Menikah dengan pria yang bahkan belum pernah ia temui? Gila!
Ceira Putri Anggraini tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam semalam. Dari seorang gadis yatim piatu yang berjuang di tengah kemiskinan, kini ia menjadi istri dari Daniel Dartanto, pria berusia 30 tahun yang kaya, dingin, dan penuh misteri.
Pernikahan ini terjadi karena utang budi. Tapi bagi Daniel, Ceira hanyalah kewajiban.
Satu atap dengan pria yang nyaris tak tersentuh emosi, Ceira harus bertahan dari tatapan tajam, sikap dingin, dan rahasia besar yang disembunyikan seorang Daniel.
Namun, semakin lama ia mengenal Daniel, semakin banyak pertanyaan muncul.
Siapa sosok yang diam-diam Daniel kunjungi di rumah sakit?
Kenapa hatinya mulai berdebar di dekat pria yang awalnya ia benci?
Dan yang paling penting—sampai kapan ia bisa bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nedl's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 Kenyataan itu
Ruangan kerja Daniel yang luas dan elegan dipenuhi aroma khas kayu mahoni dan parfum maskulin yang lembut. Di balik meja kerjanya, Daniel Dartanto duduk dengan ekspresi serius, membaca setiap dokumen yang baru saja disodorkan oleh asistennya. Layar laptopnya masih menyala, menampilkan grafik laporan keuangan perusahaan yang sedang ia analisis.
Hari ini seharusnya berjalan seperti biasa. Rapat dengan klien, tanda tangan kontrak, lalu pulang ke rumah dan menikmati malam bersama Ceira. Tidak ada yang ia pikirkan selain bisnis dan kehidupan barunya yang terasa lebih stabil dibandingkan masa lalunya yang berantakan.
Namun, ketenangan itu hanya bertahan beberapa detik sebelum suara dentuman keras menghantam ruangan.
BRAK!
Pintu ruangannya terbuka kasar, nyaris copot dari engselnya.
Seorang wanita berusia lima puluhan menerobos masuk tanpa izin. Mata elangnya menatap Daniel penuh kebencian, langkah kakinya cepat dan penuh amarah. Asisten Daniel yang panik mengejar dari belakang, wajahnya pucat ketakutan.
"Maaf, Pak! Saya sudah mencoba menghentikannya, tapi—"
"Keluar. Saya ingin berbicara dengan bos mu."
Suara Brenda memotong dengan tajam, penuh otoritas. Tatapannya tidak lepas dari Daniel, yang kini sudah menutup dokumen di tangannya dan menatap balik dengan ekspresi datar.
"Asistenmu tidak perlu berada di sini," ujar Brenda dingin. "Saya hanya perlu bicara denganmu. Dan saya tidak akan pergi sebelum semua ini jelas."
Daniel mengangkat alis, lalu mengangguk tipis ke asistennya. Tanpa berani membantah, sang asisten membungkuk dan buru-buru keluar dari ruangan, menutup pintu di belakangnya.
Sekarang hanya ada mereka berdua.
Daniel menyandarkan punggungnya ke kursi, menyilangkan tangan di dadanya.
"Langsung saja, Bu Brenda," katanya tanpa ekspresi. "Saya tidak punya banyak waktu untuk meladeni hal-hal yang tidak penting bagi saya."
Brenda tertawa sinis. "Waktu? Oh, jadi sekarang kamu berpikir bahwa waktumu terlalu berharga untuk berbicara dengan ibu dari wanita yang sudah kamu hancurkan hidupnya?"
Daniel tetap diam. Ia tidak mudah terpancing emosi.
Brenda melangkah lebih dekat, menumpukkan kedua tangannya di meja Daniel dan mencondongkan tubuh ke arahnya.
"Kamu benar-benar pria brengsek, Daniel Dartanto."
Daniel masih tidak bereaksi. Ini bukan kali pertama ia mendengar seseorang menyebutnya seperti itu.
"Apa maksud Ibu datang ke sini?" tanyanya tenang, meski matanya menajam.
Brenda mengerutkan kening, tidak percaya pria di depannya masih bisa berpura-pura tidak mengerti.
"Kamu benar-benar nggak tahu malu," desis Brenda. "Setelah semua yang kamu lakukan pada Bunga, setelah kamu menghancurkan hidupnya, kamu masih bisa duduk di sini dengan wajah tenang seolah tidak ada yang terjadi?"
Daniel menatapnya tanpa berkedip. "Apa yang aku lakukan pada Bunga?"
Pertanyaan itu meledak di kepala Brenda seperti bom. Tangannya mengepal di atas meja, matanya berkaca-kaca karena amarah.
"Kamu bertanya padaku?" suaranya bergetar. "Kamu benar-benar nggak merasa bersalah, ya? Kamu sudah mengambil segalanya dari putriku! Kamu sudah membuatnya hamil, Daniel! HAMIL! Lalu membuat dia koma bertahun-tahun dan sekarang kamu hidup bahagia dengan wanita lain."
Dada Daniel naik-turun, tapi ia tetap diam.
Brenda tertawa miris melihat reaksinya. "Oh, sekarang kamu pura-pura nggak tahu, ya? Jangan bertingkah bodoh, Daniel. Kamu pikir aku tidak tahu betapa bejatnya kamu dulu? Walaupun hubungan kalian dulu hanya sebatas pertemanan tapi kamu begitu brengsek Daniel."
Daniel menelan ludah, rahangnya mengeras.
"Kamu bahkan tidur dengannya berkali-kali. Kamu mengambil kepolosannya. Kamu membuatnya jatuh cinta padamu, lalu kamu tinggalkan dia seolah dia tidak ada artinya," Brenda mendesis. "Dan sekarang, Kamu menjalankan hidup bahagia dengan wanita lain? kamu pikir itu adil?"
Daniel mengepalkan tangannya di bawah meja. Napasnya mulai terasa berat.
"Waktu itu aku tidak tahu Bunga hamil," suaranya lebih pelan kali ini. "Dia tidak pernah memberitahuku. Aku baru tahu saat kejadian itu, Bunga mengalami keguguran."
Brenda menyipitkan mata. "Tentu saja kamu tidak tahu! Karena kamu terlalu sibuk dengan duniamu."
Daniel tahu dia begitu brengsek dulu.
Brenda mengusap wajahnya dengan kasar, suaranya masih bergetar karena amarah yang tertahan selama bertahun-tahun.
"Kamu tahu siapa orang pertama yang Bunga cari setelah dia sadar? Kamu!!!"
"Dia mencari pria yang sudah menghancurkan hidup nya dan sebagai seorang ibu aku harus mengatakan hal yang menyakitkan untuk nya saat setelah sekian lama dia mengalami koma. Aku harus bilang bahwa kamu sudah menikah dan bahagia sekarang," lanjut Brenda.
Daniel memejamkan mata. Napasnya sedikit tercekat tercekat.
"Di menangis, tangisannya begitu pilu dan kamu tidak tahu itu kan. Sakit. Perasaan nya hancur mendengar kabar itu. Harusnya aku mengatakan hal-hal baik setelah sekian lama akhirnya dia bangun dari koma, tapi terpaksa aku harus mengatakan hal itu agar nanti nya dia tidak kaget lagi."
"Dan dengan lapang dadanya yang membuat ku semakin membencimu Daniel, karena dengan ikhlas dia mau melepaskan mu setelah semua yang kamu lakukan ke Bunga. Dengan besar hati di melepaskan mu untuk wanita itu. Dimana rasa bersalah mu Daniel, dimana? Kamu benar-benar tidak punya hati. Andaikan kamu lebih peka sedikit saja, mungkin hidup putriku tidak akan semenyedihkan ini."
Brenda mengusap air matanya yang mulai jatuh. "Kamu adalah alasan kenapa Bunga kehilangan semuanya. Kamu harus bertanggung jawab, Daniel! Kamu tidak bisa hidup bahagia sementara putriku tersiksa!"
Daniel menggeleng pelan. "Bunga sudah membuat keputusannya. Dia tidak ingin kembali padaku. Dia ingin melanjutkan hidupnya sendiri dan aku menghormati keputusan Bunga."
Brenda menatapnya tajam. "Bunga bicara seperti itu karena dia terluka! Dia menahan semuanya sendiri! Dia masih mencintaimu, Daniel! Kamu pikir dia bisa benar-benar melupakanmu setelah semua ini?"
Daniel mengusap wajahnya, perasaan bersalah menyelimuti dirinya. Semua kata-kata Brenda menusuknya lebih dalam daripada yang bisa ia akui.
"Ceira tidak boleh tahu tentang ini," gumamnya lirih.
Brenda tertawa mengejek. "Tentu saja! Karena jika istrimu tahu, dia pasti akan membencimu! Dia akan melihat siapa kamu yang sebenarnya—seorang pria bejat yang meninggalkan wanita yang sudah ia hancurkan!"
Daniel menatap Brenda dengan mata yang tajam dan penuh ketegangan. "Lalu apa yang Ibu inginkan dariku?"
Brenda menyeringai. "Aku ingin kamu bertanggung jawab. Kamu harus kembali pada Bunga. Kalau kamu benar-benar pria sejati, kamu akan memilih memperbaiki hidup wanita yang sudah kamu rusak, bukan malah membangun kebahagiaan dengan wanita lain!"
Daniel menatap Brenda dalam diam. Jantungnya berdegup kencang.
Dia tahu, ini bukan hanya tentang Bunga. Ini juga tentang dirinya sendiri.
Masa lalu yang telah ia kubur selama ini kini kembali menghantui.
Dan kali ini, tidak ada tempat untuk lari. Apa yang harus dia katakan pada Ceira? Dia tidak mau Ceria membencinya.
BERSAMBUNG.....
maka nya aku baru baca prolog nya
oh ya kak jangan lupa baca novel aju judul nya Istri kecil tuan mafia