Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Naskah & Debat Absurd
Fort dan Peat tiba di sebuah resort mewah di pulau tropis, tempat yang dipenuhi pemandangan pantai biru kehijauan, bungalow kayu eksotis.
Peat langsung terkesan, tapi mencoba menyembunyikan rasa kagumnya.
‘’Ini dia resort terbaik di pulau ini. Jadi, jangan ada kata mengeluh lagi,’’ kata Fort.
Peat menatap Fort sejenak.‘’Aku tidak mengeluh, tapi aku punya standar tinggi.’’
Fort tersenyum remeh. ‘’Oh, standar tinggi lagi. Ya, kita lihat seberapa tinggi standarmu setelah kau mencoba ranjang di sini.’’
Begitu mereka masuk ke dalam kamar suite yang luas, Peat langsung duduk di sofa empuk sambil menunjuk ke koper yang dibawa Fort.
‘’Kau bisa mulai merapikan barang-barangku sekarang,’’ kata Peat dengan nada datar seolah itu perintah yang biasa.
‘’Aku di sini sebagai pemandu, bukan pelayan. Jangan kira aku akan melipat-lipat bajumu atau menyusun sepatumu di lemari,’’ kata Fort.
‘’Manajerku biasanya yang melakukan itu. Tapi dia tidak ada di sini, jadi kau gantikan dia untuk melanjutkan tugasnya,’’ kata Peat.
‘’Manajer? Serius? Kau sampai menyewa manager hanya untuk mengurusmu?’’ tidak percaya Fort.
Peat menyandarkan kepalanya di sofa, masih santai. ‘’Aktris perlu bantuan ekstra untuk tetap fokus pada pekerjaan mereka.’’
Fort tertawa kecil tapi terdengar sarkastik. ‘’Harga dirimu benar-benar tinggi sampai menyebut dirimu sendiri jadi aktris.’’
‘’Percayai atau tidak, aku sudah lelah. Aku ingin istirahat dulu, sementara kau—‘’
‘’Sudah kubilang, aku bukan pelayanmu. Kalau kau mau baju-bajumu rapih, lakukan sendiri!’’
‘’Mana, ya? Nomor Kak Li—‘’
‘’Oke, baiklah!’’ kesal Fort membuat Peat tersenyum penuh kemenangan.
Fort akhirnya menyerah dan mengambil salah satu koper kecil dan membuka zip-nya. Tapi di balik semua kekesalannya, ada sedikit rasa penasaran tentang bagaimana seseorang seperti Peat bisa begitu manja namun tetap memikat semua orang di sekitarnya.
‘’Dasar nona manja,’’ gerutu Fort sambil mengeluarkan beberapa pakaian mewah Peat dan menyusunnya di lemari.
Namun, ketika ia membuka koper terakhir, ia berhenti sejenak melihat tumpukan kertas terselip. Fort mengernyitkan alis sambil menarik beberapa lembar kertas itu untuk membaca isinya.
‘’Peat!’’ teriak Fort sambil mengangkat naskah itu tinggi-tinggi.
Peat yang sedang berusaha tidur di sofa, menoleh dengan malas. ‘’Apa lagi sekarang?’’
‘’Apa ini? Kenapa di kopermu ada naskah... seperti ini?!’’
Peat mengerutkan dahi sejenak sebelum mengingat sesuatu. ‘’Ah, itu... aku memasukkan barang ke koper dalam kondisi marah, dan sepertinya naskah itu juga ikut.’’
‘’Tapi kenapa di dalamnya ada tulisan-tulisan seperti... ini? Desahan lembut mengisi ruangan, napas mereka bersatu dalam gairah yang tak tertahankan—‘’
Fort tidak melanjutkan kalimatnya, wajahnya sudah merah.‘’Astaga, kau melakukan hal seperti ini... dengan pria lain?’’
‘’Hei, jaga mulutmu. Kami tidak benar-benar melakukannya, bodoh! Itu cuma akting!’’
‘’Akting? Jadi kau pura-pura berhubungan intim di depan kamera?’’
Peat menyilangkan tangan di dada. ‘’Dengar, Tuan Moral Tinggi. Kami aktor profesional, tidak benar-benar melakukannya. Berhenti mencampuri urusanku dan kembalilah bekerja.’’
Fort menghela nafas dan melanjutkan tugasnya. Sesekali, ia melirik Peat yang masih duduk santai di sofa. Namun, rasa penasaran tentang naskah yang ia temukan tadi tidak juga hilang. Ia kembali meraih tumpukan kertas itu, dan dia mulai membaca lagi.
Wajahnya mulai menunjukkan berbagai ekspresi seperti heran, terkejut, bahkan sedikit canggung. Tiba-tiba, sebuah suara lembut berbisik di telinganya.
‘’Aku menyuruhmu bekerja, bukan mengintip rahasia orang diam-diam.’’
Fort menoleh dan mendapati Peat sudah berdiri di sampingnya. Matanya tanpa sengaja tertuju pada pakaian pantai tipis yang dipadukan loose kimono wanita itu.