menceritakan seorang gadis yang memiliki sifat ceria dan keluarga yang bahagia. seketika hilang dan sirna begitu saja setelah kepergian dari mamahnya. kasus misterius yang membuat mamahnya harus merengut nyawa secara tidak wajar. dan bernekad ingin mencari siapa dalang pembunuhan mamahnya yang misterius
"Mah". Panggilnya dengan suara bergetar
"Mamah,.... Mah bangun mah". Tangis Aerin mulai pecah dia langsung mengambil alih kepala mamahnya dan ditaruh diatas pangkuan nya
Baju seragam putih nya pun mulai berubah menjadi merah karna darah.
"Mah bangun... MAMAHH!!". Teriak histeris Aerin
Tubuhnya begitu gemetar saat melihat dengan dekat darah segar yang terus mengalir dari tangan dan dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bungapoppy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
...(Percayalah setiap orang itu pasti akan berubah, hanya karna satu kesalahan kita.)...
...**Selamat datang dicerita ku, mohon dukungan kalian. jangan lupa like,komen dan vote nya yah teman-teman. Selamat membaca**😚...
Satu minggu berlalu. Aerin juga yang sudah satu minggu ini libur sekolah karna sakit setelah kepergian mamahnya.
"Aerin!" Panggil Melda membuat Aerin menoleh kebelakang.
Aerin yang tak menjawab dan terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan Melda
Melda mengsejajarkan langkahnya dengan Aerin.
"Rin gua turut berduka cita yah, atas kepergian mama lu, dan seminggu ini lu sakit kan". Ucap Melda
Aerin terus berjalan tanpa menjawab Melda, bahkan Aerin pun enggan untuk menatapnya.
"Aerin, gua lagi ngomong sama elu!". Melda yang emosi karna ucapannya dikacangi oleh Aerin
Aerin menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik badan dan menatap tajam melda
"Kenapa lu tanya?" Tanya Aerin dingin
"Maksud nya?" Tanya balik Melda yang tak mengerti
Aerin tersenyum kecut. "Bukannya lu sendiri yang mau bilang kita gakusah deket lagi. Dan bukannya lu sendiri yang bilang malu kalo deket sama gua! Kenapa sekarang lu yang marah karna gua ngehindar, itukan kemauan lu". Ucap Aerin datar
Skakmat! Melda terbungkam akan ucapan Aerin. Dia terdiam tanpa mengeluarkan satukata pun sambil terus memandangi punggung Aerin yang meninggalkan nya begitu saja.
•
•
•
Dijam istirahat Melda memandangi Aerin dari kejauhan. Dia sedikit mengintip Aerin yang termenung duduk dikelas sendiri sambil memainkan ponselnya.
Melda benar-benar dibuat syok akan perubahan Aerin yang secepat itu. Aerin yang dikenal itu orang yang cerewet, terus tersenyum pada orang, banyak omong,suka melawak dia bagai kan matahari yang membawa keceriaan pada orang lain, tapi sekarang Melda melihat nya bagai mega yang mendung. Aerin yang pendiam, tidak banyak bicara bahkan selalu menatap tajam setiap orang. Aerin yang memang memiliki mata seperti elang jadi terlihat jelas tatapan tajam itu.
"Kenapa gua sedih ngeliat Aerin". Gumam Melda
"Udah banyak kenangan yang gua buat sama dia, dan dia juga udah sangat ngebantu gua, dan juga selalu ngehibur gua saat gua lagi sedih".
"Apa ucapan gua salah banget yah waktu itu?"
****
"Selamat pak Tama, kali ini proyek anda berhasil". Ucap lelaki paru baya berseragam rapih
"Terimakasih pak burhan, ini juga kan berkat bantuan bapa". Ucap pak Tama menerima jabat tangan dari pak Burhan
"Bagaimana jika malam ini kita rayakan atas keberhasil pak tama,karna besok juga saya akan kembali ke jakarta". Usul nya
"Boleh juga pak".
•
•
•
Sore hari nya Aerin pulang sekolah seperti biasa. Walau sekarang semuanya terasa berbeda baginya, tapi bagaimanapun dia harus tetap menjalani kehidupan seperti biasa. Kehidupan tanpa sosok seorang ibu disampingnya.
Kehidupannya sekarang hampa, bagi dia hidup hanya untuk berangkat sekolah, belajar dan pulang, tak ada yang menyenangkan untuknya.
Sekarang pun Aerin benar-benar mengurung diri. Keluar² hanya untuk mandi,makan dan berangkat sekolah selebihnya dia lakukan didalam kamar.
Sepulang sekolah dia menatapi mobil yang ada didepan rumahnya. Tanpa mengambil pusing dia memasuki rumah namun saat dia membuka pintu seorang lelaki paru baya sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Pah, didepan mobil siapa?" Tanya Aerin
Pak tama bangkit dari duduknya dan tersenyum mendekati putrinya.
"Itu mobil papah, proyek yang waktu itu berhasil dengam keuntungan sangat besar Rin, dan papah juga naik pangkat.kamu seneng kan?" Seru pak Tama
Aerin tersenyum tipis "Seneng pah, selamat yah atas kenaikan pangkat papa, yaudah Aerin mau kekamar dulu". Ucapnya
"Aerin sayang!" Panggil pak tama menghentikan langkah nya
Aerin berbalik badan dan menatap sang papah begitu dingin
"Malam ini perusahaan papah akan mengadakan pesta untuk merayakan keberhasilan papah, kamu ikut yah". Ajak Pak Tama
"Gak pah Aerin males, papah aja yah".
"Aerin!" Panggil papahnya lagi hingga menghentikan langkah nya lagi.
"Aerin, papah tau kamu masih sedih atas kepergian mamah, cuman kamu harus bersemangat seperti biasa. Kamu juga harus keluar, biar fikiran kamu tenang dan gak setres. Papah pengen Aerin papah kembali, dimana Aerin yang ceria, Aerin yang suka ketawa, mana Aerin yang papah kenaal". Ucap Tama
Aerin yang memang tak menoleh tapi mendengarkan ucapan papahnya. Pandanganya merunduk menahan tangis.
"Maaf pah, tapi Aerin cape mau istirahat, jadi gak papa yah kalo papah pergi sendiri atau papah ajak mba Lusi aja". Ucap Aerin tanpa menoleh. Setelah berucap Aerin langsung pergi kekamarnya dengan mata yang sudah mengembang airmata.
Dari kejauhan seorang wanita menyaksikan interaksi mereka, lalu dia menghampiri kakaknya.
"Sabar yah mas, mungkin Aerin masih butuh waktu. Oh yah selamat ya mas atas kenaikan
pangkat kamu". Ucap Lusi
Pak Tama menghela nafasnya berat, lalu menoleh pada adiknya yang berdiri disampingnya.
"Makasih Lusi, kamu bisa kan ikut mas malem ini". Ajak Pak tama pada Lusi yang hanya mengangguk.
Jam sudah menunjukan pukul 19.00 malam. Pak Tama yang sedang siap² untuk datang ke acaranya, begitupun dengan Lusi. Lusi sebagai adik tak sanggup melihat nasib kakaknya, apalagi ini adalah acara dia masa tidak ada satu keluarga pun untuk menemaninya.
Sebelum Lusi menghampiri sang kakak, dia terlebih dahulu memeriksa keadaan Aerin.
Tok tok...
"Masuk".
Lusi yang mendapatkan izin langsung membukakan pintu. Aerin menoleh pada siapa yang mengetok, dia melihat bibi nya sudah berdandan cantik yang memakai gaun atas lutut yang sangat menampakkan awet muda.
"Aerin kamu bener gak mau ikut?" Tanya Lusi dengan lembut sambil menduduki dirinya disamping Aerin
Aerin menggeleng pelan. "Gak mba, Aerin juga lagi banyak pr, jadi tolong temenin papah yah mba". Pesen Aerin
Lusi yang tersenyum lalu mengusap lembut kepala Aerin. "Iya, tapi bener kamu gak papa ditinggal sendiri". Tanya Lusi menyakinkan
Aerin mengangguk. "Iya mba". Singkatnya
"Yaudah kalo gitu mba sama papah kamu pergi dulu, dan kalo kamu mau makan itu mba udah siapin diatas meja". Ucapnya lalu pergi meninggalkan Aerin
Aerin menghela nafasnya panjang dengan menatap Lusi yang keluar dari kamarnya.
•
•
•
Beberapa menit perjalanan Tama dan Lusi sampai ditempat acara dilaksanakan. banyak orang dengan berpakaian rapi ditempat acara.
Mereka memasuki gedung lalu disambut oleh pak Burhan.
Pak burhan adalah seorang yang terkenal dikalangan pembisnis. Karna kesuksesannya yang begitu melejit dan cabang dimana mana.
Pak burhan juga yang membantu pak tama dalam keberhasilan proyek nya hingga kenaikan jabatan.
"Selamat malam pak Tama". Sambut burhan dengan senang.
"Selamat malam pak burhan". Seru tama menyambut jabat tangan dari burhan.
"Kenalkan ini istri saya sarah dan ini putra kesayangan saya Gavion". Burhan memperkenalkan orang yang ada disisi sampingnya
"Wahh putra bapa tampan sekali yah". Seru tama sambil melirik lelaki yang ada disisi kiri burhan
Lelaki tinggi lebih dari ayahnya dan wajah tampan berkharisma, kulit putih dan tampak sempurna dalam segi fisik.
"Malam om". Sapanya singkat membuah Tama tersnyum mengangguk.
"Malam bu". Sapa tama pada istri pak burhan
"Malam pak". Jawabnya dengaj tersenyum
"Siapa yang ada disamping pak tama?" Tanya Burhan yang melirik pada Lusi
"Ahh ini kenalkan adik saya, dan maaf putri saya tidak bisa ikut karna dia sedang sakit". Ucap Tama
"Maaf pak kalo istri bapa kemana yah?" Tanya sarah
Garis wajah tama dan Lusi seketika berubah, mereja saling pandang sebentar
"Sayang kan aku udah ngasih tau kamu". Bisik burhan pada istrinya
Wajah sang istri seketika berubah. "Ah iya maaf saya lupa". Ucap sarah merasa bersalah
"Tidak papa bu,saya maklum". Ujar pak Tama
"Yasudah kalo gitu langsung kita mulai saja acaranya,karna sudah malam juga". Kata Burhan mencairkan suasana.
Berjalan acara seorang lelaki pria tampan berjas rapi memilih untuk menjauh dalam gedung. Dia berjalan ketaman belakang sambil memainkan ponselnya.
"Halo bro". Sapa dirinya pada sebrang telpon
"📞Halo Gav,kapan lu balik kesekolah lagi, jangan bilang lu betah dibandung yah,hahaha". Serunya dari ujung telpon
"Gila, yagaklah kalo gua pindah nanti para fans gua sedih lagi, hahah". Jawbanya dengan tertawa senang
"📞Itu aja yang lu fikirin". Ujarnya
"GAVION!" Teriak seorang wanita dari kejauhan
Lelaki itu menoleh pada sumber suara.
"Vin bentar yah mami gua manggil". Dia langsung mematikan telponnya lalu menghapiri wanita yang memanggilnya
Dia Gavion Abraha usian18 tahun kelas 12 SMA anak tunggal dari sepasang suami istri yang terkenal sukses. Ayah nya Burhan Abraha seorang pengusahaan terkenal dan banyak membawa pengaruh penting setiap perusahaan, serta ibunya Sarah Abraha, dulunya seorang wanita karir yang kini sudah pensiun.
Gavion yang memiliki sifat tengil dan nakal, disekolah dia terkenal akan ketampananannya dan banyak siswi terpesona dengan nya. Dia juga memiliki buntutan 4 temannya disekolah.
Wanita paru baya namun terlihat awet muda, berpakaian gaun panjang yang elegan menampilkan seorang wanita yang berkarir.
"Apa mam?" Tanya dia
"Kamu tuh lagi acara begini ngilang mulu, tuh dicariin sama deddy kamu". Ucap wanita itu
Dengan sedikit malas Gavio mengikuti mami nya dari belakang.
****
Dikediaman rumah yang tampak sunyi, hanya terlihat seorang gadis yang tengah makan sendiri dimeja makan sambil berusaha menahan tangisnya.
Aerin terus memasuki sendok per sendok makanan kedalam mulutnya dengan airmata yang terus saja keluar. Dadanya begitu sesak bahkan untuk mengunyah pun dia hampir tak sanggup. Percayalah makan sambil menahan airmata itu adalah hal paling menyakitkan.
Aerin yang benar-benar sudah tak sanggup untuk menelan makananya lagi dia tertunduk menyembunyikn wajahnya menggunakan lipatan tangan sebagai tumpuan. Aerin menangis didalamnya sejadi jadinya. Rasa yang begitu sesak hingga dia tersedu-sedu.
Bayangan dimana seorang yang dia anggap pahlawan kini telah pergi untuk selama lamanya dengam keadaan yang tidak begitu manusiawi.
Begitu banyak kenangan yang dia miliki bersama mamah nya hingga tak satupun yang dilupakan momen momen bersama wanita yang sudah melahirkannya itu
"Mamah..." Isak tangis di dalam sembunyian wajahnya di bawah tangan
Jam menunjukan pukul 23.00 malam, Tama dan Lusi yang baru pulang melihat rumah yang begitu sepi.
"Apa Aerin udah tidur yah?" Tanya Tama pada Lusi
"Mungkin mas". Mereka berdua masuk kedalam rumah
Tama yang terlebih dahulu memeriksa kamar putri nya. Dia mengintip sedikit kedalam kamar yang lampunya sudah dimatikan itu berarti pemilik kamar sudah tertidur.
****
...Thanks untuk para pembaca aku, see you next bab selanjutkan yah. Jangan lupa vote,like, dan komen yah, biar makin semangat Hehe😁...