu dan anak kita." Tanyanya Jimmy bergerak mengusap perut buncit Laura.
"Kenapa buru-buru," Suara Laura terdengar tercekat, entah kenapa dia kok ngak rela Jimmy kembali.
"Em, Lusa Celine akan pulang. Dan aku tidak ingin dia tahu dan semua rencana gagal." Jimmy mengecup leher Laura lembut membuat mata wanita itu terpejam.
Jimmy melonggarkan pelukannya, dan kembalikan tubuh Laura untuk menghadapnya.
"Meskipun aku tidak ada, tapi akan memastikan keselamatan kalian, jaga dia untukku Laura." Perlahan tubuh Jimmy luruh dan berjongkok didepan perut besar sang wanita.
"Ayah akan kembali untuk mu son." Gumam Jimmy sambil mengecup permukaan perut Laura.
Laura hanya bisa diam, hatinya merasa berat ingin rasanya memiliki Jimmy untuk selalu berada disisinya, beberapa hari dengan kehadiran Jimmy nyangka Laura merasakan hal yang berbeda, Laura membutuhkan pria ini pria yang benihnya tumbuh di dalam perutnya.
"Kapan kembali lagi." Tanya Laura saat keduanya sudah duduk di atas ranjang dan bersandar pada bahu ranjang.
Jimmy menyentuh tangan Laura dan beberapa kali mencium tangan itu, belum lagi mengusap perut Laura yang terkadang tangannya merasakan pergerakan bayinya didalam sana, sungguh Jimmy rasanya berat untuk jauh dari mereka.
"Secepatnya, aku akan menemui." Ucap Jimmy sambil menatap wajah Laura.
"Aku akan membawa kabar bahagia ini pada kedua orang tua ku, pasti mereka akan senang." Ucap Jimmy lagi.
Laura hanya tersenyum, di tatapnya wajah tampan Jimmy yang sudah membuat hatinya terpaut, siapa yang menyangka jika Laura menyukai bahkan mencintai atasanya sendiri dan bahkan sudah memiliki istri, Laura tidak pernah berpikir kesana, namun siapa yang tahu takdir yang membawa mereka dalam ikatan pada bayinya ini.
"Em, kami akan menunggumu." Ucap Laura sambil mengusap wajah Jimmy dengan lembut.
Jimmy tersenyum, dikecupnya telapak tangan Laura yang ada di pipinya.
"Terima kasih, aku mencintaimu."
Perlahan wajah keduanya mendekat tanpa jarak, hingga sepersekian detik bibir keduanya sudah menempel dan saling malumatt.
Dan sepertinya Jimmy meminta jatah sebelum absen, Jimmy mengunjungi putranya untuk pamit.
"I want you Laura."