Dokter Bedah Serba Bisa

Malam hari, Jason dipaksa Randy untuk menghadiri acara makan malam,Jayden yang menentukan restoran. Awalnya semua berencana untuk bayar masing masing namun Jayden ingin berlagak mentraktir makan makan hari ini.

Restoran ini adalah restoran kelas menengah ke atas, harga nya pun tidaklah murah.

Jason mengambil menu dan memilih beberapa hidangan mahal. "Oke aku pesan ini, coba kalian lihat apa yang perlu dipesan lagi?"

Jayden yang awalnya menikmati pujian diam diam mengalihkan pandangannya ke menu. Lalu wajahnya sontak memucat.

Brengsek, apa maksud anak ini? Dia memesan hidangan termahal. Sialan.

Jayden melirik Jason dengan tenang, lalu menemui Jason yang sedang duduk santai. Awalnya dirinya memang mau traktir tapi dia sendiri yang pesan hidangan nya, tidak di sangka Jason akan memesan menu sebanyak itu.

Meskipun dia punya banyak uang tapi untuk menghabiskan uang 140 juta untuk makan makan saja agak berlebihan.

Jayden menggertakkan giginya sambil memelototi Jason. Namun Jason pura pura tidak menyadari tatapan Jayden, padahal dalam hatinya tersenyum. Jangan salahkan aku, aku sudah memberi mu kesempatan untuk berlagak hebat.

"Terima kasih Jayden, hari ini aku tidak akan menyisakan setetes pun makanan ini."

"Benar, bos Jayden kamu sungguh murah hati."

"Wah Lani, nasibmu bagus sekali bisa mempunyai pria kaya, tampan dan murah hati seperti Jayden."

Awalnya Jason masih emosi, namun mendengar pujian teman teman nya setengah dari kemarahan nya mereda.

Setelah selesai makan mereka semua mengajak karaoke, Jason menarik tangan nya melihat jam "Kalian saja yang pergi karaoke. Besok aku ada urusan, aku harus kembali untuk beristirahat."

"Urusan? Urusan apa yang lebih penting dari kebersamaan kita?"

"Besok aku harus menghadiri seminar yang membahas tentang aterosklerosis koroner." setelah itu Jason akan pergi.

Pada saat ini Lani tiba tiba bertanya "Seminar yang kamu ikuti, apakah ada rumah sakit pusat?"

"Ya disana"

Jawaban nya membuat Jayden terkejut, mengingat dirinya besok harus membantu menyajikan makanan ternyata ada Jason diantara nya.

"Kalian pelan pelan saja aku akan pergi." Setelah berpamitan dengan Randy Jason membalik dan menatap Jayden "Oh iya, aku sangat berterima kasih pada Bos Jayden karena telah mentraktir makan hari ini, aku yakin makan kali ini bukanlah apa apa bagimu."

"Ya, bagiku hanya uang kecil saja."

Setelah Jason pergi, teman temannya mulai membicarakan nya "Wah ada apa dengan Jason? Kenapa dia bisa pergi ke seminar itu?"

"Betul, bukan kah dokter yang kesana adalah dokter yang setingkat kepala departemen?"

"Ya benar, aku juga mendengarnya dari kepala departemen kami."

"Aku merasa kalau Jason banyak berubah. Kenapa dia menjadi hebat? Apa jam tangan nya itu asli?"

"Aneh sekali dari mana dia mendapatkan jam tangan seharga 200 juta itu? Seingat ku kondisi keuangannya sangat buruk."

"Apa Jason sekarang sudah punya pacar?"

"Aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu tanyakan saja malam ini?"

"Kalau dia belum punya pacar aku harus bertindak mengambil kesempatan."

Lani yang duduk di sebelah Jayden hanya diam saja. Ia benar benar tidak menyangka pria yang dulu nya pernah di tolaknya karena miskin, tidak punya rumah dan mobil dan sekarang bisa memakai jam rolex.

Lani sangat menyesal, andai tahu begini mungkin ia harusnya bertahan sebentar. Sekarang dia pasti menjadi wanita paling bahagia mengingat betapa royalnya dulu Jason pada dirinya.

Keesokan paginya Jason terlebih dahulu tiba pun menunggu Dokter Hendy di pintu masuk rumah sakit. Setelah datang baru lah pergi bersama.

"Selamat pagi, tolong tunjukkan surat undangan Anda."

Dokter Hendy memperlihatkan undangan tersebut.

"Baiklah, silahkan masuk. Kalian bisa menikmati makanan yang ada di dalam."

Setelah masuk kedalam akhirnya Dokter Hendy dan Jason mendapatkan tempat duduk, saat mendongak tiba tiba dia melihat Jayden menghampirinya.

'Apa dia juga ikut seminar ini? Aneh, kenapa tidak mengatakan apapun tadi malam?' pikir Jason dalam hati.

"Permisi Dokter kepala, anda mau minum apa?"

Perkataan nya membuat Jason tercengang, ternyata dia kesini untuk menjadi pelayan. Haha ingin sekali menertawakan nya tapi dia menahannya bagaimana pun dia adalah teman sekelasnya.

"Terima kasih aku mau teh hitam."

"Uhuk, aku mau kopi, tambah es." jawab Jason.

Jayden menarik napas dalam dalam lalu menatap Jason "Tunggu sebentar."

Setelah Jayden pergi Dokter Hendy bertanya "Kenapa? Apa kalian saling kenal?"

"Ya, dia teman sekelas ku di universitas, dia adalah dokter magang disini."

Jayden berjalan ke ruang sepen, sambil membuat teh dia juga berisik Lani yang melihatnya lalu berjalan menghampiri.

"Ada apa denganmu? Apa yang membuatmu marah?"

"Apalagi kalau bukan karena Jason, dia benar benar datang ke seminar dan duduk di daerah yang aku tangani."

"Jika kamu tidak mau biar aku saja."

"Kenapa? Aku lihat kamu ingin membuatkan kopi untuk Jason?"

"Tidak, bukan begitu, aku lihat kamu sangat marah jadi aku ingin membantu."

"Tidak perlu biar aku saja."

Sebenarnya Jayden tidak ingin datang hari ini, mengingat Jason mengatakan akan datang ke seminar tadi malam. Namun setelah menelepon paman nya dia malah di marahi kalau ingin menjadi dokter harus bertahap dari bawah mengumpulkan pengalaman.

Tidak lama Jayden keluar membawa teh dan kopi. Begitu mendekat dia melihat Dokter Malik wakil kepala departemen bedah umum duduk tepat di sebelah Jason dan terlihat tengah mengobrol ria dengan nya.

Jayden berjalan ke arahnya dengan ragu. "Dokter kepala, ini teh dan kopi kalian."

"Terima kasih Jayden."

Dokter Malik merasa terkejut dan bertanya "Dokter Jason kamu kenal dengan rumah sakit kami?"

"Benar, ini Jayden teman sekelas ku saat di universitas."

Dokter Malik melirik ke arah Jayden heran 'Mereka berasal dari universitas yang sama tapi kenapa perbedaan nya begitu besar?'

Setelah selesai seminar dia mendapatkan ilmu baru namun belum memiliki kesempatan untuk menerapkan ilmu itu dalam operasi yang sesungguhnya.

"Direktur Malik apa nanti direktur bisa mengajakku bertemu dengan pak tua itu?" Ia menoleh menatap Jason dengan terkejut, hanya ada satu pikiran yang terlintas dalam benaknya.

Jangan jangan Dokter Jason akan mengatakan kalau dia mampu mengoperasi tentara veteran berusia 93 tahun itu? Dokter Malik memang mengagumi Jason ketika operasi usus buntu kemarin tapi pasien ini adalah pasien departemen bedah jantung.

Jangan bilang Jason juga memiliki tehnik operasi bedah jantung. Jason masih muda tidak mungkin bisa melakukan hal itu.

"Baiklah nanti aku akan mengajakmu untuk melihat kondisi pasien. Tapi karena status tentara itu tidak biasa jadi kita harus bersikap hormat padanya."

"Aku mengerti."

Setengah jam kemudian Dokter Malik menatap arloji lalu berkata "Ayo Dokter Jason, kita lihat kondisi tentara veteran itu."

Setelah masuk ke ruangan hanya ada wanita paruh baya berusia 50 tahun disana "Bagaimana dokter? Apa profesor Mario bersedia mengoperasi ayah saya?"

Dokter Malik mengangguk "Tenang saja, nanti profesor Mario akan datang."

Jason berjalan menghampiri ranjang tentara tua itu, ternyata kondisinya masih bagus dia tidak pikun walaupun ada banyak penyakit kronis yang menggerogotinya.

Saat ini, penyakit paling serius yang membahayakan nyawa nya adalah jantung koroner.

"Kapan saya bisa di operasi dokter?"

"Jangan terburu buru tuan, kami sedang memikirkan cara yang paling aman untuk mengoperasi mu."

"Baiklah baiklah, saya menurut saja pada apa yang kalian katakan, tapi saya harap bisa di operasi secepatnya supaya bisa sesegera mungkin keluar dari rumah sakit ini."