NovelToon NovelToon
Selingkuhan Om Tiri

Selingkuhan Om Tiri

Status: tamat
Genre:Romantis / Petualangan / Tamat / Romansa-Tata susila
Popularitas:15.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

Davina memergoki pacarnya bercinta dengan sahabatnya. Untuk membalas dendam, Davina sengaja berpakaian seksi dan pergi ke bar. Di sana dia bertemu dengan seorang Om tampan dan memintanya berpura-pura menjadi pacar barunya.

Awalnya Davina mengira tidak akan bertemu lagi dengan Om tersebut, tidak sangka dia malah menjadi pamannya!

Saat Davina menyadari hal ini, keduanya ternyata sudah saling jatuh cinta.Namun, Dave tidak pernah mau mengakui Davina sebagai pacarnya.

Hingga suatu hari Davina melihat seorang wanita cantik turun dari mobil Dave, dan fakta mengejutkan terkuak ternyata Dave sudah memiliki tunangan!

Jadi, selama ini Dave sengaja membohongi Davina atau ada hal lain yang disembunyikannya?

Davina dan Dave akhirnya membangun rumah tangga, tetapi beberapa hari setelah menikah, ayahnya menyuruh Davina untuk bercerai. Dia lebih memilih putrinya menjadi janda dari pada harus menjadi istri Dave?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Davina keluar dari kamar setelah membersihkan diri. Dia terlambat bangun, sedangkan Dave sudah tidak ada di kamar.

Wangi masakan membuat Davina beranjak ke dapur. Gadis itu tersenyum simpul melihat Dave tengah memasak.

Davina tak menyangka pria tampan itu bisa terjun ke dapur. Menciptakan aroma masakan yang tercium wangi.

"Lagi masak apa Om.?" Tanya Davina. Suara khasnya yang cerewet itu, memecah keheningan di dapur.

Dave menoleh, menatap datar tanpa menjawab pertanyaan Davina. Dia kembali melanjutkan memasak nasi goreng sea food yang hampir matang.

"Baunya wangi banget Om." Gumam Davina. Dia langsung berdiri di samping Dave. Tak peduli meski Dave tak menghiraukan ucapannya.

"Aku pikir Om Dave nggak bisa masak." Ucapnya lagi. Gadis itu terus mengoceh, mengeluarkan apa yang terlintas dalam pikirannya.

Dia dengan seksama memperhatikan gerak gerik Dave saat memasak. Sangat lihai, bahkan Davina mengaku kalah dari Dave dalam hal memasak yang notabene tugas perempuan.

"Pantas saja disini nggak ada asisten rumah tangga." Ujar Davina lagi.

Dave cuek saja, ocehan Davina bagaikan angin lalu. Dia mematikan kompor, lalu mengambil 2 piring kosong dan mengisinya dengan nasi goreng buatannya.

"Cepat makan.! Kita harus ke bandara untuk mengantar Papa kamu." Seru Dave. Dia membawa dua piring itu ke meja makan. Davina bergegas mengikuti langkah Dave, senyumnya tak pudar sejak tadi walaupun Dave sangat dingin dan cuek padanya.

"Jadi Om Dave juga mau mengantar Papa dan Mama Sandra.?"

Davina bertanya sembari duduk di samping Dave. Dia langsung menarik nasi goreng itu agar lebih dekat. Sejak tadi terlihat tak sabar untuk mencicipinya. Dia penasaran seperti apa rasa nasi goreng buatan pria tampan dengan tubuh yang berotot itu.

"Eumm,, enak banget Om,,," Ucap Davina setelah menyuapkan nasi goreng kedalam mulut.

"Sejak kapan Om Dave bisa memasak.?"

Davina langsung diam saat melihat Dave menatapnya tajam.

"Jangan banyak bicara.! Habiskan saja makananmu.!" Tegurnya. Dave sangat serius menyantap makanannya, sedikitpun tak membiarkan Davina bersuara.

...****...

Davina dan Dave sedang dalam perjalanan menuju rumah Sandra. Keduanya mengendari mobil mereka masing-masing agar tak ada yang curiga kalau mereka baru saja bermalam bersama.

Davina sampai lebih dulu, dia sempat bingung karna tidak melihat mobil Dave ada disana. Padahal mereka berangkat bersama, harusnya Dave sampai lebih dulu karna Davina sempat melihat mobil Dave menyalip mobilnya.

"Ngapain masih berdiri disitu.? Ayo masuk,,,!!"

Suara teriakan dari atas membuat Davina mendongak. Dia melihat Farrel tengah berdiri di balkon dan menatap ke arahnya sembari tersenyum.

"Iya, ini juga mau masuk kok."

Davina lalu beranjak dari sana dan masuk ke dalam rumah.

Rupanya koper-koper besar milik Edwin dan Sandra sudah dikeluarkan dari kamar. Terlihat 3 koper berjejer rapi di samping garasi.

"Pagi Mah, Pah,,," Davina menghampiri Mereka yang tengah duduk di ruang keluarga. Dia memeluk mereka bergantian.

"Semalam Papa telfon kamu, kenapa nggak di angkat.?"

"Orang rumah bilang sama Papa kalau kamu nggak pulang. Jadi semalam kamu tidur dimana.?" Edwin menatap tajam putrinya dengan tatapan mengintimidasi. Belakangan ini dia merasa putrinya mulai berubah.

Putrinya itu tak begitu menunjukkan sifat manja di depannya, dia juga tak lagi bercerita padanya.

Davina terkesan tertutup. Sangat berbanding terbalik dengan sifatnya dulu.

"Aku menginap di rumah Raline Pah. Mama dan Papanya sedang di Singapura, dia minta aku buat nemenin dia di rumahnya." tuturnya bohong.

Davina sudah lihai berbohong. Hal yang tak pernah dia lakukan sebelumya.

"Papa dan Mama sudah siap.?" Davina mengalihkan pembicaraan.

"Sekarang masih jam 9," Katanya setelah melihat arloji di pergelangan tangan.

"Lebih baik berangkat awal sayang, biar nggak ketinggalan pesawat." Sahut Mama Sandra.

"Kemana aja kamu semalam.? Aku pikir bakal balik ke rumah," Tiba-tiba Farrel datang menghampiri Davina dan duduk di sebelahnya.

"Nanti kita lanjutin lagi main gamenya,," Pintanya.

Farrel jadi senang bermain game dengan Davina. Apalagi Davina selalu menempel padanya, tak canggung untuk memukul atau mencubit setiap kali di jahilin.

"Males ah, Kak Farrel curang,!" Tolak Davina.

"Curang dari mana.? Kamu aja yang meleng, nggak lihat layar." Farrel menyalahkan Davina untuk menutupi kejahilannya.

"Iya tapi kan itu gara-gara Kakak yang iseng,,!" Davina melotot geram.

"Ya ampun,, kalian ini baru jadi kakak adik 2 hari sudah ribut-ribut begini,,," Mama Sandra menggeleng heran.

"Kamu tuh jangan suka iseng sama Davina, nanti dia malas dekat-dekat sama kamu,,"

Sandra menegur putranya, membuat Farrel kembali merasa diasingkan sebagai anak kandung karna sang Mama cenderung peduli pada Davina.

"Iya,, iya,,, nggak lagi-lagi deh jahilin anak kesayangan Mama." Seru Farrel dengan nada menyindir.

"Mau jalan jam berapa Mas, Kak.?" Dave menyelonong masuk ke ruang keluarga.

Kedatangannya membuat Edwin dan Sandra beranjak dari sofa.

"Sekarang saja Dave," Sahut Edwin sembari menatap arloji di tangannya.

"Lebih baik menunggu di bandara." Terangnya lagi.

Dave mengangguk paham, mereka kemudian meninggalkan kediaman Sandra.

Sepanjang perjalanan di isi dengan celotehan Davina, sesekali keisengan Farrel membuat suasana gaduh di dalam mobil.

Dave yang mendengar dan melihat interaksi keduanya dari kaca spion, hanya memberikan tatapan datar yang menusuk.

Begitu sampai di bandara, Edwin dan Sandra menitipkan kedua anaknya pada Dave. Sebagai Om dan satu-satunya keluarga terdekat, Edwin dan Sandra hanya bisa mempercayakan anak-anaknya pada Dave.

Selama 2 minggu ke depan, dia akan menggantikan posisi Edwin dan Sandra.

Davina terus melambaikan tangan pada Papa dan Mama barunya. Dia masih meneteskan air mata, padahal tadi sudah cukup lama menangis dalam pelukan Edwin. Ini pertama kalinya Davina akan di tinggal lama oleh Papanya. Biasanya tak pernah meninggalkannya lebih dari 1 minggu.

"Dasar cengeng,, ayo pulang." Farrel merangkul pundak Davina dan mengajaknya kembali ke mobil.

"Nanti juga pulang lagi, nggak usah di tangisin." Ujarnya. Davina diam saja, tak menghiraukan ucapan Farrel.

"Hey,, Om.!! buru-buru amat jalannya.!" Teriak Farrel. Dave hanya menoleh, lalu kembali melangkahkan kakinya meninggalkan dua ponakannya itu dengan ekspresi sinis.

"Gini nih, kebanyakan makan cinta jadi ngeselin sekarang.!" Farrel menggerutu. Menatap Dave yang berjalan cepat meninggalkan dia dan Davina.

Sampainya di tempat parkir, Dave terlihat duduk santai di kursi kemudi. Hal itu membuat Farrel geram.

"Om, lu tuh,,,

"Cepat masuk.! Duduk di depan, biar dia duduk sendiri di belakang.!" Potong Dave tegas.

Dia tak membiarkan Farrel duduk berdua dengan Davina di kursi penumpang.

...****...

Kini hanya ada Dave dan Davina di dalam mobil.

Farrel baru saja diturunkan oleh Dave lantaran temannya terus menelpon dan memintanya datang. Hal itu membuat Dave geram sampai akhirnya menurunkan keponakannya itu di tengah jalan.

"Kenapa berhenti lagi Om.?" Tanya Davina. Dave kembali menghentikan mobilnya tak lama setelah menurunkan Farrel. Davina jadi cemas, dia takut di turunkan juga oleh Dave.

"Cepat turun.!" Tegas Dave. Dia hanya menatap dari kaca spion.

Davina seketika panik.

"Kenapa aku harus turun juga Om.? Aku kan diam saja dari tadi,," Davina menatap bingung.

"Saya bukan supir, cepat pindah ke depan.!" Serunya menegaskan.

Dia meminta Davina turun dari mobil agar pindah ke sampingnya. Pria tampan itu enggan terlihat seperti supir karna Davina duduk di kursi penumpang.

Tapi agaknya bukan hal itu saja yang menjadi alasan untuk meminta Davina pindah ke kursi depan.

"Iya Om,," Davina menurut dan segera pindah ke samping Dave.

1
Wulan Chiken
Luar biasa
Visencia Alingga
Lumayan
Ratniatin Ginoga
thor itu cerita si Aditya dan aurelia kapan di upnya
Sopiah Azzahra
Lumayan
Arma Dwi
suka bgt dg karakter dave😍
pejuang rupiah😶‍🌫️
Luar biasa
Sri Noviawati
Biasa
Hesti Pramuni
diiih..yg polooss...😣😣
Mei Prw
luar biasa
Thiva ShiRegarr II
Luar biasa
mama fia
quote yg bagus Devina..
mama fia
udah baca berulang ulang..
mama fia
Kecewa
sashi kirana
Luar biasa
Christy Ling
sangat bagus
Diedie
Luar biasa
aryuu
bener gitu orang orang di club malam sebangsat itu??
aryuu
suka sama ceritanya ya cuman agak sedikit kecewa sama karakter utamanya ... polos polos murahan gitu
aryuu
ni cewe polos tapi kok ga kapok ya diselingkuhi
Nieno Pay
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!