Anaya Devaloka (21), seorang gadis muda yang terpaksa menjadi ibu susu bayi bernama Elnan Kavindra demi melunasi hutang ayah tirinya dan membiayai pengobatan mamanya.
Richard Kavindra (29), seorang CEO muda nan tampan dan terkenal playboy. Ia menyukai gadis seksi yang bertubuh langsing. Namun, ketika ia melihat Naya, semua tipe gadis idealnya seakan tak berlaku sama sekali. Ia terjebak pada pesona ibu susu baby Elnan anaknya.
Akankah Richard mampu meluluhkan hati Naya? dan bisakah Naya tetap teguh pada hatinya tanpa tergoda oleh Richard?
Follow Ig : @yoyotaa_
Dilarang keras untuk menjadikan cerita saya jadi konten!!!!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Kau benar-benar menggoda
Hampir dua jam lebih Richard dan Naya berada di rumah Naya. Mereka mengobrol banyak hal. Rupanya, Richard begitu mudah akrab dengan ibunya Naya. Naya sendiri sampai terheran-heran. Pasalnya, ibunya susah sekali berbicara santai dengan orang yang pertama kali dijumpainya. Apalagi ini Richard yang notabene-nya adalah majikannya.
Hari pun sudah semakin siang, Naya dan Richard berpamitan untuk pulang.
"Naya, pamit dulu ya, Bu. Kapan-kapan Naya main kesini lagi," ucap Naya sambil mencium tangan ibunya.
"Iya Nay, jangan terlalu sering main kesini. Kasian anaknya Tuan Richard jika ditinggal terus," ujar ibunya Naya.
"Panggil saja Richard, Bu. Kan tadi saya sudah mengizinkan ibu untuk memanggilnya begitu," ucap Richard yang tidak ingin dipanggil tuan oleh ibunya Naya.
"Ah, ibu tidak enak jika memanggilmu seperti itu," jawab ibunya Naya.
"Sudahlah Bu, turuti saja kemauan Tuan Richard," sambung Naya agar perdebatan memanggil nama itu selesai.
"Baiklah, kalian berdua hati-hati ya di jalan. Nak Richard terima kasih sudah mengantar Naya untuk bertemu ibu."
"Sama-sama Bu. Kami pamit ya," ucap Richard.
Naya dan Richard berjalan menuju ke mobil yang terparkir di halaman rumah Naya. Mereka memasuki mobil kemudian Richard langsung menancapkan gas nya melesat jauh dari lingkungan rumah Naya.
"Aku akan membawamu ke sebuah danau di dekat pinggiran kota. Apa kau akan menyukainya?" tanya Richard menanyakan pendapat Naya.
"Tergantung. Jika tempatnya indah dipandang aku akan menyukainya. Namun jika tempatnya kotor dan tidak terawat tentu aku tidak menyukainya," jawab Naya.
"Tenang saja, kau akan berterimakasih padaku karena sudah membawamu kesana," ucap Richard dengan senyuman penuh arti.
Waktu tempuh perjalanan kurang lebih dua jam lamanya. Saking lamanya, Naya sampai tertidur pulas di kursinya. Richard tersenyum melihat itu.
Wajah Naya menyiratkan bahwa ia kelelahan. Namun, entah kenapa, Richard menyukai wajah Naya ketika sedang tidur. Begitu menenangkan dan damai. Tidak ada lagi suara penolakan yang diberikan Naya. Sebuah kecupan Richard berikan di kening Naya.
"Pesona mu mengalahkan segalanya Naya. Aku tidak pernah berpikir akan benar-benar jatuh cinta padamu," gumam Richard sambil mengelus kepala Naya.
Tak lama kemudian, mereka telah sampai di danau yang berada di pinggiran kota. Richard masih duduk di dalam mobilnya. Rasanya ia tak mau membangunkan Naya dari tidur lelapnya. Namun, jika ia tak membangunkan Naya, kencannya bakalan gagal total.
Richard pun menepuk bahu Naya untuk membangunkannya. Merasa tubuhnya disentuh Naya pun membuka matanya.
"Udah sampai ya? Maaf aku tertidur saat di perjalanan. Rasanya ngantuk sekali. Apa kita sudah sampai disini lama?" ucap Naya dengan suara khas orang bangun tidur.
Bukannya merasa ilfill, Richard malah tergoda. Suara itu seperti sebuah rayuan untuknya. Kepala Richard semakin mendekat ke arah Naya. Ia langsung mencium bibir Naya saat itu juga. Bibir yang selalu menjadi candu baginya setelah pertama kali menciumnya. Belum ada balasan dari Naya. Naya terdiam karena terkejut akan ciuman yang datang mendadak.
Richard mulai mel*mat bibir Naya. Tangannya pun kini sudah berada di tengkuk Naya. Seolah memberikan perintah agar Naya membalas ciumannya.
Naya merasakan sensasi aneh dalam dirinya. Biasanya ia akan menolak atau bahkan meronta-ronta untuk dilepaskan. Kali ini, ia menerima ciuman itu begitu saja. Tanpa sadar, Naya mulai membalas ciuman Richard tersebut. Mulai dari bibir bawah dan atas bergantian. Richard menggigit bibir bawah Naya, supaya ia membuka mulutnya. Ketika mulut Naya terbuka Richard langsung mengabsen isi dalam mulut Naya.
G*irah Richard tak bisa dihentikan. Tangannya yang semula berada di tengkuk Naya mulai turun ke baju kemeja yang dipakai Naya. Ia membuka kancing Naya pelan, agar Naya tak curiga. Tiga kancing teratas baju Naya telah terbuka memperlihatkan belahan dada Naya.
Richard mulai meraba dada Naya yang masih terbalut bra. Naya mengeluh n*kmat. Badan Richard semakin mendekat ke Naya. Richard menurunkan jok mobilnya agar lebih rendah. Itu akan memudahkannya udah melakukan aksinya.
Kini tubuh Richard sudah berada di atas tubuh Naya. Kancing baju Naya pun sudah terlepas semuanya, meninggalkan bra yang terlihat di dalamnya. Ciuman itu belum berhenti sama sekali, hingga Naya pun kehabisan napas, dengan terpaksa Richard menghentikan ciumannya memberikan jeda waktu pada Naya. Namun, sebelum Naya sadar apa yang sudah ia lakukan. Richard langsung membungkam mulut Naya lagi.
Tangan nakal itu mulai masuk ke dalam bra Naya, mencari benda kenyal milik Naya yang menggugah seleranya. Richard mer*mas salah satu buah dada Naya dengan lembut. Lalu menghentikan ciumannya ketika Naya sudah mulai merasakan sensasi aneh dalam tubuhnya. Richard mencium belahan dada Naya. Naya mulai bereaksi dengan menarik kepala Richard untuk terus melakukan apa yang tengah Richard lakukan.
"Ah ..." suara d*sahan yang keluar dari mulut Naya.
Sebuah tanda kepemilikan pun sudah terlukis indah di tubuh Naya. Richard tak mau menghilangkan kesempatan langka seperti ini, ia pun akan sampai puas bermain dengan tubuh Naya. Sampai akhirnya ...
"Drttt ... Drtttt ... Drttt ...." bunyi nada dering dari handphone Richard menghentikan kegiatan mereka.
Richard langsung menjauh dari tubuh Naya. Ia langsung menjawab panggilan tersebut.
"Kalau mau bicara yang tidak penting. Aku matikan telponnya!"
Belum juga si penelpon bicara, Richard langsung mematikan panggilan tersebut. Ia kesal dan marah karena kesenangannya terganggu.
Sementara Naya, ia mengutuk kebodohannya yang dengan mudahnya menerima semua yang Richard lakukan. Seolah-olah ia terhipnotis untuk menerima perlakuan Richard. Naya masih belum sadar jika kancing kemejanya sudah terlepas semuanya. Sampai saat Richard yang kesal menoleh padanya mengunci tubuh Naya lagi.
"Apa kau masih mau melakukan apa yang kita lakukan tadi? Kenapa kau tidak mengancing bajumu kembali? Kau mau terus-terusan menggodaku, Nay," ucap Richard lalu mencium pipi kanan Naya.
"Hah?" Naya terkejut saat mendengar ucapan Richard. Ia pun melihat ke tubuhnya. Rupanya benar, kancingnya sudah terlepas semuanya.
"Apa kita tidak usah keluar dari mobil? Kencan kita batalkan saja. Aku lebih ingin kita melakukan hal tadi lagi Nay. Kau benar-benar menggoda. Apalagi benda bulat yang ada di tubuhmu," ucap Richard yang kepalanya masih berada di pipi Naya.
Mendengar Richard mengatakan benda bulat, Naya langsung menutup dadanya dengan kemejanya. Ia berusaha mengancingkan bajunya dengan cepat.
"Kalau kencan dibatalkan, lebih baik kita pulang," jawab Naya.
Richard belum ingin pulang ke rumah. Ia masih ingin menikmati waktu berduanya bersama Naya. Ia pun kembali ke tempat duduknya.
"Hufttt ..." Naya menghembuskan napasnya lega. Ia mengontrol debaran jantungnya yang tak beraturan.
"Tidak mau keluar?" tanya Richard yang sudah berada di sampingnya membukakan pintu mobil.
***
Terima kasih sudah membaca ceritaku sampai di bab ini. Semoga kalian menyukainya.
Jangan lupa berikan like dan vote nya teman-teman.
Ramaikan juga cerita ini dengan komentar-komentar kalian.
Kalian bisa juga memberikan dukungan untuk yoyo dengan menonton iklan yang ada di kolom pemberian hadiah.
jangan lupa mampir juga di karyaku ya,🙏🏻
icad icad..