Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Pagi itu, Bagas dan Siti kembali ke kantor dengan ketegangan yang menggantung di antara mereka. Informasi yang mereka dapatkan tentang Bayu Setra adalah petunjuk penting, tetapi keberanian untuk bertindak juga berarti mengundang bahaya yang tak terhindarkan. Kini mereka harus membuat rencana yang lebih kuat untuk menghadapi pemimpin Bayangan.
Siti mengeluarkan peta kota dari lemari arsip dan menyebarkannya di meja, menandai beberapa lokasi penting yang mungkin terhubung dengan Bayangan. “Pak Bagas, kita tahu bahwa mereka punya banyak koneksi di sektor bisnis dan pemerintahan. Tapi jika kita bisa mengekspos Bayu Setra, mungkin kita bisa melemahkan seluruh jaringan ini.”
Bagas mengangguk, memperhatikan setiap tanda yang Siti buat di peta. “Benar. Bayu Setra bukanlah orang yang mudah dijatuhkan. Kita harus berhati-hati. Tapi kita bisa mencoba cara lain—kita sebarkan informasi tentangnya secara bertahap, membuat dia keluar dari persembunyiannya.”
Siti menatap Bagas penuh antusias. “Maksud Bapak, kita akan memancing dia dengan berita yang membuat dia merasa terancam?”
Bagas tersenyum tipis. “Tepat. Kita buat Bayu percaya bahwa rahasianya sudah bocor, bahwa orang-orang terdekatnya mungkin mengkhianatinya. Dengan begitu, dia mungkin akan mengambil langkah berlebihan dan membuat kesalahan.”
---
Langkah Awal: Penyebaran Informasi
Bagas menghubungi beberapa wartawan kepercayaannya di media lokal dan menyusun rencana untuk menyebarkan artikel yang menyebutkan nama-nama dalam lingkaran Bayangan tanpa merujuk langsung pada organisasi tersebut. Artikel itu akan tampak seperti penyelidikan umum tentang perusahaan-perusahaan dan pejabat kota yang pernah terlibat dalam proyek gelap, termasuk proyek-proyek yang didanai oleh Ordo Mata Senja.
“Mereka takkan menyadari bahwa ini adalah jebakan, setidaknya sampai Bayu Setra mulai merasa panas,” ujar Bagas dengan tatapan penuh tekad.
Beberapa hari kemudian, artikel tersebut mulai tersebar, menimbulkan desas-desus di kota tentang jaringan rahasia yang mengendalikan ekonomi dan politik di belakang layar. Artikel tersebut memancing rasa penasaran publik, sementara orang-orang yang terkait dengan Bayangan mulai merasakan tekanan.
---
Ancaman Terbuka dari Bayangan
Pagi itu, ketika Bagas dan Siti sedang bekerja di kantor, sebuah amplop merah tiba, dilemparkan oleh kurir yang langsung menghilang begitu saja. Amplop itu membuat Siti terdiam, menyadari betapa besar risiko yang mereka ambil.
Bagas membuka amplop tersebut, menemukan secarik kertas yang bertuliskan: “Tuan Bagas, permainan ini akan berakhir buruk untukmu jika kau terus maju. Mundur selagi bisa, atau kau akan menyesal.”
Siti menghela napas, terlihat cemas. “Pak Bagas, mereka tahu kita sedang mengincar mereka. Mereka bahkan mungkin tahu siapa saja yang membantu kita.”
Bagas menatap surat ancaman itu dengan tenang. “Ancaman ini hanya berarti satu hal, Siti. Mereka mulai terpojok.”
Siti mengangguk, meski hatinya tetap tak tenang. “Kalau begitu, apa langkah kita selanjutnya?”
Bagas tersenyum tipis. “Kita buat mereka semakin gelisah.”
---
Menghubungi Kontak Lama
Bagas memutuskan untuk menghubungi seorang informan lama yang dikenal dengan nama panggilan Burhan. Burhan pernah terlibat dalam dunia bawah tanah dan memiliki akses ke informasi tentang pergerakan beberapa orang dalam jaringan Bayangan. Jika Burhan bisa membantu mereka menemukan lebih banyak tentang Bayu Setra, ini akan sangat membantu penyelidikan mereka.
Mereka bertemu Burhan di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di pinggiran kota. Burhan, seorang pria berusia lima puluhan dengan tatapan licik namun bijaksana, menyambut mereka dengan senyum yang penuh perhitungan.
“Bagas, lama tak jumpa,” sapa Burhan, suaranya rendah namun penuh rasa hormat. “Kudengar kau sedang bermain dengan api, ya?”
Bagas tak membuang waktu. “Kami sedang menyelidiki Bayangan, Burhan. Kami tahu Bayu Setra adalah salah satu tokoh penting di balik jaringan itu, dan kami butuh semua informasi yang bisa kau berikan.”
Burhan menyeringai, lalu menggeleng pelan. “Kau memang tak pernah berubah. Bayu Setra adalah orang yang sangat berbahaya, Bagas. Dia punya pengaruh besar di pemerintahan, polisi, bahkan di dunia bisnis. Tapi, kalau kau benar-benar ingin menangkapnya, mungkin aku bisa membantu.”
Siti, yang duduk di samping Bagas, mencondongkan tubuhnya. “Bagaimana caranya, Pak Burhan?”
Burhan menghela napas, lalu berbicara dengan suara rendah, seakan takut ada yang mendengarkan. “Aku dengar Bayu Setra sering bertemu dengan rekan-rekan kepercayaannya di sebuah tempat rahasia, di sebuah gedung tua yang dia miliki di luar kota. Dia takkan muncul begitu saja, kecuali kalau dia merasa situasi tak terkendali.”
Bagas mengangguk, mencoba menyusun rencana dengan informasi ini. “Terima kasih, Burhan. Informasi ini sangat berharga.”
Burhan menatap mereka, kali ini dengan sorot mata khawatir. “Berhati-hatilah, Bagas. Bayangan takkan ragu menghabisi siapa saja yang mendekati mereka terlalu jauh.”
---
Misi ke Gedung Tua
Berdasarkan informasi dari Burhan, Bagas dan Siti memutuskan untuk pergi ke gedung tua di luar kota yang dimaksud. Mereka bersiap sepenuhnya, membawa semua peralatan yang mungkin mereka perlukan untuk menghadapi situasi berbahaya.
Setibanya di gedung tua tersebut, suasana terasa mencekam. Bangunan itu tampak kosong, namun Bagas merasakan kehadiran orang lain di sana. Ia tahu, tempat ini mungkin dijaga ketat, dan mereka harus bergerak dengan hati-hati.
Mereka menyusuri lorong-lorong gedung yang gelap dan lembap, telinga mereka waspada menangkap setiap suara. Setelah beberapa menit, mereka menemukan sebuah ruang besar dengan meja-meja kosong dan berkas-berkas berserakan di atasnya. Di sudut ruangan, terdapat papan tulis dengan nama-nama yang tertulis samar, beberapa di antaranya adalah tokoh-tokoh kota yang pernah mereka curigai.
“Pak, lihat ini. Mereka mencatat setiap nama dan pergerakan di sini,” bisik Siti dengan kagum sekaligus cemas.
Namun, saat mereka sedang memeriksa berkas-berkas itu, suara langkah kaki mendekat. Mereka segera bersembunyi di balik salah satu lemari besar di sudut ruangan, menahan napas saat seorang pria berjas masuk ke dalam ruangan bersama beberapa pria lain.
Pria itu, yang ternyata adalah Bayu Setra, mulai berbicara dengan suara tegas dan dingin. “Kita harus bertindak cepat. Bagas Pratama sudah terlalu dekat dengan jaringan kita. Aku tak ingin ada yang keluar dari gedung ini tanpa membawa kabar baik.”
Bagas dan Siti saling berpandangan, menyadari bahwa mereka kini menjadi target langsung Bayu Setra. Jika mereka berhasil mendengarkan lebih jauh, mungkin ini akan menjadi bukti besar untuk mengungkap jaringan Bayangan secara menyeluruh. Namun, mereka juga menyadari betapa berbahayanya posisi mereka saat ini.
Bagas memberi isyarat pada Siti untuk tetap tenang. Mereka mendengarkan percakapan tersebut dengan hati-hati, namun ketika salah satu pria bergerak ke arah tempat mereka bersembunyi, jantung mereka berdetak kencang. Mereka harus segera membuat keputusan apakah akan tetap bersembunyi atau kabur dari tempat itu.
Dengan langkah hati-hati, Bagas dan Siti akhirnya memutuskan untuk menyelinap keluar saat para pria tersebut lengah. Mereka berhasil mencapai pintu keluar, lalu berlari menuju mobil mereka yang terparkir agak jauh dari gedung.
---
Kembali ke Kantor: Langkah Terakhir
Sesampainya di kantor, mereka menyadari bahwa mereka kini memiliki informasi yang cukup untuk menyerang balik Bayangan. Namun, ini juga berarti mereka harus bergerak cepat, karena Bayangan tak akan tinggal diam setelah pertemuan tadi.
“Kita harus menyerahkan ini ke media, Pak. Kalau kita tak mengekspos ini sekarang, mungkin kita takkan punya kesempatan lain,” ujar Siti dengan penuh tekad.
Bagas mengangguk, menyadari bahwa ini mungkin adalah langkah terakhir mereka. “Benar, Siti. Kita harus pastikan semua orang tahu siapa Bayu Setra sebenarnya.”
Bagas dan Siti mulai menghubungi media dan kolega-kolega yang mereka percayai. Mereka mempersiapkan dokumen-dokumen penting dan merangkai bukti untuk menyusun gambaran lengkap tentang Bayu Setra dan jaringan Bayangan. Setiap bukti mereka periksa ulang, memastikan tak ada yang terlewat, karena langkah ini harus sempurna.
Malam itu, Bagas dan Siti mengirimkan berkas-berkas penting kepada beberapa wartawan yang dikenal berani dan jujur. Mereka tahu bahwa langkah ini mungkin akan mempercepat reaksi dari Bayangan, tapi mereka tidak punya pilihan lain. Kebenaran ini harus disampaikan sebelum Bayangan memiliki kesempatan untuk menutupi jejaknya.
Ancaman yang Kian Mendekat
Tidak lama setelah berkas-berkas tersebut dikirim, telepon kantor mereka berdering. Siti mengangkat telepon dengan hati-hati, dan suara di seberang terdengar dingin dan penuh ancaman.
"Bagas Pratama, kami sudah memperingatkanmu, tapi sepertinya kau ingin mengakhiri permainan ini dengan cepat. Kami akan menemui kalian, dan kali ini tak ada lagi peringatan,” suara itu berakhir dengan tawa singkat sebelum sambungan terputus.
Bagas menatap Siti yang mulai pucat. “Pak, mereka tahu rencana kita. Kita mungkin tak punya banyak waktu,” ucap Siti dengan suara bergetar.
Bagas tetap tenang, meski dalam hatinya ia menyadari bahwa ancaman ini semakin dekat. “Siti, kita harus segera berkemas. Ini berarti mereka akan menyerang, dan kita harus siap dengan semua bukti untuk segera dibawa ke pihak berwenang.”
---
Kesiapan untuk Langkah Terakhir
Saat tengah malam, Bagas dan Siti mengemas dokumen-dokumen yang tersisa dan mengamankan salinan bukti di beberapa tempat berbeda. Mereka mengunci kantor dan menuju ke lokasi aman yang telah mereka siapkan sebelumnya. Dalam perjalanan, Bagas menghubungi beberapa kontak tepercaya di kepolisian untuk mengatur pertemuan.
“Kita harus memastikan bukti ini berada di tangan yang benar. Mereka mungkin akan mencoba segalanya untuk menghentikan kita malam ini,” kata Bagas dengan nada tegas.
Di balik ketakutan yang tampak di matanya, Siti mengangguk, bertekad untuk menyelesaikan misi ini bersama Bagas. Ia tahu bahwa jalan yang mereka tempuh sudah tak bisa diputar balik.
Serangan Balasan dari Bayangan
Ketika mereka tiba di lokasi aman, tampak beberapa pria mencurigakan menunggu di seberang jalan. Bagas dan Siti saling berpandangan, tahu bahwa Bayangan sudah berhasil melacak keberadaan mereka. Bagas memutuskan untuk segera memanggil polisi yang telah mereka hubungi sebelumnya, memberi tahu keberadaan mereka.
Sambil menunggu bantuan tiba, Bagas dan Siti bersembunyi di balik mobil, menyaksikan para pria tersebut mulai bergerak ke arah mereka. Ketika polisi akhirnya tiba, para pria itu mulai mundur, menyadari bahwa rencana mereka untuk mencegat Bagas dan Siti telah gagal.
Bagas memanfaatkan kesempatan ini untuk segera menyerahkan bukti-bukti mereka kepada polisi, yang segera membawa dokumen-dokumen tersebut ke markas besar untuk pengamanan lebih lanjut. Dengan bantuan polisi, mereka akhirnya berhasil lolos dari pengepungan Bayangan untuk sementara.
Menyebarkan Kebenaran
Esok paginya, berita besar tentang Bayu Setra dan organisasi Bayangan mulai tersebar di media-media kota. Jaringan Bayangan yang tersembunyi akhirnya terungkap ke publik, dan pihak berwenang mulai melakukan penyelidikan lebih lanjut atas semua yang terlibat. Berkat keberanian Bagas dan Siti, kebenaran tentang Bayangan tak lagi menjadi rahasia.
Semangat.