Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.
Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.
Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.
Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9
Brak!!
Pak Jamal sampai menggebrak meja yang ada di depannya sampai abu rokoknya yang baru dibuangnya ke atas asbak ikut beterbangan. Untungnya tidak mengenai kumisnya yang panjang nan lebat itu.
“OMG!” ceplos Arsyila.
Arsyila mengusap dadanya yang terkejut setengah hidup dengan ulahnya pria yang mengaku orang tua itu tapi kelakuannya seperti bocil labil.
“Astaghfirullah aladzim, Pak Jamal kami memaklumi kondisi bapak, tapi apakah yang bapak lakukan barusan termasuk bukan salah satu tindakan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang lain,” cibirnya Arsyila.
“Pak Jamal, saya sangat memaklumi kemarahan bapak tapi semuanya bisa dibicarakan baik-baik jangan pakai emosi! Kami juga tidak bisa memprediksi dan memperkirakan kalau putraku akan membatalkan rencana perjodohan anak-anak kita,” Bu Ulfa akhirnya kesal juga dengan sikapnya Pak Jamal.
“Untungnya adikku ga jadi menantunya Bapak bisa-bisa kena serangan mental ehh serangan jantung tiba-tiba,” sarkasnya Arsyila.
Pak Jamal mendengus mendengar perkataan dari kedua wanita berbeda generasi itu.
“Kami jadi bulan-bulanan omongan masyarakat! Apa kalian tidak pernah berfikir reputasi kami sudah dipertaruhkan di kampung ini! Saya tidak terima dengan ucapan mereka yang menghina putriku!” jelasnya Pak Jamal yang langsung mengutarakan niat kedatangannya.
Akmal orang-orang di kampung kau pada heboh dengan rencanamu menikahi Erina. Kalian malah happy-happy saja di kota besar.
“Saya sungguh kecewa denganmu Ulfa, tahun lalu kamu menyetujui perjodohan anak-anak kita, tapi kenapa malah memutuskannya begitu saja, apa kurangnya putriku Nafisah dibandingkan dengan calon istrinya yang ada di kota?” Bu Ranti mengipasi wajahnya yang kepanasan.
Nafisah menangis tersedu-sedu karena pemuda yang dicintainya sejak kecil itu akan menikahi wanita lain.
“Mama kalau bukan dengan Abang Arshaka saya gak bakalan mau menikahi pria manapun! Saya lebih baik menjadi perawan tua daripada tidak berjodoh dengan Abang Arshaka,” rengeknya Nafisah.
Bu Ranti kebingungan bagaimana caranya menenangkan putrinya yang semakin mengeraskan suara tangisannya.
“Sabar yah putriku tersayang, Mama dan bapakmu akan mengusahakan agar kalian bisa menikah,” bujuknya Bu Ranti yang memberikan harapan palsu kepada anak semata wayangnya itu.
“Sayang, Mama akan tetap usahakan kamu akan menikah tahun ini dengan Shaka jadi kamu jangan seperti ini yah, Mama akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu,” bisiknya Bu Ranti.
“Mama janji yah kalau saya akan menjadi istrinya Abang Arshaka,” gumamnya Nafisa.
Bu Ranti memeluk putrinya,” kamu yang sabar yah karena mama pasti memenuhi janjinya Mama padamu.”
“Kamu sudah mempermalukan keluarga besar kami. Seluruh orang-orang di kampung sudah membicarakan masalah pembatalan rencana perjodohan anak-anak kita. Saya dipermalukan oleh ulahnya anakmu itu!” kesalnya Pak Jamal yang bernada membentak.
“Maafkan kami, ini semua diluar kendali kami sebagai orang tuanya Arshaka. Kami tidak mungkin melanjutkan rencana pertunangannya anak-anak kita karena Arshaka putraku mencintai wanita lain,” ujarnya Bu Ulfa.
“Kalian memang orang-orang tak tahu diri! Tidak bisa dipercaya, saya tidak menyangka sikap kalian begitu rendahan! Apa kalian tidak iba sedikitpun melihat kesetiaan dan pengorbanan yang dilakukan oleh putriku tercinta?” Tanyanya pak Jamal yang menyudutkan Bu Ulfa.
Arsyila mengernyit, “Maksudnya Pak kepala Desa pengorbanan apa yang dilakukan oleh Nafisah untuk adikku?”
Bu Ulfa menggelengkan kepalanya agar Arsyila tidak ikut berbicara,” sayang kamu diam saja ini urusan orang tua.”
“Ya tentunya pengorbanan rela menunggu Arshaka pulang dari kota dan menolak banyaknya lamaran yang datang kepada kami, tetapi demi Arshaka anakku menolaknya karena cintanya hanya kepada Shaka seorang,” jawabnya Bu Ranti yang seperti semakin kepanasan saja.
“Anak ibu ternyata primadona kampung,” Arsyila mengangguk-angguk.
Ibu Ulfa hanya pasrah saja mendengar ocehan anak gadisnya yang memang kenyataannya seperti itu.
Arsyila tersenyum mengejek,“itu banyak pemuda yang datang melamar! Kenapa bapak sama ibu menolaknya. Padahal kami tidak pernah melarang kalian menerima lamaran mereka.”
Bu Ranti dan pak Jamal salah tingkah karena ucapannya Arsyila langsung mengena ke hati dan pikirannya.
Arsyila memandangi satu persatu tamunya,” Lagian awalnya yang ngotot dan memaksa ayah sama bunda agar perjodohan ini dilakukan kan bapak Jamal dengan ibu Ranti sendiri, apa kalian sudah lupa?”
Pak Jamal dan Bu Ranti langsung kicep tak sanggup menyanggah ucapannya Arsyila perempuan berusia 25 tahun itu.
“Saya tidak mau lelaki lain, saya tetap ingin menikah dengan Abang Shaka,” rengeknya Nafisah.
“Sungguh kekanak-kanakan, gue jadi ilfeel lihatnya. Amit-amit jabang bayi deh punya adik ipar kayak dia,” gumam Arsyila sambil memukul-mukul pelan keningnya.
Arsyila menatap jengah ke arah gadis remaja yang sedari dulu tidak disukainya karena terlalu manja dan bersikap childish.
“Kalau gitu Kamu bakal jadi perawan tak laku-laku sedangkan gadis-gadis cantik seumuran kamu yang ada di kampung kita ini sudah punya anak lah kamu malah memilih menunggu yang tidak mungkin kamu dapatkan!” ejeknya Arsyila dengan santainya.
Nafisah akhirnya bisa tenang setelah ibunya berkata seperti itu. Semangatnya kembali lagi dengan harapan yang lebih besar dan menggebu-gebu dibandingkan ketika mengetahui kabar kalau Arshaka akan menikahi wanita asal kota.
“Dasar kekanak-kanakan, pantesan adikku ga respect sama kamu karena sikapmu melebihi anak kecil,” ejek Arsyila.
Bu Ulfa menepuk punggung tangannya Arsyila,” sayang jangan berkata seperti itu tidak baik, orangnya masih ada di sini,” cicitnya Bu Ulfa.
“Maafkan saya Bu Ranti, saya tidak mungkin memaksakan kehendak kami kepada putraku Shaka karena memang dialah yang menginginkan mengakhiri ikatan perjodohan ini dan jatuh cinta kepada wanita yang ada di kota,” ujarnya Bu Ulfa.
“Jadi semuanya sudah jelas yah Bu Ranti dan pak Jamal kalau mulai detik ini tidak ada lagi hubungan apapun antara adikku Akmal Amelio Arshaka dengan Nafisah, stop berbicara kepada orang kalau kalian masih ada ikatan!” ujarnya Arsyila lagi.
Pak Jamal menatap mencemooh ke arah Bu Ulfa, “Saya yakin calon menantumu itu hanya orang dari kalangan rendahan tidak seperti keluarga kami yang keturunan bangsawan!”
“Iya Mas pasti hanya gadis gembel yang tak berpendidikan yang akan dilamarnya, pasti kalah jauh dengan Nafisah yang calon sarjana,” sahutnya Bu Ranti yang mencela calon istrinya Akmal.
“Enggak apa-apa kok ibu bapak yang paling penting adikku terbebas dari perempuan kayak anaknya ibu yang sok cantik itu,” sindirnya Arsyila.
Ketiganya langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan rumah sederhana Bu Ulfa dan pak Raffi.
“Hadeuh, kalau mereka tau siapa calon istrinya Shaka bisa kejang-kejang mereka, Bunda,” ucapnya Arsyila ketika para tamunya sudah angkat kaki dari rumahnya.
“Hush, jangan bicara begitu Nak, biarkan saja mereka mau bicara apapun tentang Erina calon istrinya adikmu. Yang paling penting kita harus mempersiapkan segala keperluan pernikahan dan seserahannya Shaka,” Bu Ulfa terkekeh mendengar perkataan dari Arsyila.
“Kan faktanya memang seperti itu Bunda kalau Erina itu Polwan anak jendral kaya raya lagi, apa salah kalau aku ngomong gitu,” Arsyila hanya geleng-geleng kepala.
“Sudah-sudah, kamu kerjakan apa yang Bunda minta seminggu lagi loh mereka akan menikah. Kamu pergilah ke rumah keluarga ayahmu tanyakan lagi siapa-siapa saja yang jadi berangkat ke kota agar bisa dipersiapkan berapa bis yang akan disewa,” titahnya Bu Ulfa.
“Siap Bu Komandan,” candanya Arsyila.
“Kamu ada-ada saja Nak,” Bu Ulfa tersenyum simpul melihat kelakuan anak gadisnya.
Akmal di kampung halamannya disapa Arshaka oleh kedua orang tuanya dan juga orang-orang di sekitar tempat tinggalnya.