Ainsley adalah anak kuliahan yang punya kerja sampingan di cafe. Hidupnya standar. Tidak miskin juga tidak kaya, namun ia punya saudara tiri yang suka membuatnya kesal.
Suatu hari ia hampir di tabrak oleh Austin Hugo, pria beringas yang tampan juga pemilik suatu perusahaan besar yang sering di juluki iblis di dunia bisnis.
Pertemuan mereka tidak menyenangkan bagi Ainsley. Tapi siapa sangka bahwa dia adalah gadis yang dijodohkan dengan Austin dua puluh tahun silam. Lebih parahnya lagi Austin tiba-tiba datang dan menagih janji itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Ainsley berjalan menuju ruangan kelasnya sambil bersiul-siul. Hari ini suasana hatinya membaik. Bagaimana tidak, ia tidak perlu khawatir karena selama satu bulan kedepannya Austin sudah berjanji tidak akan menyentuhnya. Bahkan semalam pria itu lebih memilih tidur di sofa.
"Kau kemana saja kemarin?" tanya Dara pada Ainsley yang kini duduk di sebelahnya.
"Pulang." jawab Ainsley seadanya. Ia memang langsung pulang setelah dari kantin kemarin.
"Kau tahu Alfa mencarimu?"
kali ini Ainsley fokus menatap Dara. Alfa mencarinya? Masih mencarinya? Kenapa?
"Kenapa?" tanyanya tanpa sadar. Dara mengangkat bahunya cuek.
"Sepertinya dia ingin bertanya tentang pernikahanmu." katanya acuh tak acuh.
Di antara ketiga sahabatnya, yang paling banyak tahu rahasia Ainsley adalah Dara. Bisa dibilang Dara yang paling dekat dengannya. Ada rahasia-rahasia yang hanya bisa di ceritakan Ainsley pada Dara karena gadis itu pintar menyimpan rahasia. Termasuk dengan dirinya yang menyukai diam-diam Alfa dulu.
"Jawab aku," Dara mendekat dan berbisik di telinga Ainsley.
"Kau masih menyukai Alfa?" tanyanya. Mata Ainsley membulat besar menatap Dara. Kenapa gadis itu harus bertanya begitu sih.
"Jangan bicara sembarangan. Dia sudah punya tunangan, aku pun sudah menikah. Bukankah hubungan kita sudah jelas tidak mungkin." balas Ainsley tak kalah pelannya. Ia harus sangat berhati-hati, mungkin saja kan ada orang yang sengaja mau memata-matainya di kelas ini dan mendengar semua omongannya.
Dara tertawa.
"Aku hanya menggodamu. Lagipula kau sudah mendapatkan pria yang lebih baik yang mau menikahimu. Lebih baik kau fokus pada keluarga barumu saja." katanya lagi.
Ainsley diam saja. Fokus pada keluarga baru? Dirinya malah ingin fokus menyelesaikan kuliahnya dan cari kerja secepatnya. Dari dulu ia memang adalah tipe gadis yang ingin mengejar karir.
Ainsley selalu berpikir ingin memiliki pekerjaan yang layak. Ia ingin bekerja menghasilkan uang dengan jerih payahnya sendiri.
"Oh ya, bagaimana dengan permintaanku kemarin?" tanya Ainsley. Ia sempat meminta Dara memasukan CV nya di restoran omnya sebelum menikah beberapa hari lalu. Restoran milik om Dara itu memang terbilang kecil, tapi lumayan kan kalau bisa dapat gaji bulanan.
"Aku sudah memasukan surat lamaranmu. Tapi..," Dara menggantung ucapannya dan menatap Ainsley lurus.
"Kau yakin ingin bekerja di restoran om Meru? Bagaimana kalau suamimu tidak memberi ijin?" lanjut Dara. Ia merasa ragu kalau Austin yang super duper kaya itu akan mengijinkan istrinya jadi pekerja paruh waktu di restoran kecil.
"Aku tidak perlu ijin siapapun mengenai pekerjaan." balas Ainsley.
"Terserah kau saja." imbuh Dara. Tapi masih tidak percaya Austin akan mengijinkannya.
***
Ketika Dara dan Ainsley berjalan menuju perpustakaan, mereka berpapasan dengan Rumi.
Semua orang tahu siapa Rumi. Anak dari pengusaha kaya berparas cantik yang juga merupakan tunangan Alfa.
"Aku pikir dia sudah pindah ke luar negeri." bisik Dara di telinga Ainsley.
Ainsley sendiri lebih menunjukkan sikap tidak pedulinya. Tidak penting juga baginya untuk tahu kehidupan orang lain.
"Kau Ainsley kan?" suara itu menghentikan langkah Ainsley dan Dara yang hampir mencapai pintu perpustakaan. Ia balik menatap Rumi. Entah kenapa ia selalu merasa tatapan Rumi padanya sangat tidak bersahabat.
"Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan?" ada nada mengejek dalam cara bicara Rumi.
"Apa maksudmu bertanya begitu?" Dara bertanya dengan nada tidak senang.
"Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya takut cinta sepihaknya pada pria yang sudah bertunangan membuatnya menjadi stres berat." sinis Rumi. Gaya bicaranya sangat angkuh.
Ainsley tersenyum tipis. Dasar kekanakkan. Tentu saja ia tidak mau menanggapi orang seperti itu. Tak ada guna. Bikin kepalanya makin sakit saja.
"Cinta sepihak? Sepertinya kau perlu bertanya pada pria itu. Apakah itu benar-benar cinta sepihak? Kalau tidak kenapa dia terus mencari temanku dengan wajah gelisah kemarin. Seperti sedang cembur..
"Dara, stop." potong Ainsley. Ia tahu Dara hanya bermaksud membelanya. Tapi perkataan itu menurutnya berlebihan. Ia bisa lihat rasa marah di wajah Rumi. Astaga, sih Dara ini benar-benar senang berbuat kacau.
"Apa maksudmu?" Rumi menatap Dara dengan wajah merah padam.
Dara sendiri tersenyum menang. Siapa suruh dia yang mulai.
Menurutnya Rumi ini tahu kalau Alfa memang menyukai Ainsley. Kalau tidak, kenapa gadis itu harus repot-repot berbicara dengan mereka dan membahas tunangannya itu. Alasannya pasti karena dia merasa terancam. Terancam dengan keberadaan Ainsley.
"Kau tanya saja sendiri pada tunanganmu." ucap Dara lalu menarik tangan Ainsley masuk ke dalam.
Rumi menggertakan giginya dan mengepalkan tangan kuat-kuat. Alfa menemui sih perempuan miskin itu? katanya kemarin dia mau menghadap Dekan. Tidak, ia tidak akan membiarkan Ainsley merebut Alfa darinya. Susah payah dirinya meminta papanya menjodohkan mereka. Ia harus membuat rencana. Alfa hanya miliknya seorang.
Rumi menatap lama ke dalam perpustakaan itu. Ainsley dan Dara sudah tidak ada lagi dalam pandangannya. Ia lalu berbalik pergi dari tempat itu.
Di dalam, Ainsley terus menatap Dara yang pura-pura membaca buku. Dara tahu sahabatnya itu pasti akan menegurnya karena sengaja memprovokasi Rumi tadi. Habisnya gadis sok cantik dan berkuasa itu membuatnya kesal sih.
"Dara, aku harap kau tidak membuat Rumi kesal lagi seperti tadi." ujar Ainsley. Dara mengalihkan pandangannya dari buku dan menatap Ainsley dengan wajah keberatan.
"Kenapa, dia yang mulai duluan. Aku hanya bicara sesuai dengan kenyataan." balasnya.
Ainsley menghela nafas.
"Tapi kau memprovokasinya dengan sengaja membawa-bawa nama Alfa. Bagaimana kalau dia mengadu ke Alfa? Alfa juga tidak mungkin menyukaiku seperti yang kau bilang tadi." katanya panjang lebar.
"Ainsley, aku yakin Alfa menyukaimu. Aku bisa melihatnya." imbuh Dara yakin. Menurutnya mata tidak bisa menipu. Dan ia jelas melihat bagaimana cara senior mereka itu menatap Ainsley. Kalau tidak bagaimana bisa seorang laki-laki sekelas Alfa mau bergaul dengan gadis biasa seperti Ainsley. Bahkan bela-belain membantunya mencarikan pekerjaan dulu.
Bukannya menghina latar belakang Ainsley yang biasa-biasa saja. Tapi kalau di bandingkan dengan Alfa, kehidupan mereka memang sangat beda bagai langit dan bumi. Alfa bisa mendapatkan semua yang dia mau tanpa khawatir uangnya akan habis, sedang Ainsley berusaha keras mencari uang agar papanya tidak kesusahan mencari uang buat kuliahnya. Ia juga harus menabung untuk hidup hemat.
Namun itu dulu, sekarang Dara tahu Ainsley sudah punya suami kaya seperti Austin. Tapi tetap saja kalau memikirkan masa lalu, Ainsley dan Alfa memiliki status sosial yang jauh berbeda.
Dulu memang Alfa yang sengaja mendekati Ainsley pertama kali. Kalau seorang Alfa yang populer di kampus itu tiba-tiba berbicara duluan dan menawarkan pertemanan dengan Ainsley, wajarkan kalau Dara dan teman-temannya yang lain menyimpulkan bahwa pria itu sengaja ingin mendekati Ainsley karena tertarik. Lagipula Ainsley memang cantik. Tidak kalah dari Rumi. Cocok menjadi pendamping Alfa.
"Dar, tolong jangan membahas Alfa lagi. Kau tahu aku sudah menikah kan?" ucap Ainsley mengingatkan.
Dara menghembuskan nafas panjang.
"Baiklah. Aku tidak akan membahasnya lagi." katanya.
melaknat pelakor tapi malah begitu membela pebinor bahkan pebinor melecehkan istri orang dan membuat rumah tangga orang salah paham dan nyaris hancur tetap saja pebinor dibela dan diperlakukan sangat2 lembut (ini contoh pemikiran wanita murahan
dan novel mu adalah cerminan pola pikirmu dan karakter mu