Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Abang baru pulang? " tanya ku karena bang Tara baru masuk ke kamar.
"Iya sayang kenapa? " tanya nya setelah duduk di hadapanku.
"Kenapa baru masuk? " tanya ku namun bang Tara malah seperti bingung.
"Ya karena abang baru pulang" ucapnya.
Aku pun terdiam dan bang Tara menepuk tangan ku "kenapa? " tanya nya.
"Engga aku kira abang pulang dari tadi karena tadi ada suara mobil aku pikir mobil abang" jawab ku.
"Oh itu mobil mbak Melda kaya nya soalnya ada Keyla di rumah" penjelasannya
Keyla itu anak pertama mbak Melda yang saat ini baru berusia lima belas tahun.
"Abang mandi dulu" ucapnya lalu beranjak namun tiba-tiba melihat ke meja di samping tempat tidur ada rujak.
"Siapa yang beli rujak? " tanya nya.
"Tadi yang bawa teh Nina" Jawab ku.
Bang Tara pun langsung masuk kamar mandi dan aku hanya bisa membuang nafas lega karena dia gak banyak bertanya. Aku pun langsung menghubungi teh Nina untuk ke kamar.
"Ada apa neng? " tanya nya saat masuk.
"Teh bawa ini ke bawah" memberikan rujak yang tadi di belikan Davin.
Teh Nina pun mengambilnya dan langsung keluar. Bang Tara keluar dengan menggunakan celana pendek saja dan handuk di lilit kan di leher. Aku suka jika melihat bang Tara seperti itu, kulitnya yang putih dan tubuhnya yang bagus.
"Ngapain kamu lihatin abang seperti itu? " tanya nya tanpa melirik ku karena dia melihatku dari cermin.
"Peluk" ucap ku.
Bang Tara pun sudah memakai baju dan melangkah ke arahku lalu naik ke sampingku.
"Sini siapa yang mau di peluk"tanya nya sambil merentangkan tangan.
Aku pun langsung memeluknya dan menyandarkan kepalaku di dadanya. Bang Tara mengusap kepala ku.
Aku berharap ini bang Tara terus seperti ini pada ku. Teh Nina mengetuk pintu memberitahu jika bang Tara di tunggu di meja makan untuk makan malam.
"Abang makan dulu" ucapnya dan aku pun mengangguk.
Bang Tara keluar teh Nina masuk membawa makan untuk ku. Aku pun langsung makan dan selesai makan bang Tara tidak langsung naik dan mungkin dia sedang bicara dengan bunda dan papa. Aku pun langsung rebahan karena lumayan ngantuk juga.
Paginya bang Tara siap-siap sendiri karena aku belum bisa membantunya.
"Semalam papa dan bunda akan ngadain pengajian buat sukuran empat bulanan anak kita" ucap bang Tara sambil memakai sepatu.
"Aku gimana bunda saja, lagian aku juga kurung ngerti" balas ku.
"Ya kalau kamu setuju begitu nanti aku tinggal bilang ke bunda" ujarnya.
Bang Tara pun pamit pergi ke kantor dan aku sekarang di temani teh Nina lagi.
Hari-hari ku tinggal di kamar sudah hampir dua minggu dan hari ini jadwal ku kontrol ke rumah sakit. Bang Tara sengaja gak ke kantor karena ingin menemanimu ke rumah sakit padahal ada bunda tapi bang Tara kekeh ingin mengantar.
Setelah di periksa akhirnya aku sudah di perbolehkan untuk jalan-jalan lagi namun dokter melarang aku naik turun tangga. Hingga akhirnya bang Tara minta asisten rumah untuk membersihkan kamar tamu yang di bawah karena kami tidur kami akan pindah ke bawah.
"Kenapa gak nunggu nanti di rumah saja"ucap bunda sambil menggelengkan kepala karena sikap sang anak yaitu bang Tara.
" Biar nanti pasti Erika pulang bisa langsung istirahat di kamar"penjelasan bang Tara.
Bunda pun tidak membalas ucapan bang Tara lagi karena jika bang Tara sudah berkata seperti itu maka gak akan bisa ada orang yang sanggup melawan.
Sesampainya di rumah benar saja kamar tamu yang di bawah sudah bersih dan aku langsung masuk lalu istirahat.
Bunda dan mbak Elisa mereka sibuk menyiapkan untuk acara sukuran empat bulan ke hamil anak ku. Aku yang ingin memberitahu keluarga ku dan langsung menghubunginya. Aku berharap mereka bisa datang namun mama bilang jika saat ini sedang sibuk karena musim panen.
"Kenapa sayang? " tanya bang Tara saat masuk kamar lalu duduk di dekat ku.
"Aku barusan hubungi mama dan minta mereka datang kesini saat acara sukuran. Tapi mereka gak bisa" jawab ku.
Bang Tara langsung merangkul ku dan memeluk ku.
"Mungkin mereka memang gak bisa" ujarnya.
Aku pun mengangguk lalu memeluk bang Tara karena entah kenapa aku senang saja kalau meluk dia.
namun tiba-tiba ponselnya berdering "bentar ada telepon dari kantor" beritahu nya.
"Sayang, abang ke kantor dulu ada masalah di sana" ucapnya dan aku pun langsung mengangguk.
Setelah bang Tara pergi aku mencoba keluar dan menghampiri bunda yang sedang di dapur.
"Kok malah kemari, istirahat sayang" ujar bunda dengan lembut.
"Aku pengen lihat saja bun, bosen di kamar terus" balas ku lalu duduk di meja makan.
Bunda dan mbak Elisa mereka sedang membuat kue untuk acara nanti. Bunda sangat senang bikin kue makanya mbak Melda buka toko kue karena dulu dia belajar dari bunda.
Semua persiapan sudah hampir selesai dan acara pun sehari lagi. Saat ini aku sedang duduk di depan TV bersama teh Nina sambil ngemil makanan buatan teh Nina yang lumayan pedas. Tiba-tiba bunda datang menghampiri ku bersama mama dan papa. Aku yang melihat itu kaget dan senang karena mereka bisa datang. Aku langsung berdiri dan menghampiri mereka menyalaminya dan memeluk mama.
"Aku kangen ma" ujar ku.
"Sama kak" balas mama sambil menepuk pundak ku.
"Ajak duduk dong sayang" beritahu bunda.
Aku pun langsung mengajak mama dan ayah duduk di ruang TV. Mama pun menanyakan keadaan ku dan mereka juga banyak cerita jika sekarang kak Bella sudah pisah dengan kak Bima dan mereka tinggal bersama. Alma gak bisa ikut karena dia sedang banyak tugas.
"Mama dan ayah juga gak akan bisa lama paling setelah acara besoknya kita langsung pulang lagi" beritahu mama.
"Padahal Erika ingin ajak kalian jalan-jalan" ujar ku.
"Lain kali saja kak, ayah lagi banyak kerjaan dan di tambah mama juga ada warung"
"Warung? " kaget ku,
"Iya sayang, Tara yang ngasih modal untuk buka warung dan allhamdulillah rame" jawab mama.
Aku terdiam karena bang Tara gak pernah cerita kalau dia ngasih modal sama mama untuk buka warung dan seingat ku aku gak pernah cerita jika mama ingin punya warung. Bahakan Ayah bilang jika tidak di jemput belum tentu mereka datang karena mereka gak tau daerah sini tapi karena bang Tara ngirim orang untuk menjemput jadi mereka harus datang karena menghargai Tara.
"Makasih lo kalian udah mau hadir, Erika kangen kalian" lirih ku dan mama langsung memeluk ku.
jangan Aku lebih baik Nama Tokohnya jadi ceritanya semakin menarik 🙏✌️👍
Ck ck...