Chen Miao Miao, gadis kaya yang hilang sejak kecil, ditemukan kembali oleh keluarganya di usia 17 tahun. Namun, kebahagiaannya hancur karena kelicikan Chen Xiao Wan, anak angkat yang merebut kepercayaan keluarga.
Dalam kecelakaan tragis, orang tua Miao Miao memilih menolong Xiao Wan terlebih dahulu, karena kelicikannya. ketika kedua orang tuanya kembali untuk menolong Miao Maio, mobil tersebut tiba-tiba meledak.
Mama dan Papa nya meninggal karena kesedihan nya, ketiga kakak nya tewas dengan tragis dan Xiao Wan menikmati harta keluarga mereka.
Takdir membawa Miao Maio kesempatan kedua ketika Papa dan Mama nya menjemputnya dari panti asuhan, membawa ingatan masa depan kematian keluarga nya.
Tanpa sepengetahuan Miao Miao, keluarga dan jodohnya kini dapat mendengar kata hatinya. Dengan kesempatan ini, bisakah ia melindungi keluarganya dan membalas dendam pada Xiao Wan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Miao Miao Benar
Setelah selesai makan, Miao Miao menyodorkan tangannya ke arah Papa Chen dengan ekspresi datar. Sang Papa menatap tangan putrinya dengan bingung, tidak memahami maksudnya.
Dalam hati, Miao Miao berpikir, "Apakah kalian tidak akan memberiku uang lagi seperti dulu karena ucapan anak angkatmu?"
Ia memutar kepalanya malas, kemudian berkata singkat, "Uang jajan, Papa."
Papa Chen terkejut, begitu pula Mama Chen dan ketiga kakak laki-lakinya. Mereka saling bertukar pandang, bingung dengan apa yang baru saja diucapkan Miao Miao dalam hati. "Dulu? pikir mereka serempak. Bukankah dia baru datang kemarin? Apa maksudnya? Apakah dia sedang memfitnah kami tidak memberinya uang?"
Papa Chen akhirnya mengangguk kecil, meski masih kebingungan. "Ah, iya ya. Sebentar, Papa lupa," katanya sambil mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya. Ia juga menyerahkan sebuah kartu debit kepada Miao Miao. "Ini kartu debitmu. Selama ini Papa selalu menyisihkan uang di rekening ini tiap bulan, sejak kamu hilang hingga sekarang."
Miao Miao menerima uang dan kartu itu dengan sopan. "Terima kasih, Papa," katanya, lalu menunduk sedikit. Namun dalam hati, ia berkata, "Baguslah, setidaknya sekarang aku mendapat uang untuk membeli kebutuhan kamar. Bagaimana bisa anak kandung tidak diberikan fasilitas apa pun di sini, sedangkan anak angkat mereka hidup mewah selama aku tidak ada? Sungguh miris."
Mendengar itu, Papa Chen, Mama Chen, dan ketiga kakak laki-lakinya teringat kondisi kamar Miao Miao yang kosong melompong. Mereka baru sadar bahwa mereka benar-benar tidak menyediakan apa pun untuk putri kandung mereka, bahkan baju ganti pun tidak.
Mama Chen akhirnya berkata dengan nada lembut, "Miao Miao, nanti setelah pulang sekolah, Mama akan mengajakmu ke mal. Kita berbelanja bersama. Kamar kamu memang belum ada barang-barang, ya?"
Miao Miao sedikit terkejut dengan ucapan ini, tetapi ia tetap mengangguk. "Baik, Mama," jawabnya pelan.
Namun, dengan tidak tahu malunya, Xiao Yan menyela, "Ma, apakah aku juga boleh ikut?"
"Tentu saja, sayang. Anak Mama yang satunya juga boleh ikut," jawab Mama Chen lembut, membuat Xiao Yan tersenyum senang.
Papa Chen kemudian menambahkan, "Ngomong-ngomong, Miao Miao, kamu akan berangkat ke sekolah bersama Xiao Yan. Kalian kan satu sekolah, jadi dia bisa membantumu menyesuaikan diri di sana."
Dalam hati, Miao Miao mencibir, "Anak angkatmu kau beri mobil mahal. Anak kandungmu yang kau cari bertahun-tahun tidak kau sediakan apa pun. Bukankah kau itu pelit terhadap anak kandungmu sendiri? Ah, sudahlah. Aku lebih baik naik taksi saja daripada mati konyol dua kali bersama dia."
Papa Chen yang mendengar ucapan itu mendesah panjang. Ia merasa ucapannya tadi benar-benar menyentil dirinya. "Ya Tuhan, aku mencarinya bertahun-tahun, tetapi setelah menemukannya, aku malah tidak memberinya apa pun. Betapa malunya aku."
Seluruh keluarga tampak terdiam dengan wajah penuh rasa bersalah, kecuali Xiao Yan yang tidak bisa mendengar ucapan dalam hati Miao Miao.
Miao Miao lalu berkata dengan nada dingin, "Tidak usah. Aku lebih suka naik taksi. Aku sudah memesan taxi online tadi." Setelah itu, ia beranjak dari kursinya tanpa menunggu jawaban dan berjalan keluar dari mansion.
Sementara itu, keluarganya hanya bisa menatap kepergiannya dengan campuran rasa malu dan kesedihan mendalam. Mereka akhirnya menyadari betapa besar kekurangan mereka terhadap putri kandung mereka sendiri. Namun, hanya Xiao Yan yang tetap tidak peduli dan sibuk memikirkan kesenangannya sendiri.
Setelah Miao Miao keluar dari mansion, suasana ruang makan menjadi canggung. Mama Chen akhirnya menyadarkan semua orang untuk segera berangkat agar tidak terlambat.
Papa Chen bangkit dari kursi dan berkata, "Baiklah, aku ke kantor. Ayo Zhi Hao ." Chen Zhi Hao, bekerja sebagai direktur di perusahaan keluarga, mengangguk patuh dan mengambil tas kerjanya.
Anak kedua, Chen Li Ming, yang seorang aktor terkenal, sudah siap dengan tas kecilnya. "Aku ke agensi sekarang," katanya singkat sebelum meninggalkan ruang makan dengan langkah tergesa.
Anak ketiga, Xiang Yan, yang satu sekolah dengan Miao Miao dan Xiao Yan, menyambar tas punggungnya. "Aku berangkat duluan," katanya, seolah ingin menghindari suasana yang tidak nyaman.
Xiao Yan tersenyum manis, lalu berpamitan kepada kedua orang tua mereka. "Mama, Papa, aku pergi dulu, ya," katanya dengan nada lembut yang sudah biasa ia gunakan untuk memenangkan hati mereka. Ia berjalan keluar dengan penuh percaya diri, menaiki mobil mewahnya yang sudah menunggu di depan mansion.
Kini, hanya Mama Chen yang tersisa di ruang makan yang mulai terasa hening. Ia duduk diam, menatap meja makan yang masih berantakan dengan sisa piring dan gelas sarapan tadi. Dalam hati, ia merenungi setiap ucapan yang muncul dari pikiran Miao Miao sebelumnya.
"Dia bilang kami pelit pada anak kandung kami sendiri... Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Tapi apa yang dia katakan benar. Kami tidak menyediakan apa pun untuknya sejak ia kembali. Bahkan kamar itu kosong, tanpa satu pun barang pribadi. Sementara Xiao Yan? Kami memberinya segalanya…"
Mama Chen memijat pelipisnya, mencoba meredakan kekacauan di pikirannya. "Miao Miao adalah anak kandung kami. Kenapa kami begitu lamban menyadari perlakuan yang tidak adil ini? Apakah aku benar-benar telah melupakan tanggung jawabku sebagai seorang ibu?"
Pikiran itu menghantuinya, membuat matanya sedikit memerah. Namun, ia menahan diri agar tidak menangis. "Tidak, ini tidak boleh dibiarkan. Aku harus memperbaikinya. Aku harus menunjukkan bahwa aku benar-benar mencintai Miao Miao sebagai putri kandungku."
Mama Chen berdiri perlahan, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
📢
Jangan lupa untuk follow author dan tekan tombol like serta tinggalkan komentar agar cerita ini bisa terus berlanjut! Dukungan kalian sangat berarti dan menjadi semangat bagi author untuk terus berkarya. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca cerita ini. Jangan lupa juga cek karya lainnya, ya! Selamat membaca dan menikmati kisah seru ini. 📝