NovelToon NovelToon
Gairah Cinta Sang Presdir

Gairah Cinta Sang Presdir

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Dikelilingi wanita cantik / Fantasi Urban-Percintaan Modern
Popularitas:38.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Sequel Belenggu Cinta Pria Bayaran.

Dikhianati sang kekasih dan melihat dengan mata kepalanya sendiri wanita yang dia cintai tengah bercinta dengan pria yang tak lain sahabatnya sendiri membuat Mikhail Abercio merasa gagal menjadi laki-laki. Sakit, dendam dan kekacauan dalam batinnya membuat pribadi Mikhail Abercio berubah 180 derajat bahkan sang Mama sudah angkat tangan.

Hingga, semua berubah ketika takdir mempertemukannya dengan gadis belia yang merupakan mahasiswi magang di kantornya. Valenzia Arthaneda, gadis cantik yang baru merasakan sakitnya menjadi dewasa tak punya pilihan lain ketika Mikhail menuntutnya ganti rugi hanya karena hal sepele.

"1 Miliar atau tidur denganku? Kau punya waktu dua hari untuk berpikir." -Mikhail Abercio

----

Hanya halu dan ini bukan novel religi✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 08 - Kau Milikku

"Kamu mau kemana?"

Setiap malam memang Kanaya akan selalu dibayang-bayangi ketakutan. Melihat Mikhail yang sudah rapi, dia menahan kepergian putranya.

"Keluar sebentar, Ma."

Jawaban yang tentu saja 100 persen bohong, malam ini Mikhail akan menuntut hak atas kewajiban yang telah dia berikan. Celana jeans dan kaos putih itu dapat menjelaskan jika Mikhail hanya akan mencari kesenangan.

"Mabuk lagi?" Mata Kanaya sudah setajam silet, wanita itu benar-benar tak kuasa menahan amarah lantaran putranya membuat resah.

"No ... Mama kenapa curiga begitu?" Keningnya berkerut, di mata Kanaya jika Mikhail keluar malam memang tujuannya hanya untuk kehilangan kadar waras.

"Lalu apa kalau bukan mabuk? Cari pacar?" tanya Kanaya merapikan rambut putranya, sedewasa itu tetap saja di mata Kanaya dia adalah Mikhail kecilnya.

"Cari angin," jawab Mikhail memberikan senyum terbaiknya, kerap membuat wanita tercantiknya ini marah kadang kala dia merasa bersalah.

"Cari istri sesekali, Khail." Kanaya menatap mata putranya, itu adalah harapan bukan semata-mata candaan.

"Belum mau, Ma ... cuma Mama wanita baik di dunia ini, yang lain hanya menggoreskan luka."

Tidak ada kebohongan dari manik indah Mikhail, Kanaya paham rasa sakit putranya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika wanita yang dia kira akan menjadi jodoh terbaik untuk Mikhail nyatanya berkhianat dan menikah setelah perselingkuhan itu terbongkar.

Sudah dua tahun dan Mikhail masih sama bahkan kian menjadi. Kanaya sempat berpikir untuk mencoba menjodohkan putranya dengan putri Siska, tapi takut yang terjadi justru sama seperti perjodohannya dengan putri Lorenza.

Meski hubungan mereka pada akhirnya tetap berjalan baik, tetap saja peristiwa itu tidak bisa terlupakan. Putranya terlahir sebagai pria yang tidak suka diatur, bahkan dia tak peduli hubungan Kanaya dan Lorenza akan bagaimana setelah hari itu.

"Hm, jangan pulang larut malam ... Mama tunggu kamu pulang," tutur Kanaya lembut dan wanita itu berharap putranya perlahan membaik.

Mikhail mengangguk patuh, entah akan dia turuti atau tidak namun yang jelas dia hanya ingin berlalu dan menemui wanitanya malam ini.

Meninggalkan sang mama yang masih menatapnya, Mikhail melaju dengan kecepatan tinggi menuju lokasi yang Valenzia tentukan sebelumnya. Memacu laju kendaraan secepat yang dia bisa, bukan karena buru-buru tapi memang kebiasaannya.

Sementara di tempat lain, hujan rintik membuat wanita itu sedikit berlari menuju halte bus. Malam ini dia menjalani kehidupan baru, kehidupan yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya akan sesadis ini.

Dress selutut berwarna peach itu terlihat bagitu pas di tubuh mungil Valenzia. Sebagaimana kencan pertama, dia memberikan yang terbaik pada Mikhail. Lucu sekali pikirnya, kenapa dia justru menikmati peran sedalam ini.

Menanti beberapa saat dan rintik hujan semakin deras, memang cuaca tidak bisa ditebak akhir-akhir ini. Valenzia menatap wallapper ponselnya, senyum Zidan begitu tulus menatapnya di sana.

Tak bermaksud sama sekali dia akan menyakiti pria setulus Zidan. Takdir mengenalkannya pada Mikhail yang berperan bagai malaikat penyelamat sang ayah tapi juga pembunuhnya.

"Stop, Zia ... ini pilihanmu!" Valenzia mematikan ponselnya demi membuat Zidan yakin jika dirinya benar-benar tidur.

Beberapa saat menunggu, sebuah mobil hitam itu berhenti di depannya. Bisa dipastikan di dalamnya adalah Mikhail, pria yang saat ini memiliki hak atas dirinya.

Mobil yang berbeda dan Valenzia duga harganya pasti lebih mahal dari mobil yang menjadikan nasibnya sesial ini. Mikhail tidak mengucapkan apa-apa, hanya menarik beberapa lembar tisu dan dia berikan pada Valenzia.

"Makasih," ungkap Valenzia lembut dan menerima pemberian pria itu, dirinya memang tak begitu basah. Akan tetapi tetap saja butiran air hujan yang ada di wajahnya sedikit mengganggu.

"Kamu sudah makan?" tanya Mikhail memastikan, tidak mungkin dia membawa Valenzia ke tempat tidur jika perut wanita itu belum terisi.

"Sudah," jawabnya singkat, padahal jangankan makan, minum saja rasanya tak selera. Valenzia menatap nanar jalanan kota, keras sekali hidup di ibu kota pada kenyataannya.

-

.

.

.

"Masuklah."

Mikhail menginginkan wanita itu masuk lebih dulu. Dia masih menanti di daun pintu dan menghela napas kasar lantaran Valenzia terdiam cukup lama.

Bukan wanita pertama yang Mikhail bawa, akan tetapi kali ini Mikhail memperlakukannya sedikit istimewa. Sengaja memilih hotel terbaik dan harga paling tinggi hanya untuk bersenang-senang dengan gadis belia seumuran Valenzia karena ini adalah hal yang belum pernah dia rasakan.

Pria itu menghempaskan tubuhnya di sisi Valenzia, sementara wanita itu duduk di tepi tempat tidur. Bahu mulus Valenzia sedikit terbuka dan Mikhail menyentuhnya lembut masih dengan posisi seperti sebelumnya.

Jemari Mikhail mulai bergerak pelan di sana, Valenzia terpejam bahkan hendak menjauh lantaran sentuhan itu baru bertama kali ia rasa.

"Ck, kamu takut?"

Pria itu bangun dan kini keduanya duduk bersebelahan. Pria itu menepikan anak rambut Valenzia agar dia bisa bebas menikmati wajah cantik wanitanya.

"Tidak, aku tidak takut ... lakukanlah sesuai yang Anda mau."

Lampu hijau dari sang pemilik tubuhnya, Valenzia pasrah dan memejamkan mata kala Mikhail mengikis jarak. Wanita itu meremmas jemarinya kala Mikhail mengecup bibirnya singkat, pria itu belum benar-benar memulai namun berhasil membuat jantung Valenzia berdegub kencang.

"Manis," bisik Mikhail di dekat telinganya, deru napas pria itu terasa hangat menyapa kulitnya.

Bodohnya, ucapan Mikhail justru membuatnya tersenyum. Dia lupa jika pria yang kini berada di sisinya akan mengubah alur hidupnya malam ini.

"Belum pernah?" tanya Mikhail lembut, jika biasanya dia hanya menunggu kini mempimpin. Valenzia mengangguk pelan tanpa berani menatap wajah Mikhail.

"Aku yang pertama?"

Banyak tanya, mereka akan bercinta atau tengah wawancara. Perasaan Valenzia sudah tak bisa dikondisikan, dia masih diam kala Mikhail kembali meraup bibirnya dengan sedikit menuntut.

"Balas, jangan buat aku menyesali keputusanku pagi tadi, Zia."

Kesal sejak tadi Valenzia hanya diam dan menerima, Mikhail menghentikan aksinya. Valenzia yang belum memiliki pengalaman tengah susah payah mengatur napasnya, lawannya terlalu gila dan memaksanya harus terbiasa.

Melayani pria bukanlah profesinya, wajar saja dia tidak sepandai itu untuk merayu di tempat tidur. Hanya saja nasi sudah menjadi bubur dan dia dituntut profesional karena takut Mikhail nanti justru meminta uangnya kembali.

"Jangan khawatir ... tidak akan ada yang menyesal di sini," tutur Valenzia kini duduk di pangkuan Mikhail dan tangan melingkar di leher pria itu.

Mikhail menarik sudut bibirnya tipis dan kini melingkarkan tangan di pinggang Zia. Membiarkan lawan mainnya mandiri, Mikhail ingin melihat kemampuan gadis polos yang dia yakini belum pernah tersentuh ini.

Valenzia membenamkam bibirnya, berusaha melakukan sebagaimana yang Mikhail inginkan. Tak sesabar itu untuk selalu menanti, Mikhail menyambut serangan Valenzia sebaik mungkin.

"Kamu milikku malam ini, Zia."

Tbc

Lanjut besok pagi, aku up malem-malem jadi sebelum subuh Mikhail bakal temenin. Udah crazy up, bayar yaaah😂

Rekomendasi novel buat dibaca waktu senggang, sementara Mikhail Zia belum up✨

1
Hasan Jufry
justru aku heran kok bisa udah bab sekian dan aku sama sekali g ngerasa bosen..
Hasan Jufry
g nyadar klo itu gen nya sendiri?
Marhaliza Dhea
Luar biasa
Sunarti
Mikhail tp bkn Malaikat
ovi Putriminang
😁😁
Halimah
😂😂😂😂
yuhuuu
Luar biasa
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
keren amat namanya😂😂
Halimah
😂😂😂😂😂
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Norma Wati
Luar biasa
Deasy Dahlan
khail.... berani berbuat berani bertanggung jawab....
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
sensi amat bos🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!