Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak-anak pulang
Di sebuah bengkel nampak sebuah mobil rengsek di belakang dan pecah kaca depan sangat parahnya. Mobil hadiah ulang tahun pernikahan yang Haris berikan pada Mutia sudah hancur parah seperti pernikahannya.
Haris memutar Mobilnya dengan geleng-geleng kepala tidak menyangka akan separah ini kerusakannya sepertinya tidak bisa di perbaiki.
Haris duduk memandangi Mobil itu, membayangkan kejadian malam itu seperti apa, dan bagaimana rasa takut pada diri Mutia malam itu.
Haris menarik nafas, merasa amat bersalah, seandainya rumah tangganya sedang tidak seperti ini, mungkin dirinyalah orang pertama yang akan di hubungi Mutia untuk di mintai tolong.
"Udah Sih Mas... tidak usah di sesalin... Itu mobil juga udah kaya gitu tidak bisa balik lagi..." Kata Kiara yang menyusul duduk di sisinya. Mereka memang menuju bengkel seperti yang di bilang polisi yang mengurus kasus Mutia selepas pulang dari Rumah Sakit tadi.
"Lagi pula yang pentingkan Mbak Mutia selamat..." Kata Kiara Lagi.
"Pulang Yuk... Capek... Perut aku kram nih... Mas tu perhatian dikit napa sih, aku lagi hamil loh... Tadi juga ngebut pas ke rumah sakit udah kaya tidak bawa orang hamil saja..." Cerocos Kiara yang makin hari makin cerewet saja.
"Mas dari awal sudah minta kamu di rumah ya..."Kata Haris kesal dengan kecerewetan Kiara.
"Ckk.... Kamu tuh udah berubah sama aku... Apa karena udah bosan... Iya???" Kiara kesal lalu mulai mengeluarkan air di pelupuk matanya.
"Udah dong... Jangan nambahin kepusingan Mas... Ini tu mobil bersejarah banget... Kenangannya banyak banget di situ..." Terang Haris berusaha sabar.
Kiara kesal lalu berdiri menuju kantin dekat bengkel, mendadak perutnya terasa lapar setelah berdebat dengan Haris suaminya itu.
Sementara Haris hanya menarik nafasnya kembali membayangkan penderitaan yang di alami Mutia istri pertamanya itu. Wajar jika Mutia begitu berterima kasih pada orang yang telah menyelamatkan itu.
Haris bangkit lalu menyusul Kiara yang sedang makan sambil bertelepon dengan raut tidak begitu suka, haris mendekati dengan perlahan untuk mencuri dengar omongannya.
"Iya Mah... Mas Haris tu berubah... Udah ndak kaya dulu lagi... padahal aku baru hamil anaknya..." Kata Kiara lalu meminum jus di hadapannya sembari mendengar jawaban dari orang di seberang.
"Hah... Iya betul Mah... Heran juga apa bagusnya Mbak Mutia itu, seksi juga Aku... Cantik juga Aku... Kurang apa coba... Tapi Mas Haris masih saja mikirin dia... Kenapa sih mbak Mutia tidak mati aja pas malam itu... Kesel deh jadinya..."Kata Kiara lagi.
Haris membeku di tempat sambil menggenggam kuat buku-buku tanganya, marah terbakar dadanya saat mengetahui sikap Kiara terhadap Mutia yang sebenarnya, jadi selama ini Kiara tidak sungguh-sungguh ingin menjadi istri keduanya yang bisa hidup rukun dengan Mutia istri pertamanya. Semua yang di katakan saat di Bali itu bohong, saat dulu sebelum di boyong ke Jogja, dulu Kiara bilang sanggup berdamai dengan istri pertamanya jika sudah di boyong namun nyatanya dirinya yang salah menilai. Jika Mutia wanita shalihah saja tidak siap dimadu lalu bagaimana dengan Kiara yang tidak Shalihah tentu saja pasti tidak mau.
"Bodohnya Aku... kenapa begitu bodohnya aku.…" Batin Haris yang masih tetap melihat Kiara bertelepon dengan Mamanya yang ada di Bali.
Kiara terkejut saat menoleh ada Haris di sisinya, wajahnya memucat takut obrolannya dengan mama terdengar oleh Haris. "Mas udah lama???" Tanya Kiara gugub.
"Hmmm" Jawab Haris lalu duduk di depan Kiara yang semakin memucat wajahnya.
***
Di Rumah Sakit.
Arsya tengah menyimak cerita Mutia, yang meminta dirinya untuk menjadi pengacaranya, untuk menyelesaikan kasus perceraiannya dengan Haris suaminya.
Arsya termangu sungguh tidak menyangka di balik wajah ayu Mutia itu banyak sekali beban hidup yang di tanggungnya. Menikah begitu lama hingga memiliki empat anak namun dengan mudahnya di selingkuhi hingga menikah siri.
Jadi wanita yang berpenampilan sangat terbuka itu adalah madu Mutia. Arsya tidak menyangka Wanita yang dulu sangat dia kagumi akan menderita seperti ini di rumah tangganya.
"Gimana Bang ? Bisa bantu saya?" Tanya Mutia memecah lamunannya.
"Kamu yakin... ??" Tanya Arsya pada Mutia.
"Percuma juga aku melanjutkan pernikahan yang tidak bisa mendatangkan pahala... Yang ada banyak justru banyak hati yang terluka... Aku sudah lelah Bang..."Kata Mutia mantap tanpa ketahuan.
"Maaf... Apa sudah tidak ada rasa di hatimu untuk Suamimu, kenapa kamu begitu yakin ingin berpisah dengannya?" Tanya Arsya.
"Bagaimana dengan Anak-anak kalian apa tidak menjadi korban...??"Tanya Arsya lagi.
Hening.
Mutia terdiam bohong jika perasaanya telah hilang semua, tentu masih ada rasa yang tersisa di dalam hatinya namun mungkin sangat tipis hingga rasanya hampir tidak terasa.
"Tentang Anak-anak justru mereka yang mendukung aku melangkah sejauh ini... Mereka tetap bisa berjumpa dengan Ayahnya jika mereka mau..." Terang Mutia tanpa menjawab pertanyaan tentang perasaannya.
"Baiklah... Oh yah... Besok kamu sudah bisa pulang..." Kata Arsya yang di jawab anggukan kepala Mutia.
Tiba-tiba pintu ruangan Mutia terbuka lalu nampak Anak-anak Mutia masuk sembari berurai air mata semua.
"Bunda...."Teriak Zia dan Zea menghambur ke arah Mutia di susul Kean si bungsu dan di belakang nampak Intan di sulung dengan air mata yang di udab Kasar.
Intan merasa sangat lega saat melihat kondisi Bundanya baik-baik saja, saat mendengar dan melihat kondisi mobil di TV semalam rasanya hati nya begitu hancur, membayangkan kondisi Bundanya seperti apa.
"Syukurlah... Intan lega Bunda baik-baik saja..." Katanya lalu memeluk Bundanya saat pelukan semua adiknya selesai.
"Iya Sayang... Bunda baik-baik saja, berkat Allah dengan melalui Om Arsya di sebelah kalian, Salim gih... semuanya... " Kata Mutia sambil memandang kearah Arsya.
"Terimakasih ya Om... " Kata Intan sambil bersalaman di susul adik-adiknya.
Arsya menyambut baik salim mereka sembari tersenyum salut dengan hasil didikan Mutia pada semua Anaknya, semuanya berjilbab kecuali si bungsu karena laki-laki.
"Sama-sama, kebetulan saja Om baru pulang malam itu... Mungkin memang jalannya..."Jawab Arsya sambil mengusap lembut kepala Kean.
"Apapun itu Om... Kami sangat berterima kasih, tanpa hadirnya Om mungkin kami sudah tidak bisa melihat Bunda lagi..." Kata Intan
Arsya mengangguk sembari tersenyum bangga dengan kedewasaan si sulung yang pasti sangat menguatkan Mutia di saat-saat seperti ini.
"Kalian naik apa sayang dari Bandara??" Tanya Mutia.
"Kita naik taxi Bun... "Jawab Kean sembari duduk di sisi Mutia.
"Kangennnnnnn" Kata Kean sambil bersandar pada tangan Mutia yang tidak di infus.
Mutia tersenyum lalu memeluk Kean si bungsu yang masih suka di temani tidur dulu kalau malam hari, di kecupnya kening si bungsu dengan sayangnya.
Arsya terpesona dengan kehangatan Mutia dengan Anak-anaknya membayangkan jika saja dirinya yang menjadi suami dan ayah anak-anak itu, pasti hidupnya begitu sempurna, namun sayang dirinya bukan laki-laki sempurna sehingga tidak bisa menikah dengan siapapun sampai usianya sekarang ini.
****
selamat berpuasa ...
Yuk bersedekah bintang 5 sama tinggalkan jejak...
Bunga juga boleh buat Mutia berbunga hatinya ...🥰🥰🙏🙏🙏
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat