Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Jean
"Gue gak suka sama dia. Lo paham gak si?!" ucap valerie kesal.
"Terus mau lo apa? Pernikahan lo sama pak davin itu udah kejadian. Malam ini, lo udah sah jadi istrinya davindra aditya, pak davin udah resmi jadi suami lo,"
"Kalau dia minta jatah sama lo, itu hal yang menurut gue wajar," kata Jena.
"Jena, kenapa lo lebih belain dia? Temen lo gue atau dia hah,"
"Gue netral, gue belain yang bener," jawab Jena.
"Jadi menurut lo gue gak bener?!" valerie menatap jena kesal.
"Kalau iya kenapa? gak terima lo?!"
"Sialan, ternyata lo sama aja kayak laki laki satu itu,"
"Kayaknya lo cocok deh kalau sama dia. Lo mau gak sama suami gue?" valerie menaikkan alisnya.
"Gue tawarin di depan lo sekarang, lo mau atau gak? "
"Dia CEO kaya raya, baik, sopan. Persis banget sama tipe cowok yang selalu lo ceritain itu ke gue,"
"Meskipun Davin masuk ke tipe gue, gue sampai detik ini belum ada niatan sedikit pun buat ambil cowok orang, apalagi cowok sahabat gue sendiri,"
"Kalau lo mau, ambil aja. Gak usah gengsi ataupun sungkan sama gue,"
"Lagian kan lo tau sendiri. Gue lebih naksir sama adiknya davin," ucap valerie.
"Lo juga tau kan alasan gue nerima perjodohan sama davin karena ada jean. "
"Lo beneran masih ngincer Jean?" tanya jena shock.
Valerie menganggukkan kepalanya.
"Lo beneran gila val,"
"Kalau gue gila, tempat gue bukan disini, " ucap valerie.
"Ya, lo gila. Dikasih cowok modelan Davin malah naksir sama cowok yang gak pasti modelan Jean,"
"Gue gak tau lagi harus ngomong kayak apalagi sama lo,"
"Perasaan kalau dilihat lihat masih gantengan pak davin kemana mana," ucap Jena.
"NAH KAN!!"
"Lo akhirnya ngakuin kalau Davin ganteng. Jadi gimana? " valerie menaikkan alisnya menggoda temannya itu.
"Mau kan gantiin posisi gue? "
"Gue bantuin pdkt deh sama dia,"
"Mau gak?"
"Gue gak segila itu," ucap Jena.
"Kesempatan gak datang dua kali, jena. Lo mau atau gak,"
"Kapan lagi gue nawarin hal positive kayak gini,"
"Gue. Gak. Mau," Jena menekankan setiap ucapannya.
"Yakin? Nolak cowok hot, kaya raya, idaman cewek cewek kayak dia? " valerie memastikan.
Jena menghela napas panjang, merasa lelah. "Udah, balik ke kamar lo sana. Gue pusing dengerin penawaran gak jelas lo itu." jena mendorong Valerie keluar dari kamarnya, menutup pintu dengan keras.
Valerie berjalan dengan sebal, meninggalkan kamar Jena. Di tengah jalan, langkahnya terhenti saat melihat Jean duduk sendirian di lobi hotel. Senyum nakal muncul di wajahnya, dan tanpa ragu, ia menghampiri Jean lalu duduk di sampingnya.
"Jean......."
"Lo ngapain sendirian disini?" tanya valerie tanpa basa basi.
Jean mengalihkan pandangannya, laki laki itu menatap penampilan perempuan yang baru saja mengambil duduk disampingnya dari bawah sampai atas.
"Ngapain mbak disini?"
"Pengen nemenin lo aja,"
"Lo pasti kesepian kan duduk sendirian disini?" tanya valerie.
"Daripada nemenin saya, mending, mbak, nemenin mas Davin," ucap Jean.
"Gue gak mau, dia gak asik,"
"Lo mau tidur sama gue gak? "tawar wanita itu blak blak an.
"Jangan gila mbak,"
"Kalau gue gila, gue gak bakalan jadi kakak ipar lo kan? " jawab Valerie.
"Mending mbak balik aja ke kamar. Mas davin, pasti udah nungguin disana,"
"Dia udah tidur, gak mungkin kalau dia nungguin gue," ucap valerie santai.
valerie merogoh saku celananya, wanita itu mengambil handphone dari dalam sana. "Bagi nomor dong,"
"Lo harus ngasih nomor Lo ke gue, kalau gak mau ngasih, nanti gue aduin ke Davin,"
"Buat apa? " tanya jean dengan raut wajah datar.
"Kalau gue butuh apa apa, gue bakalan hubungin lo," ucap valerie.
"Mas Davin udah nyediain supir khusus buat mbak, kalau mbak butuh apa apa tinggal bilang sama supir,"
"Tapi gue mau-nya minta bantuan sama lo, jean,"
"Gak peka banget si lo jadi cowok,"
"Ayo cepetan bagi nomor, lo,"
"Mas Davin udah nungguin dibelakang, aku pergi dulu," ucap jean lalu beranjak pergi meninggalkan Valerie yang masih duduk disana.
Davin melangkah mendekati wanita itu, tanpa persetujuan Valerie, Davin segera menarik tangan wanita itu untuk membawanya kembali ke kamarnya.
"Davin, lo apa apaansi hah ?!!"
"Lo mau ngapain gue?!"
"Pelecehan tau gak narik narik tangan cewek tanpa persetujuan kayak gini,"
"Lepasin gue atau gue teriak,"
"Gue bakalan teriak biar semua orang ngira kalau lo nyulik gue,"
"Teriak aja," ucap davin santai.
"Hotel ini milik saya kalau kamu lupa," ucap Davin.
"Sialan,"
"Lepasin gue !!"
"Lepasin gue atau gue bakalan pukul wajah lo pakai tangan gue,"
Davin membuka pintu kamar hotel, laki laki itu melangkah masuk kedalam kamar dan mendorong tubuh valerie hingga jatuh tepat diatas ranjang.
"L-lo mau apa?!!" valerie menelan ludahnya ketakutan.
"Gue bilang jangan macam macam sama gue,"
"Jauh jauh dari gue!!"
Davin naik ke atas ranjang. Laki-laki itu merebahkan tubuhnya di samping Valerie, istrinya. Dengan gerakan lembut, Davin mengusap rambut Valerie pelan.
Valerie, yang menyadari gerakan itu, meneguk salivanya ketakutan. Matanya memandang Davin dengan campuran rasa takut dan bingung, seolah mencoba memahami maksud di balik sikap laki-laki itu.
"Lo mau apa?!!"
"Gue bilang jauh jauh dari gue,"
"Gue gak suka,"
"Duduk sama jean gak ada jarak, giliran duduk sama saya minta jaga jarak. Suami kamu itu sebenernya saya atau jean?" davin menaikkan alisnya.
"Harusnya suami gue jean, bukan lo," ucap Valerie.
"Asal lo tau. Gue lebih naksir sama adik lo daripada sama lo," ucap wanita itu terus terang.