MINE
Nafas Ainsley terengah-engah karena berlari kencang. Jarak dari halte bus ke cafe tempatnya bekerja memang biasanya tidak begitu jauh dari tempatnya tinggal. Biasanya ia hanya berjalan kaki. Tapi sekarang ia harus sesegera mungkin tiba di cafe itu.
Ainsley terburu-buru menyeberangi jalan itu. Cafe tempatnya bekerja terletak di seberangnya. Tiba-tiba suara rem yang berdecit kencang membuatnya memejamkan mata kuat-kuat. Ia merasa kaget dan panik. Ia pikir ia akan segera mati karena ditabrak, namun setelah lama memejamkan mata tidak terjadi apapun. Tak ada rasa sakit di badannya, bahkan dia tidak terguling-guling jatuh karena tertabrak atau apapun itu.
Perlahan-lahan Ainsley membuka matanya. Ia menatap kedepan dan melihat sebuah mobil hitam yang tampak mewah itu dekat sekali dengan tubuhnya. Hanya berjarak beberapa senti dari tubuhnya.
Pintu mobil terbuka, menampilkan seorang lelaki tampan bertubuh tinggi dengan rahang tegas dan wajah mengintimidasi itu turun dari balik kemudi. Lelaki itu tampak sangat marah.
"Dimana otakmu? Kau tidak peduli pada keselamatanmu dengan berjalan terburu-buru seperti itu?" sentak lelaki itu dengan nada tinggi. Pipi Ainsley memerah, ia merasa malu sekaligus gugup dimarahi didepan umum begitu. Cukup banyak orang yang melihat mereka saat melewati jalan itu.
"M..maaf." gumam Ainsley lemah, suaranya sedikit gemetar karena tak tahan dengan tatapan tajam lelaki itu.
Mata pria itu menelusuri seluruh tubuh mungil Ainsley, mencari-cari kalau ada ada yang terluka. Setelah itu ia mendengus kesal.
"Lain kali hati-hati!" ucapnya sinis lalu membalikan tubuhnya dan masuk kembali ke mobilnya, meninggalkan Ainsley yang mundur kembali ke trotoar sambil menatap mobil hitam itu melaju meninggalkannya hingga benar-benar menghilang dari hadapannya. Ainsley tersenyum sinis. Pria sombong, batinnya.
Gadis itu menyeberang lagi. Kali ini ia memutuskan untuk sangat berhati-hati supaya kejadian mengerikan dan memalukan tadi tidak terulang lagi. Lagipula dia sudah benar-benar terlambat sekarang.
Seperti yang Ainsley pikirkan, gadis itu dimarahi habis-habisan oleh sang manajer cafe dan memberinya hukuman mencuci piring sendirian, tanpa bantuan dari siapapun.
Mata Ainsley melebar ketika melihat seorang pria yang dikenalnya. Bukan, bukan kenal. Orang itu adalah orang asing tapi ia jelas ingat wajahnya. Lelaki yang hampir menabrak dan memarahinya tadi.
Gadis itu mundur ke dalam lagi dan mengintip dari balik tirai yang membatasi area dapur dengan bagian luar cafe. Lelaki itu tampak sangat misterius dan tak ada senyum sama sekali diwajahnya. Ainsley mendengus pelan, memangnya tersenyum itu mahal?"
"Mengintip apa?" tiba-tiba suara Sandra teman kerjanya terdengar dari belakangnya. Sandra ikut melirik dari balik tirai dan membuat Ainsley kaget setengah mati. Dia hampir memekik dan melompat lalu menatap Sandra jengkel.
"Bisa tidak jangan muncul tiba-tiba begitu?" gumam Ainsley setengah marah. Sebenarnya Sandra tidak bisa dibilang dekat dengannya. Hanya saja wanita itu yang paling sering mengajaknya ngobrol dibanding yang lain yang selalu melihatnya sebagai perempuan aneh. Memangnya apa yang aneh dari dirinya? Sampai sekarang dia masih tidak mengerti kenapa karyawan-karyawan cafe itu banyak yang tidak suka padanya.
Sandra terkekeh lalu menatap ke arah lelaki yang dilihat Ainsley tadi. Sandra ikut terpesona. Ia kenal lelaki itu. Lelaki yang selalu diberitakan oleh media-media terkenal. Lelaki itu memiliki wajah yang sangat tampan dan sorot mata tajam yang bisa mengintimidasi banyak orang namun membuat banyak wanita tergila-gila padanya. Tubuh jangkungnya, rahang tegas, kulit putih tanpa noda dan penampilan mahal membuatnya terlihat lebih menarik lagi. Ia pria yang sangat menawan di mata Sandra dan tentunya di mata perempuan-perempuan lain juga. Sandra menoleh ke Ainsley.
"Kenapa kau melirik pria itu sembunyi-sembunyi begitu? kau kenal?" tanya Sandra walaupun ia tidak percaya. Ainsley hanya seorang pelayan cafe, mana mungkin bisa kenal pria terhormat itu. Paling-paling gadis itu sama dengannya, terpesona dengan penampilan dan wajah tampannya.
Ainsley menggeleng kuat-kuat.
"Kalian berdua, kenapa hanya berdiri disitu! Bersihkan meja-meja kotor didepan sana cepat! suara pak Dino sang manajer cafe yang galak itu mengagetkan Ainsley dan Sandra. Mereka bergegas menuju area depan dan melaksanakan tugas. Padahal sudah tengah malam tapi Ainsley harus bertahan untuk tidak pulang. Ia memang mengambil shift malam karena paginya masih harus ke kampus mengikuti pelajaran di kelas sebagai mahasiswi.
Dengan ragu, Ainsley membersihkan meja kotor yang terletak di sudut, dekat dengan lelaki yang menabraknya tadi. Lelaki itu mengalihkan tatapannya dari tablet dan menatap Ainsley.
Namanya Austin. Austin tentu masih ingat jelas wajah gadis itu, gadis yang tadi hampir ia tabrak karena kelalaian gadis itu sendiri.
"Kenapa gadis kecil sepertimu bekerja sampai tengah malam begini?" gumam Austin dengan suara datar, menatap Ainsley dengan saksama dari ujung kaki ke ujung rambutnya. Mereka berada cukup dekat karena meja yang dibersihkan oleh Ainsley ada di dekat meja tempat Austin duduk.
Ainsley merasa tidak nyaman dengan tatapan pria itu yang seolah menelanjanginya. Ia tidak menduga pria itu akan bicara padanya.
"I..ini memang jam kerjaku." jawabnya lalu cepat-cepat memalingkan wajah dari lelaki itu. Ia bisa merasakan lelaki itu terus menatapnya intens. Astaga, apakah lelaki ini adalah jenis lelaki mesum yang akan mengamati semua wanita dengan cara yang membuat canggung begitu? Ainsley cepat-cepat menyelesaikan tugasnya dan buru-buru masuk, meninggalkan Austin yang kini tersenyum menyeringai.
"Apa yang kau bicarakan dengan pria itu?" Sandra menatap Ainsley dengan tatapan menyelidik. Mereka berdua sudah kembali ke dapur. Sandra merasa heran karena tadi ia melihat pria itu bicara duluan pada Ainsley. Seorang Austin yang sangat terkenal, bicara pada pelayan cafe? Mungkin kalau bertanya tentang menu atau hal yang berhubungan dengan cafe itu hal yang wajar, tapi Sandra merasa dari gerakan kedua orang itu, mereka sedang membicarakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan cafe. Ia bahkan melihat Austin tidak berhenti menatap Ainsley dengan tatapan tertarik, dan entah kenapa ia merasa tidak suka. Sandra memang berteman dengan Ainsley, tapi ia hanya menganggapnya sebagai teman biasa dan akan merasa tersaingi kalau gadis itu berada lebih di atasnya.
"Tidak ada yang penting." jawab Ainsley sibuk mengatur piring-piring yang sudah bersih ke rak piring.
"Tapi aku lihat kalian ngobrol cukup lama." tambah Sandra lagi ingin mengorek lebih dalam. Ainsley meliriknya sebentar. Cukup lama? Jelas sekali pria itu hanya bicara satu kalimat pendek dan dia menjawab dengan satu kalimat yang pendek juga, dimana gadis itu menghitung waktu lamanya mereka bicara? Yang lama adalah tatapan pria itu yang membuatnya risih.
"San, ada pelanggan yang baru masuk tuh." ujar Ainsley menunjuk keluar ke beberapa pelanggan yang masuk. Sandra buru-buru keluar melayani mereka.
"Hufft." Ainsley bernafas lega. Untung ada pelanggan baru, ia jadi bisa menghindari pertanyaan Sandra yang pastinya tidak akan ada habisnya itu. Menurutnya Sandra adalah majalah gosip berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
strawberry 🍓
majalah gosip berjalan cenaaaah wkwkwk
2024-11-16
1
Edah J
Mampir lagi kak author Mae_jer😊baru empat Novel karya anda saya baca
semuanya bagus"dan menarik 👍👍👍
2024-09-16
0
Fatchi
bukannya sombong tapi kmunya bikin celaka orang lain nnati siapa yg disalahin kalo nabrak kamu ,, wajar lah marah sama kmu
2024-08-12
0