Wanita Kedua Suamiku

Wanita Kedua Suamiku

Tidak Pantas

"Mas akan pergi lagi?" Tanya Anastasya di dalam kamar, saat melihat suaminya memasukkan pakaian di kopernya.

Anastasya putri wanita yang cantik, umur 25 tahun, rambut lurus, putih, baik, lemah lembut, manja, pintar dan kuat. Terlahir dari keluarga yang sederhana dan penuh kasih sayang.

Selama tiga tahun pernikahan Damian sering bolak balik luar kota karena memiliki cabang perusahaan di kota Bandung.

Meski belum di karuniai anak namun mereka sangat bahagia. Setelah beberapa kali periksa ke dokter, dokter mengatakan tidak ada masalah, semuanya sehat dan normal. Dia terus berdoa agar suatu saat nanti di berikan keturunan sebagai pelengkap hidupnya.

"Ia sayang, Mas hanya 1 bulan di sana, proyek yang mas tangani bermasalah, dan membutuhkan banyak waktu untuk menanganinya." Jawab Damian beralih memeluknya.

Damian pria tampan dan kaya, berumur 27 tahun bersifat dingin, datar dan berwibawa. Pemilik perusahaan PT. Multi Jaya di Jakarta, Bandung, dan Surabaya yang bergerak di bidang konstruksi. Dia melanjutkan usaha keluarganya setelah ayahnya meninggal.

"Bagaimana bisa kita punya anak jika mas terus pergi?" Melas Anastasya.

Mulut Anastasya manyun saat itu juga, ia tidak bisa menghentikan suaminya karena ia tahu suaminya pekerja keras dan selalu menomor satukan pekerjaan.

"Jangan cemberut gitu dong sayang. Mas janji, akan mempercepat pekerjaan Mas, agar bisa segera pulang." Bujuk Damian mencium wajah Anastasya.

"Aku ingin kita pergi liburan Mas! Anggap saja program untuk memiliki anak." Ucap Anastasya.

"Nanti ya? Tunggu pekerjaanku selesai, baru kita pergi." Ucap Damian.

"Janji?" Tanya Anastasya dengan wajah yang memelas.

"Janji sayang." Damian mengangguk meyakinkan.

"Hati-hati di jalan ya Mas! Jangan ngebut, kabarin aku jika sudah sampai. Satu lagi jangan lirik wanita lain." Pesan Anastasya.

"Ia sayang, mana bisa aku melirik wanita lain, jika istriku sesempurna ini." Goda Damian mencolek dagu Anastasya.

Sebelum Damian keluar dari rumah, Ibunya tiba-tiba datang dari arisan.

"Damian kamu akan pergi nak?" Tanya Weni ibu Damian.

"Ia, aku titip Tasya ya Ma." Pesan Damian.

"Dia sudah dewasa kenapa harus di titip. Seharusnya malah sudah punya anak." Sindir Weni.

"Mah, jangan mengatakan seperti itu. Mungkin Tuhan belum mengijinkan kami punya anak. Aku yakin suatu saat nanti kami akan memilikinya." Ujar Anastasya.

"Nggak usah, aku sudah mendapatkan keinginan ku. Aku nggak sudi punya cucu dari wanita seperti kamu." Ketus Weni.

"Mah, jangan kasar dengan Tasya." Bela Damian.

"Kenapa kamu masih selalu membelanya? Dia tidak bisa memberimu keturunan, lebih baik kamu ceraikan saja dia." Kesal Weni.

"Sampai kapanpun aku nggak akan menceraikannya Mah! Aku sangat mencintai Tasya."Kesal Damian, mamanya selalu saja menyuruhnya menceraikan Anastasya.

"Kita liat aja nanti, sampai kapan kalian akan bertahan dengan pernikahan kalian ini." Ancam Weni.

"Apa maksud Mama?" Tanya Anastasya mulai merasa tidak enak di hatinya. Biasanya dia hanya cuek jika ibu mertuanya mengomel yang tidak jelas.

"Suatu saat nanti kamu akan sadar kalo kamu memang tidak pantas untuk anak Ku." Weni menunjuk wajah Anastasya.

"Mas." Anastasya meminta pembelaan.

"Jangan dengerin Mama sayang, Meskipun kita tidak memiliki anak, aku tidak akan meninggalkanmu." Damian meyakinkan Anastasya.

"Sebaiknya kamu berangkat nak! Jangan membuat mereka menunggu." Ucap Weni kemudian berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Siapa yang menunggu mu Mas?" Selidik Anastasya.

"Para pekerja proyek sayang." Jawab Damian seadanya.

Anastasya mencium tangan Damian kemudian Damian mengecup kening Anastasya.

"Hati-hati mas!" Lirih Anastasya sedih.

"Jangan sedih dong sayang? aku jadi nggak tega ninggalin kamu." Ujar Damian sedih.

"Kalo begitu nggak usah pergi, suruh saja Geri yang ke sana." Ujar Anastasya.

"Nggak bisa dong sayang! kamu kan tau sendiri bagaimana masalah perusahaan di sana." Damian mengelus kepala Anastasya.

"Iya deh!" Pasrah Anastasya.

"Gitu dong..! Jangan sering-sering keluar rumah sayang. Jangan bertemu dengan laki-laki lain saat aku nggak ada." Pesan Damian.

"Ia sayang, termasuk Geri?" Canda Anastasya.

Damian diam sejenak, dia memang tidak suka kedekatan istrinya dengan Geri. Namun dia juga tidak bisa melarangnya karena Geri adalah asistennya yang sangat bisa diandalkan.

"Pokoknya di luar jam kerja nggak boleh bertemu dengan pria lain." Ancam Damian menggosok hidungnya di hidung Anastasya.

"Ihhh, geli Mas!" Wajah Anastasya bersemu merah.

Mereka berjalan menuju mobil, kemudian Damian meninggalkan halaman rumahnya dengan napas yang berat.

"Dah..!" Teriak Anastasya melambaikan tangan sambil tersenyum.

Damian melirik kaca spion samping mobilnya, "Maafkan aku Tasya, aku membohongi mu lagi, entah sampai kapan aku menyembunyikan semua ini. Aku tak sanggup berkata jujur padamu." Monolog Damian saat melajukan kendaraannya dengan kecepatan rata-rata.

Satu Minggu telah berlalu, Anastasya selalu menghubungi Damian seperti biasanya.

"Halo sayang." Jawab Damian setelah melihat wajah istrinya di ponsel.

"Sayang..! Kamu di mana?" Tanya Anastasya.

"Di Villa sayang. Ini lagi minum kopi." Jawab Damian.

"Kapan kamu pulang? Aku sudah kangen nih..!" Tanya Tasya dengan manja.

"Secepatnya sayang." Jawab Damian.

"Bagaimana kalo aku menyusul ke sana?" Tanya Anastasya.

"Emang kerjaan kamu di kantor nggak banyak?" Tanya Damian yang sudah tau bagaimana banyaknya pekerjaan di kantornya. Anastasya adalah sekertaris Damian di kantor pusat. Jika Damian keluar kota, Anastasya lah yang menggantikannya menjalankan perusahaan.

Damian pernah menyuruhnya untuk berhenti namun Anastasya tetap ingin bekerja dengan alasan nanti saat hamil baru berhenti, karena akan merasa bosan tinggal di rumah sendirian.

"Banyak sih." Jawab Anastasya.

"Ya sudah! tunggu aku aja sayang. Kamu ingin liburan kemana?" Tanya Damian.

"Bali aja Mas! Nggak usah terlalu jauh." Jawab Anastasya.

"Jika itu keinginan kamu, Mas setuju saja." Ucap Damian.

"Ya sudah, aku mau istirahat, selamat bobo sayang. Mmuahh, mmuahh, mmmuahh." Anastasya mencium ponselnya.

"Selamat bobo juga cantik..! Mmuahh." Balas Damian kemudian tersenyum.

"Istri kamu mas?" Tanya Kanaya dengan kesal. Istri kedua Damian.

Kanaya anak sahabat Weni yang menikahi Damian atas permintaan Weni Mama Damian. Kanaya yang memang sudah lama suka dengan Damian langsung setuju menikah meskipun ia tau Damian sudah memiliki istri yang tidak bisa memberinya keturunan.

"Iya." Singkat Damian dengan wajah datar dan dingin.

"Kenapa sikapmu berbeda padaku mas? dengannya kamu sangat hangat, kenapa denganku wajah dingin yang selalu kau berikan?" Tanya Kanaya.

"Karena dia wanita terhormat, dia memiliki harga diri yang tinggi, aku mencintainya. Dia tulus menyayangi ku, lemah lembut, dan mengurusku dengan baik. Tidak ada satu wanita pun yang aku cintai selain dirinya." Jawab Damian tanpa merasa bersalah.

"Aku juga mencintaimu Mas! aku juga wanita terhormat, aku akan mengurus mu jika kamu tidak menghindari ku." Sentak Kanaya.

"Hehehe, masa? aku lupa jika kamu wanita terhormat, wanita yang merebut suami wanita lain dan menghancurkan rumah tangga orang lain demi mendapatkan keinginannya, Itu yang kamu maksud wanita terhormat? Hehehe....Wanita murahan! Wanita egois!" Ejek Damian geleng-geleng kepala.

"Aku ingin kau menceraikannya Mas! jika tidak aku yang akan pergi membawa Radit." Ancam Kanaya.

"Kamu mengancam ku? Bukankah sudah kukatakan, aku tidak akan menceraikan istri ku? Kamu kan tahu, Aku menikahimu bukan karena aku mencintaimu." Kesal Damian kemudian pergi meninggalkan Kanaya.

"Kalau begitu aku akan pergi." Ancam Kanaya kembali.

"Silahkan kamu pergi! kamu tidak akan menikmati kehidupan mewah yang selama ini ku berikan jika kamu membawa Radit." Damian berbalik mengancam Kanaya.

Kanaya terdiam sejenak, ia tidak rela jika harus kehilangan segalanya, sementara ia sudah banyak berkorban demi mencapai kehidupan mewah yang ia rasakan sekarang.

Kanaya meminta Damian ke Bandung dengan alasan anaknya Radit akan ulang tahun yang pertama. Dia meminta pesta yang mewah untuk anak semata wayangnya.

"Mas! Aku sudah memberimu keturunan, buah cinta kita, kenapa begitu sulit meninggalkan perempuan itu." Kesal Kanaya mengikuti langkah Damian.

"Buah cinta? Kamu menjebak ku Kanaya, kamu memberikan obat perangsang di minumanku saat aku pulang dari kantor. Apa kamu pikir aku akan tidur denganmu di saat aku sadar? Jangan mimpi!" Teriak Damian lalu masuk dan membanting pintu kamarnya. Selama tinggal di Bandung, Damian memiliki kamar sendiri.

Ingin rasanya ia menyudahi pernikahannya dengan Kanaya. Kanaya selalu mengekangnya, dan selalu memanfaatkan Radit sebagai alasan agar Damian bersamanya. Tapi jika itu ia lakukan maka namanya akan bunuh diri.

'Aku bersumpah kamu akan meninggalkan istrimu yang selalu kamu banggakan itu. Aku yakin Mama Weni akan membantuku menyingkirkannya.' Batin Kanaya.

.

.

.

Bersambung....

Sahabat Author yang baik ❤️

Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

cibta sama istrimu. bulshet kau damian. ruoanya kau seorang oenghianat. kau akan menyesal nantinya

2024-09-27

0

Anonymous

Anonymous

ok

2024-06-12

0

Jarmini Wijayanti

Jarmini Wijayanti

baru baca udah gregetan

2024-05-26

0

lihat semua
Episodes
1 Tidak Pantas
2 Menyusul
3 Bunuh Diri
4 Menghilang
5 Penyelamat
6 Mencari
7 Menjemput
8 Amnesia
9 Menahan
10 Salah Obat
11 Ke Mall
12 Di Culik
13 Menemukan Mayat
14 Pemakaman
15 Masih Hidup
16 Ke Mansion
17 Ingin Disini
18 Belanja sepuasnya
19 Kembali
20 Restoran
21 Mati Lampu
22 Berubah
23 Istri Orang
24 Penawaran
25 Cobaan
26 Terkejut.
27 Laporan
28 Gelisah
29 Sindiran
30 Menghindar
31 Menuduh
32 Pengakuan
33 Pengacara
34 Ruang Meeting
35 Kesal
36 Mabuk
37 Benci
38 Pergi dari Rumah
39 Menyerah
40 Terlambat
41 Sudah Selesai
42 Membawa Pergi
43 Villa
44 Berusaha Kabur
45 Menolong
46 Rumah Sakit
47 Kedatangan Mayang
48 Gelisah
49 Resmi Bercerai
50 Memeluknya
51 Otak Kecil
52 Butik
53 Pesta Pebisnis
54 Sah
55 Hak
56 Masalah Proyek
57 Rumah Ibu
58 Royal Group
59 Rencana Bertemu
60 Terjual
61 Dipecat
62 Mempermalukan
63 Meninggalkan rumah Ibu
64 Mengusir
65 Aku Suaminya
66 Istriku
67 Kejutan di Mall
68 Hancurkan Perusahaan
69 Bangkrut
70 Tabrak Lari
71 Hamil
72 Kabar bahagia
73 Bukan Anakku
74 Berduka
75 Pemakaman
76 Balasan
77 Jadian
78 Kecelakaan Beruntun
79 Meninggal
80 Arah Rumah
81 Cemburu
82 Menetap
83 Asisten jadi OB
84 Menjemput
85 Gaun Pesta
86 Pernikahan Jack
87 Merasa Bersalah
88 Kebahagiaan
89 Extra Part
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Tidak Pantas
2
Menyusul
3
Bunuh Diri
4
Menghilang
5
Penyelamat
6
Mencari
7
Menjemput
8
Amnesia
9
Menahan
10
Salah Obat
11
Ke Mall
12
Di Culik
13
Menemukan Mayat
14
Pemakaman
15
Masih Hidup
16
Ke Mansion
17
Ingin Disini
18
Belanja sepuasnya
19
Kembali
20
Restoran
21
Mati Lampu
22
Berubah
23
Istri Orang
24
Penawaran
25
Cobaan
26
Terkejut.
27
Laporan
28
Gelisah
29
Sindiran
30
Menghindar
31
Menuduh
32
Pengakuan
33
Pengacara
34
Ruang Meeting
35
Kesal
36
Mabuk
37
Benci
38
Pergi dari Rumah
39
Menyerah
40
Terlambat
41
Sudah Selesai
42
Membawa Pergi
43
Villa
44
Berusaha Kabur
45
Menolong
46
Rumah Sakit
47
Kedatangan Mayang
48
Gelisah
49
Resmi Bercerai
50
Memeluknya
51
Otak Kecil
52
Butik
53
Pesta Pebisnis
54
Sah
55
Hak
56
Masalah Proyek
57
Rumah Ibu
58
Royal Group
59
Rencana Bertemu
60
Terjual
61
Dipecat
62
Mempermalukan
63
Meninggalkan rumah Ibu
64
Mengusir
65
Aku Suaminya
66
Istriku
67
Kejutan di Mall
68
Hancurkan Perusahaan
69
Bangkrut
70
Tabrak Lari
71
Hamil
72
Kabar bahagia
73
Bukan Anakku
74
Berduka
75
Pemakaman
76
Balasan
77
Jadian
78
Kecelakaan Beruntun
79
Meninggal
80
Arah Rumah
81
Cemburu
82
Menetap
83
Asisten jadi OB
84
Menjemput
85
Gaun Pesta
86
Pernikahan Jack
87
Merasa Bersalah
88
Kebahagiaan
89
Extra Part

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!