[ Beberapa Bab belum di revisi ] Mohon maaf jika tidak update, ya. 🙏
Berkisah dari seorang gadis cantik yang bernama Amelia Andini Wijaya. Gadis yang kerap disapa Amel memilik sahabat yang sudah bagaikan saudara baginya, namun sahabatnya itu malah mengkhianatinya. Sahabat Amel berselingkuh dengan seseorang yang paling Amel cintai.
Hubungan Amel kandas setelah 3 tahun bersama. Membuat Amel begitu frustasi tak dapat menerima pengkhinatan dari sahabat dan pacarnya.
Demi melampiaskan rasa sakit hatinya, Amel memutuskan untuk mencari seorang gigolo. Hingga malam itu terjadilah penyatuan tanpa cinta.
3 tahun kemudian. Amel menyandang status sebagai seorang singgle Mommy. Amel dibantu Si Tukang ojek online cantik yang dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.
Tidak disangka-sangka seorang gigolo yang melakukan malam bersama Amel adalah seorang CEO sekaligus Direktur perusahaan besar yang ada di kota H.
Bagaimana kehidupan mereka setelah itu?
Simak ceritanya di sini.😉
Happy Reading All! 📚☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irwti Asnn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FOMC part 20
"Sebaiknya, aku kirim pesan singkat saja ke Tante Laksmi, biar tidak ada orang yang curiga," batin Kirana.
📤 Tante Laksmi
[Tante, ini aku Kirana.]
📥Nomor tidak dikenal
[Oke, Tante sudah save nomor kamu.]
"Sekarang hanya bisa menjalani kehidupanku di sini, Azka tunggu aku kembali, aku akan mendapatkanmu lagi, bagaimana pun caranya," lirih Kirana penuh percaya diri.
"Sebaiknya aku kabari Papa sama Mama dulu," gumamnya pelan.
Setelah mengirim pesan pada Laksmi, Kirana segera menelepon ibunya Sarah, untuk memberi kabar bahwa ia sudah sampai tujuan.
Tut ... tut ... tut ...
Setelah teleponnya tersambung terdengar suara lembut dari dalam sana.
"Maaf siapa, ya?" tanya Sarah memulai pembicaraan.
"Ini aku Mah," ucap Kirana.
"Kirana?"
"Iya Mam, Papa masih di kantor, ya?"
"Iya Nak, Papamu masih di kantor. Kamu baik-baik saja 'kan, sayang?" tanya Sarah sedikit khawatir.
"Aku baik kok Mah, aku tahu Papa pasti sedang sibuk sekarang,makanya aku sengaja menghubunggi Mama untuk membicarakan masalah yang terjadi padaku ini," ucap Kirana.
"Ya sudah kalau kamu baik-baik saja, Mama juga bisa tenang. Coba kamu jelaskan sama Mama masalah apa yang membuat putri Mama terburu-buru meninggalkan mama?" ujar Sarah butuh penjelasan.
Kirana pun menceritakan semuanya kepada ibunya, bahwa dirinya dan Laksmi dari awal menyusun rencana untuk menjebak Azka agar Azka mau menikahinya. Tetapi, rencana yang mereka buat malah gagal total dan membuat dirinya harus pergi dari kota M untuk menghindari Azka.
"Kau senekat itu, Nak?" tanya Sarah pada putrinya seakan tidak percaya dengan apa yang Kirana lakukan.
"Aku mencintainya Mah," ucap Kirana pelan.
"Huff... Iya Mama ngerti, nanti Mama ceritakan pada Papamu jika dia sudah pulang nanti," dengus Sarah pasrah, dengan apa yang putrinya lakukan.
"Oke Mam, nanti Kirana kabari lagi ya, bye bye Mam," ucap Kirana mengakhiri sambungan teleponnya.
"Bye-bye sayang."
"Oh Tuhan, aku tidak sengaja sudah memberitahukan keberadaan putriku pada orang suruhan Azka yang datang tadi pagi, semoga saja mereka tidak mencarinya di sana," batin Sarah, harap-harap cemas.
......................
Di kediaman Abraham, Laksmi yang sedang menonton TV dikagetkan dengan bunyi ponselnya pertanda SMS masuk.
Laksmi segera mengambil handphone yang berada di atas meja dan membuka isi pesan tersebut, di lihatnya notif dari nomor tidak dikenal yang mengirimkan pesan padanya.
📥Nomor tidak dikenal
[Tante, ini aku Kirana.] Isi pesan dari nomor tidak dikenal.
Setelah mengetahui nomor itu milik siapa, Laksmi langsung menambahkan kontak tersebut kedaftar kontaknya.
📤Kirana
[Oke,tante sudah save nomor kamu.]
...Flasback Off🍃...
Di perusahaan Abraham group. Azka memasuki parkiran dengan mobil lamborghini hitam miliknya.
"Kenapa Si Bongkahan Es ini hanya diam saja sejak kejadian tadi, emang aku salah bicara ya?" batin Amel berpikir melirik Azka sekilas.
"Ayo turun!" ucap Azka datar.
"Eh i-iya Pak."
"Hais ... mulai lagi deh dinginnya," batin Amel.
Mereka berdua kini telah turun dari mobil Azka. Azka yang tidak biasa makan makanan pedas sekarang perutnya menjadi sakit.
"Bagaimana ini?" ucap Azka khawatir, dengan bercucuran keringat di dahinya.
Amel yang melihat Azka berkeringat segera menghampiri Azka.
"Bapak kenapa?" tanya Amel sedikit khawatir.
"Tidak apa-apa," bohong Azka dengan datarnya.
"Ini semua karenamu," batin Azka mengingat kembali saat Amel mencampurkan bahan-bahan bakso dan juga menuangkan banyak cabai ke dalamnya.
Azka yang mau tidak mau ya harus mau, apalagi mendapat suapan gratis dari tangan Amel, bakso yang pedas pun tidak dihiraukan oleh dirinya, hingga pada saat ini perutnya mulai terasa mules dan tidak bersahabat.
"Tidak apa-apa gimana? Itu wajah Bapak sudah penuh keringat," ucap Amel khawatir.
"Saya baik-baik saja. Ayo kita jalan! Tidak usah menghiraukan wajah saya!" ucap Azka sedang menahan sesuatu.
Azka berjalan duluan sedangkan Amel mengekorinya dari belakang. Amel yang jalannya sedikit menundukkan kepalanya dikagetkan dengan bunyi sesuatu.
"Aku sudah tidak tahan lagi," batin Azka cemas dan akhirnya keluar juga.
Pruut ...
"Suara apaan, tu?" batin Amel bertanya mengangkat kepalanya melihat Azka di depannya, yang berjalan dengan santainya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Apa Bapak dengar sesuatu?" tanya Amel.
"Saya tidak mendengar apa-apa?" bohong Azka cepat.
"Apa aku salah dengar ya," fikir Amel. "Tapi, tadi benar aku mendengar ada suara seperti kentut, aku juga belum tua mana mungkin aku budek secepat ini," batinnya mengeleng-gelengkan kepala.
"Semoga Amel tidak sadar dengan apa yang baru saja kulakukan, hampir saja ketahuan. untungnya kentutku juga tidak bau. jika bau, apa yang akan terjadi nanti. perutku sakit sekali." batin Azka.
Azka tetap masih menahan sakit di perutnya hingga kini mereka telah berada di dalam lift. Azka lagi-lagi tidak dapat menahannya, Amel melihat Azka yang makin lama makin bercucuran keringat yang keluar dari wajah tampannya, berinisiatif ingin mengelap kerigat yang ada di wajah Azka.
"Pak, sini aku mengelap keringatnya dulu," ucap Amel merongoh tas kecilnya dan mengambil tisu.
"Saya tidak apa-apa?" kilah Azka.
Setelah mengeluarkan tisu dari tasnya Amel mendekati Azka.
"Ka-Kamu mau ngapain? Ja-jangan mendekat," ucap Azka panik, memundurkan sedikit badannya ke belakang.
Azka sudah tidak dapat menahannya lagi, kalau Amel terus saja mendekatinya seperti ini.
"Aku hanya membantu Bapak saja, Bapak tidak usah khawatir," terang Amel.
Kali ini Azka benar-benar sudah tidak tahan lagi.
Prruuuuttt ...
Bunyi itu pun mengema di dalam lift. Amel yang tangannya sudah berada di depan wajah Azka terhenti seketika, ia lalu memberanikan diri untuk bertanya.
"I-itu Bapak. Ken-Kentut, ya?" tanya Amel hati-hati.
"Kamu jangan Sembarangan menuduh saya. Siapa yang kentut? Kamu tu yang kentut, " ucap Azka mengelak dan bahkan menyolot.
"Habis sudah kewibawaanku ini," batin Azka.
"Mana bisa begini? Perasaan aku nggak kentut deh. Apa mungkin tadi aku salah dengar, ya? Tidak mungkin salah dengar itu bunyinya kuat sekali kok," batin Amel melirik bokong Azka.
"Jangan-jangan dia menyadarinya," batin Azka, melihat tingkah Amel yang sedang melirik bokongnya.
"Sedang lihat apa kamu?" ucap Azka melototkan matanya.
"Eh, tidak lihat apa-apa kok Pak. Hehe," kekeh Amel.
"Si Bongkahan Es ini, tidak sadarkan kalau aku sedang memerhatikan bokongnya," batin Amel.
"Ya sudah ini tisunya Pak, sebaiknya Bapak mengosok keringat yang ada di wajah Bapak dulu," ucap Amel menyodorkan tisu yang berada di tangannya.
Azka sudah merasa malu dan tidak menghiraukan Amel. Tetap saja Azka menahan sakit diperutnya yang semakin lama semakin menjadi-jadi.
Setelah liftnya terbuka Azka berjalan dengan santainya, tetapi keringat di wajahnya menggambarkan bahwa dia tidak baik-baik saja. Saat melewati ruangan Arya, Arya tidak sengaja melihat Tuannya itu penuh dengan keringat wajahnya, ia pun menghampiri Azka.
"Tuan kenapa?" tanya Arya khawatir.
"Tidak apa-apa," ucapnya dan berjalan cepat menuju ruangan pribadi miliknya.
Arya melihat Amel butuh penjelasan apa yang sebenarnya terjadi. Amel yang sudah tahu maksud Arya pun menceritakan pada Arya bahwa mereka memakan bakso disalah satu warung dari pedagang kaki lima. Ia juga menceritakan bahwa dia mencampurkan banyak cabai ke dalam bakso yang di makan oleh Azka.
"Apa?!" ucap Arya meninggikan suaranya tak percaya.
"Nona Amel, Tuan tidak biasa makan makanan yang pedas," sambungnya lagi menjelaskan.
"La-lalu apa yang harus sa-saya lakukan, Pak?" gugup Amel, yang tahu kalau ini semua kesalahannya.
"Saya akan mengantar Tuan pulang lebih dulu."
Prang ...
Terdengar benda jatuh di ruangan Azka. Amel dan Arya segera menghampiri Azka dan menerobos masuk ke dalam ruangannya.
Bersambung.....🌷
jdi rd MLS klmaan