Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Acara pernikahan akhirnya selesai, Nadlyn yang sudah merasa baikan pun kini tengah menemani Robi yang terlihat bersiap untuk pulang.
"Maafkan aku, Pa.." Sesal Nadlyn yang baru pertama kali mengecewakan Robi.
"Papa gagal, Nad. Mamamu pasti marah pada Papa."
"Pahh..."
"Berbahagialah bersama Cean, Nad. Dan jika Cean tidak bisa membahagiakanmu, kembalilah pada Papa, semarah dan sekecewa apapun Papa kepadamu, kamu tetaplah putri yang Papa sayangi."
Nadlyn segera memeluk Robi, "Maafkan Nadlyn Pa... Maafkan jika Nadlyn mengecewakan Papa, Nadlyn menyayangi Papa." Nadlyn menangis di dalam pelukan Robi.
Robi pun ikut menangis, ia membalas pelukan Nadlyn dan mengusap lembut punggung Nadlyn. "Jadilah ibu yang bahagia, agar janinmu juga bahagia di dalam perutmu."
Robi benar benar berat melepas Nadlyn, namun ia mencoba mengikhlaskan Nadlyn dengan jalan yang Nadlyn pilih sendiri.
"Kak Robi." Nanda memanggil Robi yang kini menjadi besannya. "Percayakan Nadlyn pada kami, Kak. Aku menyayangi Nadlyn seperti putriku sendiri."
Robi melerai pelukannya untuk Nadlyn. "Bagaimana aku bisa percaya sementara Cean terlihat acuh pada putriku, Nan. Nadlyn adalah putriku. Hatiku hancur saat Cean menghancurkan masa depan Nadlyn, hatiku sakit melihat Cean seperti terpaksa dalam pernikahan ini padahal ini adalah tanggung jawabnya."
"Kak, Cean hanya butuh waktu." Bela Nanda.
"Kamu slalu membela Cean, Nan." Robi menghela nafas sejenak. "Wajar jika kamu membelanya, Cean adalah putra yang kau banggakan." Robi menjeda kalimatnya, rasa sesak itu masih saja ada. "Nadlyn adalah putriku, akupun akan membelanya." Tekan Robi.
Pras, Ayla dan Regan yang melihat Nanda dan Robi tengah bersitegang pun akhirnya menghampirinya.
"Ada apa ini?" Pras bertanya pada Robi dan Nanda namun baik Robi maupun Nanda hanya diam.
"Pah.. Sudah.." Pinta Nadlyn.
"Papa pulang dulu, Nad. Ingat jika Cean tidak membuatmu bahagia, pulanglah kerumah Papa, Papa akan menerimamu kembali." Robi mencium kening Nadlyn.
"Kak Robi..." Nanda memanggil lirih.
"Bilang pada putramu, jangan sampai satu tetes airmata jatuh dari mata Nadlyn, karena setiap tetes air mata Nadlyn yang keluar maka akan ku balas dengan satu tetes darah." Robi melangkahkan kakinya menuju mobil, tak sekalipun ia menoleh ke arah Nadlyn meskipun Robi samgat ingin melakukannya.
"Berbahagialah, Nad. Doa Papa slalu bersamamu." Batin Robi.
Pras menghela nafas, ia sungguh malu akan kelakuan putra semata wayangnya itu. Cean tidak bersikap gentle dan malah semakin membuat Robi marah padanya.
"Nadlyn, istirahatlah dikamar Cean, sekarang kamar itu kamarmu juga." Ucap Nanda dengan lemah.
Nadlyn hanya menunduk, ia sendiri menjadi bingung dengan apa yang harus di lakukannya.
"Mommy akan mengantarmu." Kata Nanda.
"Bolehkah jika aku di kamar tamu saja, Aunty?" Kata Nadlyn tiba tiba.
"Kamu sudah menikah dengan Cean, tempatmu di kamar Cean, dan berhenti memanggil Aunty, panggilah Mommy."
"Benar itu Nad." Sahut Ayla. "Biar Aunty yang mengantarmu." Kata Ayla dengan lembut.
"Nan, istirahatlah, kamu juga pasti lelah." Ucap Ayla pada Nanda.
"Aku juga akan mengantar Nadlyn ke kamarnya." Kata Nanda keras kepala.
"Nan, istirahatlah. Wajahmu terlihat pucat." Sahut Regan.
"Mommy istirahatlah." Kali ini Nadlyn yang berkata agar mertuanya itu mau menurut.
Nanda pun akhirnya menurut.
Ayla mengantar Nadlyn untuk beristirahat di kamar Cean. Sebagai kerabat Cean yang paling dekat, Ayla juga merasakan kekecewaan yang mendalam pada Cean.
"Nad, istirahatlah. Usia kandunganmu masih sangat rentan." Ucap Ayla yang menyayangi Nadlyn juga.
"Terimakasih Aunty."
Ayla tersenyum sambil mengusap lengan Nadlyn.
"Besok datanglah ke rumah sakit bersama Aunty, Uncle Regan akan memeriksa kandunganmu." Sahut Regan dan Nadlyn tersenyum.
Nadlyn membersihkan dirinya di dalam kamar mandi yang terdapat di kamar Cean, Nadlyn cukup menguasai isi kamar Cean karena sedari kecil Nadlyn banyak menghabiskan waktunya di kamar Cean.
Nadlyn terkejut saat dirinya keluar dari walk in closet dan melihat Cean berada di dalam kamarnya juga. Namun Nadlyn bersikap seolah kuat dan tegar sehingga berusaha untuk menetralisir perasaannya.
"Aku ingin bicara." Kata Cean tiba tiba.
"Bicaralah." Jawab Nadlyn yang berjalan melewati Cean.
Cean menghela nafas sejenak. "Kamu ingin kita tinggal dimana?" Tanya Cean tanpa melihat ke arah Nadlyn.
"Terserah.. Aku tidak memusingkan untuk urusan tempat tinggal."
"Mommy dan Daddy meminta kita untuk tetap tinggal disini." Ucap Cean kembali.
"Hem, terserah saja, aku akan ikut apapun keputusanmu."
"Itu artinya, kita tidak akan bebas." Kata Cean dengan ragu ragu.
Nadlyn menatap wajah Cean, "Bebas dalam artian apa?"
"Jika kita tinggal disini, mungkin kita harus satu kamar, dan kamu pasti tidak nyaman." Cean berbicara dengan hati hati.
"Aku atau kamu yang tidak nyaman?" Tanya Nadlyn.
"Nad kita butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Jujur, kalau aku belum siap untuk semua ini. Aku belum siap jika di usiaku yang nanti bahkan belum dua puluh tahun harus menjadi seorang Daddy."
"Kamu pikir aku siap?" Nadlyn membalikan perkataan Cean. "Dengar ya, Ce. Aku tidak pernah menyangka kita seperti ini."
Ada rasa sesak di hati Nadlyn saat mengatakan sedikit isi hatinya.
"Maafkan aku, Nad."
"Aku sudah memaafkanmu. Kamu benar, semua karena aku yang tidak bisa menahanmu. Jadi kesalahan ini bukan sepenuhnya salahmu." Balas Nadlyn.
Nadlyn hendak menuju pintu untuk keluar namun Cean mencekalnya. "Jangan keluar, Daddy pasti akan bertanya padaku jika kamu keluar dengan kondisi wajah menahan amarah."
Nadlyn hanya menghembuskan nafasnya kasar. Kini ia harus menjalankan peran untuk terlihat biasa saja di tengah keluarga Ocean.
"Baiklah, kita akan tinggal disini sesuai permintaan Mommy Nanda." Kata Nadlyn pada akhirnya.
"Kalau begitu, kamu tidur di tempat tidurku, aku akan tidur di sofa." Jawab Cean.
"Terserah, ini kamarmu, lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan." Nadlyn menjawab dengan sisa kesabarannya, ia tak menyangka jika kini hubungan yang tadinya begitu akrab dengan Cean menjadi dingin seperti ini.
Kini, Cean dan Nadlyn berada di ruang keluarga bersama Pras, Nanda dan juga Disya. Hanya keluarga inti, sementara keluarga Regan dan Ayla, sudah pulang sedari tadi, begitu juga kerabat jauh dan sebagian tamu undangan yang merupakan orang orang kepercayaan keluarga Pras.
"Jadi apakah kalian sudah memutuskan untuk tinggal dimana?" Tanya Pras sebagai kepala keluarga.
"Cean sudah bilang pada Nadlyn jika Mommy menginginkan kami tinggal disini, dan Nadlyn pun menyetujui." Jawab Cean dengan ragu.
Pras mengangguk sementara Nanda terlihat lega dengan mendengar keputusan Cean.
"Nadlyn, kamu belum memeriksakan kandunganmu?" Tanya Pras.
Nadlyn menggelengkan kepalanya, "Belum, Dad. Tapi tadi Aunty Ay bilang akan menemaniku untuk di periksa oleh Uncle Regan." Jawab Nadlyn.
Mendengar jawaban Nadlyn membuat Pras merasa bersalah, sebagai ayah mertua yang mempunyai profesi sebagai dokter kandungan, harusnya Pras lah yang memeriksa dan terdepan untuk kesehatan dan keselamatan menantu dan calon cucunya itu, namun sikap kecewa Pras terhadap Cean putranya itu membuat Pras sedikit melupakan kondisi Nadlyn.
"Maafkan Daddy, Nad. Harusnya Daddy yang memeriksamu." Lirih Pras.
"Tidak apa, Dad. Aku mengerti jika masalah ini juga membuat Daddy shock. Maafkan atas kekacauan ini, Dad." Ucap Nadlyn.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .