Arazey Ivanka seorang mahasiswi kedokteran yang saat ini berada di semester lima, tengah menjalani masa magang disebuah rumah sakit terbesar dikota nya
Semuanya berjalan begitu lancar, sampai saat ia mendapatkan seorang pasien pria dengan usia matang yang saat itu tengah terluka parah. Dari situlah kehidupan dizona nyaman nya berubah menjadi lebih menyeramkan dan lebih terkekang
•Jika ada kesamaan judul cerita, cover, atau nama mohon dimaklumi
•Ikuti kisahnya hanya disini.. Happy reading🫂👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-25-
"Siapa perempuan yang tadi?" tanya Arazey seraya menatap wajah khawatir Grey
"Bukan siapa-siapa hanya kuman yang selalu menempel" jawab cepat Grey seraya mendudukkan tubuh Arazey disofa
Masih dengan raut khawatirnya, Grey pun hendak beranjak mengambil kotak obat tetapi Arazey menahan pergerakan Grey dengan ucapan nya
"Tadi dia panggil om dengan sebutan Sayang dan dia bilang om adalah Calon Suami-Nya" ucap Arazey menekan dibeberapa kata yang ia ucapkan
Seketika mata Grey langsung menatap nanar netra coklat milik Arazey lalu mengeluarkan senyum tipisnya. "Kamu cemburu hmm?"
Damnn! Pipi Arazey seketika langsung memerah saat mendengar penuturan itu. Dengan cepat Arazey pun memutuskan kontak matanya dengan Grey dan bergerak gelagapan
"Tidak! Kata siapa aku cemburu?!" elak cepat Arazey dengan nada kesalnya
"Yakin gak cemburu hmm?"
"Gak om. Gak!" jawabnya cepat penuh tekanan. "Aku cuma penasaran, lagian kalo dia benar-benar calon istri om kan bagus" sambung Arazey dengan mata yang terus bergerak gelisah
Melihat dan mendengar hal itu, Grey pun tak kuasa menahan tawanya. Hingga kini mata Arazey langsung menatap tajam dirinya yang terduduk dilantai tepat didepan tubuhnya yang duduk disofa
"Gak ada yang lucu 'ya om!" kesal Arazey
Menghentikan tawanya, lalu Grey meraih tangan mungil yang tengah meremat kesal ujung bajunya itu
"Tenang saja honey, dia benar-benar kuman yang selalu menempeli ku dan juga selalu menganggu ku" tutur lembut Grey seraya mengecup kedua punggung tangan Arazey
Sempat terpana dengan perlakuan dan ucapan Grey yang terdengar benar-benar jujur, tetapi dengan cepat Arazey pun menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba sadar
"Kenapa honey? Kamu pusing?" tanya Grey dengan raut yang kembali terlihat khawatir
"Bangun om, jangan duduk dilantai" ucap Arazey setelah menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan sebelumnya
"Bentar aku mau ambil kotak obat dulu"
Kembali bangun tetapi lagi-lagi Arazey menahan pergerakan Grey, namun kali ini Arazey menahannya dengan tangan Grey dengan menggenggam jari-jari tangan kekar itu
"Aku baik-baik saja, om. Lebih baik om istirahat agar cepat sembuh"
"Baik-baik apanya? Kamu ga liat nih tangan kamu lebam gitu?!" sahut kesal Grey
"Yaudah iya aku ngalah, tapi biar aku aja yang ambil kotak obatnya, om tunggu aja disini"
"Memang nya kamu tau letak kotak obatnya dimana?"
"Lalu memangnya om tidak mau memberitahu ku letaknya dimana?" sahut Arazey menimpali
"Sudahlah biar aku saja yang mengambil" putus Grey hendak berjalan tetapi dengan cepat Arazey kembali bersuara
"Nanti kalo om pingsan gara-gara cari kotak obat gimana? Aku gak mau tolongin ya!" kesal Arazey dengan nada ancaman
Mendengar itu Grey hanya meng*ulum senyumnya dan sedetik kemudian langsung duduk disamping Arazey
"Baiklah kamu yang ambil" pasrah Grey
"Dimana letaknya?"
"Dibawah meja dapur, sekalian tolong bawain aku minuman ya"
"Minuman apa?"
"Di kulkas ada b*r kaleng, tolong ambilkan satu" ucap enteng Grey yang langsung mendapat pukulan dari Arazey
Bughhh!
"Awwstt" ringis pelan Grey seraya mengusap-usap lengan nya yang dipukul oleh Arazey. Walaupun tidak terasa apa-apa bagi Grey namun tetap saja pria itu selalu ingin mencari perhatian dari gadisnya
"Gak ada yang namanya minum b*r! Ingat om lagi sakit!" tegas Arazey
"Tapi aku haus honey"
"Kan ada air putih atau minuman lainnya yang bisa om minum tanpa ada kadar alkohol nya!"
"Itu gak ada alkohol nya, honey" elak Grey
"Om pikir aku anak kecil yang bisa dibohongin hah?!" sentak kesal Arazey lalu pergi
Melihat kepergian Arazey yang berjalan menuju dapur, tawa Grey kembali pecah. Jujur saja semenjak kepergian kedua orang tuanya baru kali ini Grey kembali tertawa dan terlihat begitu bahagia
Hingga akhirnya dering handphone milik Grey mengalihkan perhatian. Dengan cepat pria itu mengangkat panggilan tersebut yang tak lain dari Bram sang asisten
"Gawat Boss!" pekik Bram disebrang sana ketika panggilan itu terhubung
"Tenanglah Bram, ada apa?"
"Para mafioso yang menyeludupkan senjata, semuanya mati dan senjata-senjata yang kita kirim semuanya menghilang ditempat!"
"Bagaimana bisa?! Apa sudah diselidiki?" sentak marah Arazey
"Saat ini para detektif kepercayaan sedang menyelidiki TKP, tetapi sampai sekarang belum ada kabar"
"Siall!". Hanya umpatan marah Grey serta deru nafas beratnya yang saat ini Bram dengar, hingga akhirnya tak lama kemudian Grey kembali berbicara
"Kirim beberapa mafioso kelas A untuk mengecek kesana, dan tengah malam nanti aku akan langsung ke TKP" tutur cepat Grey dan langsung mendapat jawaban disebrang sana
"Baik boss!"
Tanpa berlama-lama Grey pun langsung mengakhiri panggilan tersebut lalu kembali menyimpan handphone nya kala melihat Arazey yang kini berjalan mendekati nya
"Siapa yang menelpon?" tanya Arazey yang sempat melihat Grey menjawab ucapan Bram
"Ah itu, tadi Bram yang menghubungi" jawab cepat Grey
"Kak Bram? Ada apa?" tanya penasaran Arazey seraya menyodorkan secangkir teh hangat pada Grey
Menerima teh sangat tersebut, lalu Grey meminumnya. "Manisnya sempurna, apalagi kalo dikasih senyum sama yang buat pasti manisnya bertambah" puji Grey
"Ishh apaan sih!" kesal Arazey lalu membuka kotak obatnya. "Aku tanya, ada apa dengan kak Bram?" ulang Arazey
"Tidak ada apa-apa, dia hanya mengabari tentang meeting besok"
Setelah mendengar penuturan itu Arazey pun hanya mengangguk-angguk kan kepalanya sebagai jawaban dan mulai memilah obat-obat tersebut untuk mencari salep
"Sini aku yang oleskan" ucap Grey seraya merebut salep yang dipegang oleh Arazey
Kali ini Arazey tidak membantah ataupun melawan, karena percuma saja yang ada tidak akan beres dan semakin mengulur waktu
"Sini tangan nya" pinta Grey. Lantas Arazey pun langsung mengulurkan tangan nya
Mengoleskan secara perlahan salep itu pada punggung tangan Arazey yang membiru, lalu Grey meniupnya pelan
"Kenapa ditiup?" tanya heran Arazey. Pasalnya memang lebam itu tidak terasa perih melainkan hanya sedikit berdenyut sakit
"Bukan kah setiap mengobati luka harus di iringi dengan tiupan supaya tidak perih?" jawab lugas Grey dengan tatapan bingungnya
"Astaga gak gitu konsep nya, om!" gemas Arazey yang langsung mencubit pipi pria dihadapan nya
...----------------...
Seeyou next part bunda😘
Jangan lupa dukungan nya biar author semangat up nya😍
Kalo ada ide atau saran masukkan, silahkan berkomentar😉
anAk gadis orang
udh panggil honey"🤭😂