Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berubah
Anastasya membalas pelukan Damian, merasakan kerinduan yang masih tersisa. Entah kenapa ia merasa, pelukan itu berbeda tidak lagi menghangatkan dan menenangkan. Ia lebih merasa pelukan Austin lebih menenangkan dari Damian sekarang ini.
Air matanya mulai keluar, hatinya mulai bimbang. Siapa yang sebenarnya ada di dalam hatinya.
Anastasya mengedarkan pandangannya melihat isi kamar, semuanya telah berubah, tidak ada lagi foto-fotonya yang terpajang di dinding, yang ada foto Damian, Kanaya dan Radit.
Anastasya tersenyum miris dalam tangisnya. Ia menangis dalam pelukan suaminya namun ia merasa asing. Pelukan hangat yang dulu menenangkan kini berubah menyakitkan.
"Lepasin aku Mas!" Berontak Anastasya berusaha melepaskan pelukan Damian.
Damian tidak menjawab, ia langsung mencium bibir Anastasya dengan rakus saat itu juga. Ciuman yang selalu membuatnya kecanduan dengan bibir mungil Anastasya. Ciuman itu semakin lama semakin dalam hingga Damian tidak lagi ingin melepaskannya.
Damian benar-benar sangat menginginkan Anastasya saat ini. Ia menarik tubuh Anastasya ke ranjang dan membaringkannya, ia berdiri di atas Anastasya bertumpu dengan kedua lutut, lalu membuka kancing kemejanya yang akan ia pakai ke kantor.
"Mas!" Anastasya ingin menghentikannya namun Damian segera menutup bibirnya dengan ciuman. Damian memulai pemanasan dengan sentuhan-sentuhan di titik tertentu.hingga suara ketukan pintu menggagalkan aksinya.
"Tok.. tok.. tok.."
"Brengsek! siapa yang mengganggu ku." Umpat Damian. Ia berjalan meninggalkan Anastasya yang sedang mengelus dadanya.
Dengan mengenakan baju yang terlepas kancing dan sedikit kusut ia membuka pintu.
Kanaya berdiri di depan pintu bersama Weni. Ia tertegun melihat penampilan Damian yang berantakan. Air matanya mulai keluar tak tertahan.
"Damian! apa yang kamu lakukan?" Bentak Weni.
"Jangan menggangguku Mah, aku ingin bersama Tasya." Sentak Damian.
"Mas, ini kamar aku. Kenapa kamu tega padaku." Sela Kanaya yang sudah bisa menebak apa yang akan di lakukan Damian bersama Anastasya di dalam kamar.
"Mulai sekarang, ini kamar Tasya. Silahkan kamu ambil pakaian dan barang-barang mu di dalam." Kesal Damian karena di ganggu.
"Tidak Mas! ini kamar kita, kenapa bukan dia saja yang pindah." Tolak Kanaya.
"Apa kamu lupa siapa pemilik kamar ini yang sebenarnya?" Bentak Damian.
"Sekarang ambil semua barang-barang kamu, kalo nggak, aku sendiri yang akan melemparnya keluar." Usir Damian.
Kanaya masuk ke dalam, ia mendelik menatap Anastasya dengan sinis yang berbaring dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Begitupun dengan Anastasya yang menatapnya dengan senyuman liciknya.
Hubungannya dengan Damian yang selama ini ia dambakan kini buyar seketika dengan kedatangan Anastasya.
'Gw bersumpah! Lo bakalan menderita Tasya. Gw nggak terima Damian mengusir gw dari kamar ini.' Batin Kanaya mengumpat sambil mengambil pakaian dan barang-barangnya.
Setelah mengambil barang-barangnya ia mendekati Damian, "Aku nggak terima kamu memperlakukan aku seperti ini Mas! Apa kamu lupa, tiap malam kamu melakukan itu denganku selama Tasya pergi? sekarang dia kembali dan kamu mencampakkan aku?" Kesal Kanaya sengaja membesarkan suaranya agar Anastasya mendengarnya.
Anastasya yang pura-pura tertidur mendengar semuanya, hatinya kembali sakit ternyata suaminya telah membagi cintanya.
Kanaya membawa pakaiannya ke kamar tamu dengan kesal. Ia melempar semuanya di atas tempat tidur.
Weni masuk ke kamar mendekati Kanaya yang sedang menangis.
"Mah, Tasya kembali di rumah ini. Kenapa dia masih hidup sih?" Kesal Kanaya.
"Seandainya Mama nggak liat langsung tadi, Mama juga nggak percaya." Ujar Weni.
"Terus, aku harus gimana Ma? aku nggak mau kehilangan Mas Damian." Kesal Kanaya.
"Kamu tenang aja, kita akan membuatnya pergi dari rumah ini." Ujar Weni.
"Kita sudah melakukannya dua kali Ma, tapi kenapa dia masih juga kembali."
"Nanti Mama pikirkan lagi. Sekarang yang harus kita lakukan adalah membuatnya tidak betah tinggal di rumah ini." Ide Weni.
"Mama bener." Kanaya menghapus air matanya.
Kanaya diam sejenak mengingat saat di Restoran kemarin. " Mah! kemarin aku dan Mas Damian ketemu dengan Tuan Austin. Dia bertanya bagaimana jika sebenarnya Tasya masih hidup, tapi kami nggak percaya. Aku jadi curiga, apa mungkin dia sudah tau sebelumnya jika Tasya memang masih hidup?" Kanaya berpikir.
"Bisa jadi. Sebaiknya kamu cari tau siapa orang itu yang sebenarnya." Ide Weni.
"Aku sudah mencari tau Mah, Tapi tidak banyak informasi yang bisa aku dapat. Dia pemilik Royal Grup perusahaan terbesar di kota ini dan memiliki beberapa cabang di kota lain, termasuk Bandung. Bahkan dia juga memiliki perusahaan di berbagai negara. Untuk masalah pribadi dan keluarganya sangat sulit mendapatkan informasi." Jelas Kanaya.
"Dia sangat kaya dong, tapi bagaimana bisa Tasya mengenal orang sehebat itu?" Tanya Weni.
"Iya Mah, aku juga nggak percaya. Dia Pria yang sangat tampan dan berwibawa. Mama tau nggak? jam tangan yang dipakainya aja itu harganya milyaran lho, aku sudah mengeceknya di internet." Ujar Anastasya. Pada saat pulang dari restoran, ia sangat penasaran dengan sosok Austin, ia mencari tau tentang Austin dan barang-barang yang ia kenakan lewat media sosial.
"Kalo kayak gitu kita harus mengawasi gerak gerik Tasya. Kita bisa memanfaatkan Pria itu untuk menjebaknya. Dengan begitu Damian akan meninggalkannya." Ide Weni.
"Maksud Mama?" Tanya Kanaya.
"Duhh..! pake otak kamu Naya, kamu temuin Pria itu dan tawarin dia kerja sama untuk menjebak Tasya. Jika dia suka dengan Tasya, pasti dia akan melakukannya." Ide Weni.
"Gimana kalo seandainya dia nggak mau Mah?" Tanya Kanaya.
"Coba aja dulu, jika gagal, nanti kita cari cara lain." Weni berdiri meninggalkan Kanaya yang sedang melamun.
..............
Di tempat lain Austin bangun dari tidurnya. Ia merenggangkan otot-otot nya karena tubuhnya terasa pegal tidur di sofa. Ia melihat jam di dinding ternyata sudah pukul tujuh.
"Kenapa Syasya tidak membangunkan ku?" Gumamnya.
ia beranjak menuju kamar dan pelan-pelan mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari Anastasya. Ia langsung masuk mencari keberadaan Anastasya namun tidak menemukannya.
"Sya...! Syasya...!" Teriak Austin di depan pintu kamar mandi tapi tidak ada sahutan.
Ia membuka pintu kamar mandi kemudian mencari Anastasya namun tidak juga menemukannya. Ia segera mandi dan memakai pakaiannya kemudian keluar menuju dapur mengharap Anastasya ada di sana.
Ia tersenyum melihat makanan yang sudah tertata di atas meja makan. Tapi ada yang aneh menurutnya, "Kenapa ada kertas di sini." Tanya Austin pada dirinya sendiri.
Ia mengambil lalu membukanya.
Deg!
Jantungnya langsung berdetak lebih cepat, ada perasaan yang aneh sebelum membuka lipatan surat itu. Dengan perlahan Austin membuka dan membacanya.
Hatinya sangat sedih saat membaca isi surat yang ditinggalkan Anastasya. Ingin rasanya ia melarang Anastasya pergi namun semuanya sudah terjadi.
"Aku tau ini akan berakhir Sya, tapi kenapa tidak memberiku kesempatan untuk mengantar mu pergi. Kamu meninggalkan ku dan semua kenangan kita." Lirih Austin.
Austin kembali membaca isi surat Anastasya. Jika suatu saat kita bertemu, anggap saja itu takdir. "Baiklah, aku akan membuat takdir untuk kita. Kamu tidak mengenalku dengan baik Sya." Gumam Austin.
Ia mengambil sendok kemudian menyantap makanan di depannya. Sungguh Anastasya membuatkan semua makanan favoritnya. Namun semuanya terasa hambar.
"Hehehe, kamu membuatkan ku makanan sebanyak ini lalu pergi? apa kamu pikir aku bisa makan setelahnya." Kekeh Austin. Ia segera minum air putih kemudian mengambil kunci mobilnya menuju perusahaan Royal grup.
Austin masuk di perusahaan dengan wajah yang datar dan dingin. Tidak ada satu karyawan pun yang berani mendekat apalagi menyapanya selain menundukkan kepala. Ia langsung masuk ke ruangannya dan membanting pintu.
"Mampus kita Jack!" Ujar Dodi saat mereka di depan pintu.
"Entah ada masalah apa lagi ini? Jika masalah kantor, ia nggak akan membanting pintu." Dodi bergidik.
"Masalah Istri Damian kali." Pikir Jack.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
tendang aja burungnya biar ga BS terbang sekalian . gedeegggggg bgt.
ga mgkn hamil juga lah. kayaknya si Damian mandul. tp ditipu SM Mak Lampir.
gunakan hp, minta tolong Austin kek, atau minta tolong Tirta kek. gedeghhggg