Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbeda Pandangan
"Jangan lupa kerjakan tugasnya ya, besok di kumpulkan. Inget ini, kalau ada yang gak ngerjain Ibu akan hukum ngerjain LKS," ucap wali kelas mereka yang mengajar matematika juga.
"Baik Bu," jawab semua murid serentak.
"Ya sudah kalau begitu, pelajaran juga sudah selesai. Kalian langsung pulang ke rumah ya, jangan main-main dulu," nasihat si guru.
Mendengar bel pulang berbunyi, membuat para murid merasa senang dan langsung beranjak pergi. Setelah lelah dan penat belajar, sudah waktunya mereka istirahat.
Olivia dan kedua temannya berjalan dengan riang menuju keluar. Tasya dan Syifa, mereka adalah teman yang paling dekat dengannya di kelas. Olivia senang karena Ia tidak suka sendirian.
"Terus kamu pulang gimana Olivia? Dilon kan gak sekolah," tanya Tasya.
"Di jemput supir, kayanya masih di jalan," jawab Olivia.
"Beneran nih dijemput? Kalau enggak, gak papa nebeng aja sama aku atau Tasya," sahut Syifa berbaik hati.
"Iya beneran, sudah sana kalian pulang," perintah Olivia sambil melambai-lambai tangannya mengusir. Tahu jika mereka akan menunggu nya, Olivia jadi tidak enak.
"Ya sudah kalau gitu, kita pulang dulu ya Olivia, sampai ketemu besok," pamit mereka berdua.
"Iya, dah!" balas Olivia.
Melihat mobil supirnya sudah datang, segera Ia pun masuk. Olivia tidak akan langsung pulang, Mamanya menitipkan sesuatu kepadanya. Diperintah membawa baju yang baru selesai dijahit katanya di sebuah butik ternama.
Ya jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah, walau harus memutar lagi nanti. Olivia menatap butik itu dengan senyuman, Ia tahu tempat pakaian ini cukup hits tapi belum sempat datang, sekarang baru kecapain.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang pelayan dengan ramahnya di depan pintu.
"Em saya mau ambil baju Mama saya, atas nama Keisha Mahendra," jawab Olivia langsung.
"Mari saya antar bertemu Bu Erika langsung," ajak pelayan itu lalu menunjukkan jalan.
Terlihat seorang wanita yang posisinya membelakangi, seperti sedang membaca buku sketsa. Pelayan itu lalu memanggilnya, dan saat berbalik Olivia terkejut melihat wajah wanita itu.
Ternyata wanita itu juga ikut terkejut, tidak salah lagi jika mereka pernah bertemu waktu itu di rumah Dilon. Pantas saja namanya familiar, Olivia semakin yakin jika sepertinya pemilik butik ini adalah Mama tirinya Dilon.
"Permisi Bu, Kakak ini katanya mau ambil baju pesanan Mama nya atas nama Keisha Mahendra," ucap pelayan itu.
"Oh iya baik, kamu boleh lanjutkan pekerjaan," kata Erika sambil mengangguk.
"Baik Bu, kalau begitu saya permisi." Pelayan itu pun pergi meninggalkan mereka.
Untuk beberapa saat, keduanya saling terdian dengan perasaan gugup satu sama lain. Erika lalu berdehem pelan dan mengajak gadis remaja itu duduk di sebuah kursi, kebetulan di sana pun sudah ada cangkir teh yang masih hangat.
"Kalau boleh tahu kamu siapanya Bu Keisha?" tanya Erika memulai obrolan.
"Saya anak pertamanya, nama saya Olivia," jawabnya sambil tersenyum.
"Apa kamu yang waktu itu bersama Dilon di rumahnya?" Erika memilih langsung menanyakan, merasa penasaran.
"Iya betul, senang bertemu dengan Tante lagi. Tante ini Mama tirinya Dilon?" tanya Olivia balik.
"Iya betul saya Mama tirinya Dilon, saya menikah dengan Papanya dua bulan lalu. Tapi.. Sepertinya Dilon belum bisa menerima kehadiran saya. Tidak apa, saya harus lebih berusaha lagi," jawab Erika sambil berusaha tersenyum, walau dadanya terasa sesak.
Olivia mengangguk pelan merasa bingung harus menanggapi bagaimana, Ia takut salah bicara dan malah menyinggung perasaan wanita cantik itu. Melihat wajah Erika yang murung, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Tante, saya minta maaf atas sikap Dilon waktu itu. Jujur saya juga kaget lihat dia se emosional itu," ucap Olivia kembali membuka suara.
"Tidak apa-apa, Tante bisa mengerti kenapa Dilon se benci itu. Tapi Tante selalu berusaha baik pada dia, hanya saja.. Dia terlalu benci pada Tante," katanya sedih.
"Kalau boleh tahu, memangnya kenapa?" Tetapi Olivia langsung mengatupkan bibirnya karena merasa sudah lancang menanyakan itu.
"Memangnya Dilon tidak cerita apapun pada kamu tentang Tante? Kalian itu pacaran, kan?"
Dengan pelan Olivia mengangguk, "Iya kita pacaran, aku juga sudah dengar cerita dia. Tapi aku juga ingin dengar versi Tante, tidak mau salah paham."
Erika terlihat tersenyum manis pada gadis remaja itu, di obrolan ini bisa langsung menyimpulkan jika Olivia adalah gadis yang baik. Erika jadi lega karena putra tirinya bersama orang yang tepat.
"Dia mengira Tante adalah orang ketiga di hubungan Mama dan Papanya dulu, dia juga mengira Papanya selingkuh dengan Tante. Padahal kami tidak ada hubungan apapun, selalu berusaha menghindar."
"Dulu Tante dan Papanya Dilon memang ada hubungan, tapi sebelum Aiden menikah dengan Mamanya Dilon. Tetapi setelah menikah, kami hanya teman biasa. Hanya sepertinya Dilon tidak mau percaya, Tante tidak tahu harus menjelaskan apa pada dia," Erika terlihat menghela nafas panjang setelah menceritakan itu.
Olivia mendengarkannya dengan baik, hatinya jadi merasa kasihan dan tidak tega sendiri. Sepertinya Erika tidak berbohong, karena kedua matanya sampai berkaca-kaca seperti akan menangis. Apa saja yang sudah Dilon lakukan pada wanita ini?
"Apa Tante menyayangi Dilon?" tanya Olivia.
"Tentu saja, dari dulu Tante selalu ingin bisa dekat dan akrab dengan dia. Tapi Dilon selalu menghindar, hanya tatapan kebencian yang dia berikan pada Tante. Tante jadi selalu merasa bersalah di hadapan dia," jawab Erika.
"Sabar ya Tante, aku yakin suatu saat nanti Dilon akan berubah. Aku juga gak suka lihat hubungan kalian begitu, aku akan bantu," ucap Olivia sambil menggenggam tangannya.
"Terima kasih Olivia, kamu baik sekali. Dilon sangat beruntung bisa bersama kamu, Tante harap dia juga bisa berubah karena kamu," kata Erika dari dalam hati.
"Ya semoga, aku juga sedang berusaha." Olivia terkekeh kecil setelah mengatakan itu.
Ternyata cukup lama juga mereka mengobrol, tidak terasa sudah magrib lagi. Setelah menerima baju pesanan Mamanya, Olivia pun berpamitan pada Erika.
"Kamu sering-sering ya main kesini, Tante sama Mama kamu juga berteman baik. Nanti kalau misal mau buat baju ke Tante aja, akan Tante kasih diskon buat kamu," ucap Erika sambil mengusap tangannya.
"Hehe boleh-boleh Tante, makasih banyak sudah di spesialin hehe," sahut Olivia senang sendiri.
"Kamu pulang sama siapa? Apa Dilon akan jemput?" tanya Erika melihat depan butik nya, tapi tidak menemukan putranya itu.
"Kami hari ini belum ketemu, soalnya Dilon gak sekolah. Biasanya dia yang selalu jemput dan anter pulang, tapi hari ini sama supir," jawab Olivia.
Erika yang mendengar kisah percintaan manis itu dibuat tersenyum sendiri, "Kamu pasti kangen ya sama Dilon? Nanti di rumah jangan lupa telepon dia," godanya.
"Ih Tante malu ah," kata Olivia sambil menutup wajah memerah nya.