NovelToon NovelToon
Istri Dosen Galak

Istri Dosen Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / dosen / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kunay

Sebuah perjodohan membuat Infiera Falguni harus terjebak bersama dengan dosennya sendiri, Abimanyu. Dia menerima perjodohan itu hanya demi bisa melanjutkan pendidikannya.

Sikap Abimanyu yang acuh tak acuh membuat Infiera bertekad untuk tidak jatuh cinta pada dosennya yang galak itu. Namun, kehadiran masa lalu Abimanyu membuat Infiera kembali memikirkan hubungannya dengan pria itu.

Haruskah Infiera melepaskan Abimanyu untuk kembali pada masa lalunya atau mempertahankan hubungan yang sudah terikat dengan benang suci yang disebut pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketegasan Infiera

Selama ini, Infiera tidak pernah menangisi keadaannya, meski sangat menyedihkan—diabaikan suami sendiri—di rumahnya. Namun, malam ini berbeda. Dia menangis tanpa suara di atas tempat tidur dengan menelungkupkan wajahnya di atas bantal. Dia menangis tersedu untuk melampiaskan sesak di dadanya.

Apa yang sebenarnya diinginkan Abimanyu? Apakah dia ingin dirinya mengerti mengenai hubungannya dengan Almira? Atau... dia ingin mereka berpisah supaya dirinya bisa bebas menjalin hubungan dengan Almira?

Semakin dipikirkan, semakin sesak dadanya.

Lama Infiera menangis dalam keadaan seperti itu, hingga perasaannya jauh lebih tenang. Fiera bangun, dia melihat jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul dua dini hari.

Fiera turun dari tempat tidur dan segera menuju ke kamar mandi. Setelahnya, dia keluar dengan wajah yang jauh lebih segar, meski matanya sedikit membengkak.

Fiera membuka lemarinya, baru sadar kalau pakaiannya masih di kamar Abimanyu. Haruskah dia naik ke kamarnya untuk mengambil kopernya? Atau, menunggu besok sampai Abimanyu berangkat ke kampus?

Tidak bisa, pagi-pagi dia harus ke kampus karena ada kelas Gerald pukul delapan, sedangkan Abimanyu akan pergi ke kampus sekitar pukul sembilan pagi.

Akhirnya, Fiera memutuskan naik ke lantai dua. Dia berharap kalau kamar Abimanyu tidak dikunci. Benar saja, kamarnya tidak dikunci. Fiera tidak peduli jika Abimanyu masih bangun atau sudah tidur. Dirinya hanya ingin mengambil koper yang sudah dibereskan.

Beruntung sekali, Abimanyu sudah tidur di kasur king size-nya. Dia berjalan pelan  supaya tidak membangunkan pria itu.

Tidak membutuhkan waktu lama, Fiera keluar dari kamar Abimanyu dengan membawa kopernya.

***

Pagi-pagi, Abimanyu sudah bangun. Dia berharap pagi ini Infiera sudah lebih tenang dan bisa diajak untuk berbicara.

Setelah mandi, Abimanyu turun dari kamarnya menuju ruang makan, masih sepi. Dia melirik kesana-kemari, tapi tidak melihat keberadaan istrinya.

“Mungkin dia masih di kamarnya.”

Mengingat waktu masih pukul setengah tujuh, Abimanyu berpikir kalau Fiera sedikit terlambat pagi ini. Jadi, dia memutuskan untuk membuat sarapan.

Abimanyu membuka kulkas dan mengambil dada ayam dan juga sayur. Dia berniat membuat nasi goreng pagi ini. Tidak ada salahnya sarapan yang mengenyangkan sekali-kali, pikirnya. Sekalian sebagai permintaan maafnya pada sang istri karena pertengkaran mereka semalam.

Abimanyu memotong dada ayam, sayur, dan juga bawang bombay. Dia menumis daging bersamaan dengan bawang bombay hingga layu. Dia tersenyum memikirkan Infiera akan memuji masakannya. Jarang sekali dirinya memasak untuk wanita itu karena selama ini, Abimanyu selalu sarapan makanan sehat, sedangkan sang istri memilih makanan berat untuk sarapannya.

“Bahkan, aku tidak pernah memikirkan apa yang dia sukai.”

Abimanyu sadar kalau dirinya begitu egois dalam banyak hal. Salah satunya prihal makanan. Kalau dipikirkan, Fiera lebih sering makan di luar dibanding di rumah. Abimanyu berkata mencela diri sendiri. “Jadi, selama ini untuk makan saja dia membiayai dirinya sendiri?”

Abimanyu baru memberikan uang pada Infiera belum lama ini, dan wanita itu hanya menggunakan uangnya kemarin saat dia pergi ke salon. “Gue memang suami brengsek, Fier.”

Abimanyu bersemangat menyelesaikan nasi gorengnya. Lalu, dia berpikir untuk memasukkan cucian ke dalam mesin terlebih dahulu sebelum sarapan. Supaya saat dirinya berangkat ke kampus, cuciannya hanya tinggal menjemur.

Akan tetapi, saat masuk ke ruang mencuci. Abimanyu melihat keranjang sudah kosong. Dia segera berlari ke belakang rumahnya, benar saja di sana jemuran sudah tertata. Itu artinya Infiera sudah bangun.

Abimanyu berlari menuju kamar sang istri untuk memastikan kalau Infiera belum berangkat. Namun, dugaannya salah karena kamarnya sudah kosong. Wanita itu sudah pergi. Abimanyu menghela napas berat. Nasi goreng yang dia buat untuk meminta maaf ternyata sia-sia. Wanita itu sudah pergi.

“Ga apa-apa, Fier. Lagian aku yang jahat!” Abimanyu terkekeh dengan rasa percaya dirinya tadi, kalau Fiera bakal suka dengan nasi gorengnya. Ternyata, dia sudah tidak ada di rumah.

Wanita yang dibuatkan nasi goreng saat ini justru baru sampai di kampus. Dia menggosok hidungnya yang sedikit gatal dan bersin beberapa kali. “Apa aku kena flu, ya?”

Namun, Fiera merasa kondisinya baik-baik saja, tapi dirinya malah bersin-bersin. “Mungkin debu.”

Kelasnya di mulai pukul delapan, dan saat ini baru jam tujuh pagi. Jadi, Fiera memilih untuk pergi ke kantin. Dia membeli nasi kuning saat di jalan tadi. Lagian, jam segini Mang Ujang biasanya belum siap dengan nasi dan lauknya. Hanya akan ada gorengan dan kue-kue basah.

“Neng Fiera, tumben pagi-pagi ke kantin. Mau apel sama Mang Ujang, ya?”

Fiera tertawa mendengar pertanyaan penjaga kantin itu.

“Mang Ujang mah sok geer, eh?”

Mang Ujang tertawa dengan gadis itu. “Bukan geer atuh, Neng, pan Mang Ujang kaget pagi-pagi sudah didatangin bidadari.”

“Haha... Mang Ujang masih pagi. Fiera aduin sama istri Mang Ujang, loh.”

“Heureuy atuh, Neng!”

“Mang Ujang, numpang makan, ya? Fiera beli nasi kuning tadi. Habis di sini nasi belum matang.”

“Sok, silakan, Neng. Mang Ujang tinggal dulu. Mau ambil gorengan.”

Fiera mengangguk, mempersilakan. Dia bergegas untuk menikmati nasi kuning yang dia beli di jalan tadi. Beruntung, saat dirinya bangun hingga berangkat kuliah, Abimanyu belum turun dari kamarnya. Jadi, dia tidak perlu untuk bertemu dengan pria itu.

Dia sudah memutuskan untuk kembali menjadi asing dengan Abimanyu. Jadi, Fiera akan berusaha untuk menghindari segala bentuk interaksi yang tidak diperlukan.

...

“Selamat pagi semua!” Gerald menyapa saat masuk ke kelas. Wajah cerianya langsung membuat semua mahasiswa bersemangat. Bagaimana tidak, pagi-pagi mereka sudah bisa menikmati wajah tampan pria blasteran yang selalu ceria itu.

“Seperti janji minggu kemarin. Kalau hari ini kita akan mempresentasikan kerja kelompok kalian sebelum ujian nanti.”

Semua orang segera bersiap dengan kelompok masing-masing, termasuk Fiera.

Gerald melirik Fiera. Wanita itu seperti biasa cantik dan bersemangat menjalani pelajarannya, berbaur dengan teman-teman yang lainnya. Itu artinya tidak ada perang antara Abimanyu dan juga gadis itu semalam.

Satu persatu kelompok maju ke depan kelas, memberikan presentasi hasil kerja mereka. Gerald cukup puas dengan pekerjaan para mahasiswanya. Di akhir jam pelajarannya, dia berbicara sedikit santai.

“Kalian persiapkan untuk ujian nanti. Jangan kecewakan bapak, ya.” Gerald memberikan nasehat.

“Pak, engga ada acara, nih, setelah ujian nanti?” Seorang wanita bertanya tiba-tiba. “Bapak, kan, sudah janji bakal traktir kita dulu pas ulang tahun.”

Gerald tertawa mendengar ucapan mahasiswanya itu. Dia ingat janji itu dia katakan saat awal semester. Jujur, dia hanya bercanda jika akan meneraktir mereka. Namun, ternyata masih ada yang ingat saja dengan hal itu. “Saya, kan, ulang tahunnya masih lama.”

“Yah, Pak, semester nanti belum tentu kita diajar sama bapak, kan? Majuin saja harinya.”

Hal itu sontak membuat semua orang tertawa, tak terkecuali dengan Fiera.

“Baiklah, kita lihat saja nanti nilai ujian kalian bagaimana. Baru saya akan memutuskan untuk meneraktir kalian atau tidak.”

“Yahh...”

Semua orang serempak merasa kecewa, tapi tak menyurutkan mereka untuk tetap mengejar nilai terbaik.

“Baiklah, sampai ketemu minggu depan, ya.”

Setelahnya, Gerald segera melangkah meninggalkan kelas.

Fiera buru-buru berdiri dan berlari mengejar Gerald yang sudah berada di luar. “Pak Gerald.”

Gerald yang sedang berjalan langsung menghentikan langkahnya, dia menoleh.

Fiera berjalan cepat untuk menghampiri dosennya.

“Pak, ada yang ingin saya tanyakan.”

“Tanyakan saja.”

“Ini mengenai kegiatan tahunan kemahasiswaan. Saya dengar, tahun ini mereka akan mengadakan kegiatan Mendongeng Asyik bersama dengan anak-anak panti. Katanya, bapak salah satu penanggung jawabnya.”

“Iya, benar. Tahun ini saya turut terlibat di dalamnya, karena memang kegiatannya sangat menarik. Selain untuk menarik minat membaca anak-anak, mereka juga berniat untuk menggalang buku-buku bekas untuk disumbangkan. Kebetulan, saya memiliki rekan yang memiliki perusahaan percetakan begitu dan dia bersedia menyumbangkan banyak buku.”

Namun, Gerald tidak menceritakan jika orang itu adalah Abimanyu.

“Emm... saya boleh bergabung untuk jadi volunteer tidak, Pak?”

“Tentu saja, acaranya terbuka untuk umum, kok, karena kami memang ingin lebih intens untuk mengenalkan buku pada anak-anak dan menarik minat baca mereka. Kamu bisa temui panitianya. Kalau ga salah, mereka hari ini akan berkumpul di taman belakang kampus untuk membahas acara nanti. Ikut saja.”

“Boleh, Pak?”

“Tentu saja. Ayo.”

Fiera langsung setuju, dia mengambil tasnya terlebih dahulu dan berjalan beriringan dengan Gerald.

Siapa sangka, pria yang hendak dihindari oleh Fiera terlihat berjalan dari arah berlawanan. Pria itu sudah menatapnya dari kejauhan, tapi Fiera seolah acuh tak acuh. Tatapannya hanya lurus ke arah jalan, seolah Abimanyu tak kasatmata.

Bahkan, ketika Gerald berhenti sesaat untuk menyapa Abimanyu. Infiera hanya berhenti dan memalingkan wajahnya dari Abimanyu.

Abimanyu terus menatap wanita itu, hingga mereka kembali berjalan pergi meninggalkannya. Abimanyu menghela napas berat. Kini Fiera benar-benar mengabaikannya. Padahal, sebelumnya Fiera masih menyapa meski hanya sebagai mahasiswa kepada dosennya, tapi sekarang? Wanita itu benar-benar mengunci rapat bibirnya untuk bicara.

Gerald menahan senyumnya saat melihat Infiera yang mengabaikan Abimanyu dan melihat bagaimana tatapan frustrasi dari temannya itu.

Ternyata, gue salah. Mereka sedang perang dingin. Gumam Gerald dalam hati dengan menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Ya, ya, kau memang pantas mendapatkannya, Bi.

Usaha Fiera untuk menjauhi Abimanyu demi untuk menjaga hatinya ternyata tidak mudah, karena ternyata saat dia datang ke taman untuk bertemu dengan anak-anak kemahasiswaan dia harus bertemu dengan Almira yang juga sedang berada di sana.

Wanita berusia 32 tahun itu tersenyum saat melihatnya. “Fiera juga ke sini?”

“Dia mau gabung sama mereka,” jawab Gerald, dia berjalan menuju kursi kayu yang tersedia dan duduk di sana. “Adi, katanya dia ingin jadi volunteer.”

“Benarkah? Ayo, ayo, gabung. Sebenarnya, kami di sini hanya sedang bicara santai, membicarakan untuk acara nanti.” Adi si ketua UKM berkata.

“Kami juga sedang membahas mengenai penulis Pena Rindu. Dia sedang naik daun sekarang.”

Fiera menoleh pada wanita yang baru saja berbicara. Jika tidak salah ingat, wanita itu adalah kakak tingkatnya. Fiera tidak tahu angkatan berapanya, tapi dia pernah bertemu di perpustakaan.

“Oh, ya? Memang se-viral itu, ya?” Fiera tersenyum, berpura-pura tidak tahu.

“Ah, kamu pasti tidak mengikuti novel digital, ya? Dia benar-benar sedang naik daun sekarang.”

Fiera hanya tersenyum saja sebagai tanggapan, tapi tidak mengatakan apa-apa.

“Benar, saya juga suka membaca karyanya,” ucap Almira menimpali. “Hanya saja, memang ada sedikit kurang srek dengan buku baru dia. Padahal, saya suka dengan buku yang lainnya.”

Adi dan juga yang lainnya langsung terlihat penasaran. Begitu juga dengan Fiera. Apa alasan dosennya itu tidak menyukai buku barunya? Padahal, dia sama sekali tidak mengangkat konflik yang terlalu berat.

“Memangnya kenapa, Bu, dengan karya barunya?” tanya Adi, penasaran.

Fiera juga memfokuskan pandangannya pada Almira. Dia juga sangat penasaran.

“Sepertinya, penulis Pena Rindu ini adalah orang yang pro dengan perjodohan.”

Fiera sedikit mengerutkan keningnya. Seingatnya, konflik utamanya tidak berfokus pada perjodohan.

“Di salah satu bukunya yang lain memang juga ada yang mengangkat tema perjodohan. Ceritanya cukup unik, tapi memiliki akhir yang cukup realistis. Perjodohan lebih sering tidak berjalan dengan baik, apa lagi satu pihak belum berakhir dengan masa lalunya. Nah, di buku barunya ini si penulis seolah menegaskan kalau perjodohan itu selalu berakhir dengan bahagia. Bagi saya, itu sangat tidak masuk akal. Walau bukan fokus utama, tapi tetap saja.”  

Semua orang hanya menyimak tanpa menyanggah ucapan Almira sedikit pun tentang cerita milik penulis Pena Rindu itu.

Tiba-tiba Gerald menimpali, “Kenapa bisa disebut tidak masuk akal? Apakah penulisnya melakukan mis-informasi? Apakah ada cacat logika di dalamnya?”

“Bukan seperti itu. Tapi, jalan mulus bagi hubungan perjodohan sedikit di luar nalar. Pasti salah satunya ada yang tersakiti.”

Fiera hanya diam, mendengarkan pandangan Almira mengenai jalan cerita yang dibuatnya. Mungkin, yang lainnya berpikir jika apa yang disampaikan Almira hanya sebuah pandangan saja untuk sebuah cerita, tapi tidak bagi Infiera.

Menurutnya, Almira sekarang sedang menyalahkan pihak lain atas hubungannya yang kandas dengan Abimanyu. Salah satunya adalah dirinya. Apa katanya tadi? Akan ada yang disakiti jika hubungan masa lalu salah satunya belum usai?

“Bukankah setiap hubungan seperti itu, ya?” Tiba-tiba Infiera bergabung ke dalam pembicaraan. “Belum berakhir dengan masa lalu? Bukannya tanpa perjodohan, hubungan seperti itu juga akan menyakiti salah satunya, ya? Atau, bahkan menyakiti keduanya. Indonesia sekarang sedang mengalami krisis di masyarakat. Banyak pasangan menikah harus bercerai. Menurut data, rata-rata dari mereka alasannya adalah faktor ekonomi, bukan faktor perjodohan. Pak Gerald sering nonton berita? Benar, ga, kaya begitu?”

Gerald yang sedang menyimak langsung mengangguk. “Benar sekali.”

“Benar, kemarin saja saya baru mengantar teman saya ke pengadilan untuk mengajukan perceraian. Alasannya, ya, itu faktor ekonomi.” Adi juga ikut setuju dengan hal itu.

“Jangan suka membuka aib masalah orang lain!” Gerald mengingatkan.

“Maaf, Pak.”

“Nah, benarkan? Rusaknya sebuah hubungan tidak berpatokan dari bagaimana hubungan itu terjalin. Tetapi, dari bagaimana pasangan suami-istri saling menjaga komitmen. Mengenai belum berakhir dengan masa lalu? Hanya ada satu orang yang akan tersakiti dengan hal itu, yakni pasangannya. Mereka yang masih belum berakhir dengan masa lalu, masih bersama meski salah satunya sudah memiliki ikatan pernikahan, tanpa memikirkan bagaimana perasaan pasangannya dengan alasan menikah dengan paksaan. Bukankah yang seperti itu sungguh tidak tahu diri? Mereka merasa paling tersakiti, tapi tidak menyadari kalau ada satu orang yang lebih tersakiti oleh dua orang sekaligus.”

Semua orang terdiam, menatap ke arah Fiera. Suasananya bahkan langsung terasa canggung. Mungkin tepatnya hanya untuk Almira. Wajahnya terlihat sedikit memerah. Mungkin, dia merasa tertampar dengan perkataan mahasiswanya ini.

Melihat situasi yang berubah canggung. Tiba-tiba Fiera tertawa malu. “Duh, kenapa aku malah membahas mengenai pernikahan.”

Gerald menarik sudut bibirnya, membentuk senyum tipis. Dia melirik ke arah Almira yang langsung terdiam dengan perkataan gadis di depannya. Gerald sudah menyadari sejak awal, kalau Infiera terprovokasi dengan ucapan Almira, tapi dia tidak menyangka jika gadis itu akan berbicara dengan begitu gamblang.

Semua orang akhirnya tertawa dengan seloroh Infiera. Mereka bahkan menimpali, ‘Kaya kamu sudah menikah saja. Tapi, benar juga.’

Intinya, semua orang setuju dengan pernyataan Fiera. Mau itu perjodohan atau bukan. Pondasinya tetap komitmen. Fiera tersenyum. Dia melirik Almira yang membungkam mulutnya rapat. Entahlah, dia merasa puas setelah mengeluarkan unek-unek di hatinya, meski ada sedikit penyesalan karena dia sudah bertindak impulsif.   

...Jangan lupa tap dulu tombol like-nya dan berikan komentar supaya ibu peri tau kalau kalian suka ceritanya. Tembus 20 komen besok up empat bab ^,^...

1
Ririn Mutiarini
Asyifa itu namanya yg uda menyusup masuk kedalam hati Bastian 😍🤭
Kristina tina
nyesek baca nya😭😭😭
profesi dosen tp otak nya otak bocah huh dasar Abi.
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ
hhaahahaha mantaaap setuju aku Bimo dan Pak Ge. Harus dikerjain dan disadarkan si sok jenius Abimanyu.. biar tahu rasa dia.🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣💃🤭
mampuusss mamam tuh ujian mental untukmu Abi
Ika Nuna
Rasainnnn, Gedeg banget
al
Luar biasa
Yeni Anggraeni
fier blm ngmg acara keluarga di Palembang 😅
Veftiana Dwi Astuti
Lumayan
Halimatull Sakdiah
cerita nya jadi lu banget sampe keluar air mata saya ketawa 😀
Lidya Singerin
Luar biasa
Alivaaaa
lucu banget tingkah pak Ge dan Abi 🤣🤣🤣🤣
Alivaaaa
astoge 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Alivaaaa
ya ampyuuun Ge Ge... kalo soal pakar cinta buat sahabatmu jago, tapi kalo urusan pribadimu 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Alivaaaa
🤣🤣🤣🤣
Halimatull Sakdiah
apakah di dunia nyata ada mertua sebaik iru seperhatian gitu sama menantu kayak nya hanya dongeng doang ya 😥😥😥
Halimatull Sakdiah
lucu bimo sama dosen satu ini 😀😀😀
Ririn Mutiarini
Idih pak Ge dan pak Abimanyu ky anak kecil saat berhadapan dengan cinta langsung gugup salah tingkah /Joyful//Joyful/
MomBilRay
Nyeseknya nyampe ke readers🥹🤧🤧
MomBilRay
Good fiera.. nyesek bacanya🥹
Jane Nguyễn
/Drool//Drool//Drool/
Aenun
mohon bantuannya teman-teman rame kan novel baru aku yang berjudul after Married yang baru dirilis, mari saling mendukung sesama author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!