AKU MASIH PERAWAN

Susi membukakan kamar ukuran 3x3, di dalamnya ada sebuah tempat tidur, lemari serta rak untuk meletakkan barang barang Aisyah.

"Maaf ya, kamarnya memang seperti ini, kamarku juga tidak jauh berbeda, cuma sudah ada barang barang ku, oh ya, tadi tuan bilang, kamu tidak akan di gaji maksudnya apa ya, bagaimana kalau pengen sesuatu, kita ini manusia pasti butuh duit." dengus Susi yang teringat Perkataan Dirga tadi.

" Tidak apa apa mbak, aku akan bekerja di luar, saat ini aku kerja di toko kue, di depan rumah sakit Purnama."Jawab Aisyah.

"Wah di toko family bakery itu ya, yang lagi viral, disana kue kuenya mejadi favorit di semua kalangan, bukan hanya kalangan atas saja tapi kelas menengah dan kelas bawah seperti kita ini bisa menikmati kue kue yang enak di toko itu, nanti akan ada loket khususnya yang membedakan mereka yang kaya dan yang biasa." Jawab Susi.

"Mbak Susi sudah pernah kesana?" Tanya aisyah.

" Itu toko kue langganan tuan dan Nyonya, kalau ada acara aku selalu diminta untuk memesan kue dari sana, kabarnya pemiliknya

masih muda sekali ya, jadi penasaran bagaimana dia bisa sukses menciptakan Rasa yang luar biasa tersebut dan bisa untuk memotivasi lainnya."Ucap Susi bersemangat.

"Kami membuatnya penuh dengan cinta dan perasaan mbak, sekiranya kalau kami tidak dalam mode mood yang baik, kami berhenti membuatnya dan digantikan yang lainnya."

Jawab Aisyah.

Susi tidak tahu kalau owner yang sejak tadi dia bicarakan itu ada di depan dia.

" Ya sudah, kamu istirahat dulu ya Ais, aku kembali kerja dulu, waktunya menyiapkan makan malam, bisa ngamuk para harimau rumah ini kalau telat."Ucap Susi

" Terima kasih mbak Susi, boleh aku bantu masaknya." Ijin Aisyah.

" Boleh, kamu bantu ngupas, nyuci sayur ya."Kata Susi, biasanya dia sendiri atau di bantu mbak Romlah kalau masak.

"Kamu tidak istirahat saja dulu, pasti capek banget, hari ini pasti banyak kegiatan." kata Susi.

"Tidak apa apa mbak, tidak enak, kalau diam disini terus."Jawab Aisyah.

"Ya sudah ayo kita ke dapur." Susi mengajak Aisyah ke dapur dan mereka mulai menyiapkan semua bahan bahan serta sayurnya.

Dona baru pulang setelah magrib, bersama brondong yang ada di pemakaman tadi.

Dona melihat Aisyah baru keluar dari dapur.

" Hei kamu, bawa koper Reno ke kamarku, dan keluarkan semua barang barang Arman!" Perintah Dona pada Aisyah.

"Tapi ma."

" Apa kamu bilang ma, sejak kapan gue jadi mama lo, dengar ya, panggil nyonya, kalau masih mau tinggal di sini, dan lakukan tugas lo." ketus Dona, dia kembali duduk di sofa bermesraan dengan Reno.

"Astagfirullah nyonya, tuan Arman baru saja di makamkan, dan kuburannya masih basah, anda sudah membawa lelaki pulang ke rumah, masa idah wanita yang di tinggal meninggal suaminya itu adalah 130 hari atau 4 bulan 10 hari nyonya." Aisyah mengingatkan mertuanya itu.

" Halah, jangan sok suci dan sok tahu lo, mending cepat lakukan saja perintah gue tadi, minta bantuan Minah atau Romlah sana, cepat, pakai ceramah segala."Dengus Dona.

Aisyah mengambil Koper Reno kemudian di bantu Romlah melaksanakan perintah dari Dona.

Sementara Dona dan Reno, menikmati makan malam mereka. Tak lama kemudian Dirga juga pulang membawa Oliv.

" Malam ma."

" malam tante."

Sapa Dirga dan Olive bersamaan, mereka ikut bergabung dengan Dona disana.

" Eh Dirga, bilangin le Istri kampungan kamu itu, untuk tahu sopan santun, enak saja panggil mama dengan sebutan mama, pakai ceramah pula, beri dia pelajaran supaya tidan ngelunjak." Ucap Dona dengan kesal.

" Tenang ma, tadi Dirga sudah jelaskan dimana tempat dan statusnya di rumah ini, derajatnya tidak lebih tinggi dari para pembantu di rumah ini, dan kalau masih mau tinggal di sini ya harus mengerjakan semua pekerjaan disini, tanpa di bayar, Dirga sudah membayarnya di muka tadi pagi, kalau mau duit biar dia cari sendiri di luar sana, ogah Dirga mengeluarkan uang untuk perempuan udik seperti dia, mau sok jadi putri Cinderella, disini bukan tempatnya." Jawab Dirga.

" Bagus itu mama suka ide kamu, atau ceraikan saja dia biar jadi janda sekalian." Imbuh Dona.

" Belum waktunya ma, enak banget langsung di ceraikan, kita harus memanfaatkan dia dulu, ambil keuntungan yang banyak, baru kita buang dia ke tempat semula papa memungutnya."Jawab Dirga.

Laki laki tak berperasaan, dan kejam.

Aisyah mendengar semua pembicaraan mereka dari dekat dapur ,dia dan Romlah baru saja membereskan kamar Dona.

Aisyah mengelus dadanya yang sesak.

"astaghfirullah, ya Allah lindungi hamba dari keluarga tak beradab ini, kuatkanlah hamba ya Allah."Ucap Aisyah di dalam hati. Dia akan. bertahan dan akan keluar dari rumah ini dengan terhormat dan berjanji dalam hati, akan menjaga nama baiknya.

Aisyah segera pergi ke belakang sebelum ada tugas baru yang tidak semestinya.

Tapi yang dia harapkan tidak sesuai dengan keinginannya, Dirga memanggilnya ke depan.

" Ais, tuan muda memanggil kamu, tapi kuatkan hati dan mata kamu ya." Susi mengingatkan padanya untuk kuat.

" Iya mbak, terima kasih."

Dengan langkah gontai Aisyah menemui Dirga yang bercumbu dengan Oliv di ruang keluarga.

"ehm ada yang bisa saya bantu tuan muda?"tanya Aisyah dengan perasaan jengkel, pemandangan di depannya itu sungguh mengotori matanya.

" Lelet banget jadi orang, memang sama ayah lo tidak pernah di beri makan." Keluh Dirga

" Maaf, ada tugas apa ya, sehingga memanggil saya." jawab Aisyah tanpa mempedulikan kemarahan Dirga.

" Sialan, perlu de beri pelajaran lo ya." Dirga mendekati Aisyah dan menamparnya dengan keras, serta menjambak, jilbab yang Asiyah kenakan.

" Bawa barang barang Oliv ke kamar gue, karena mulai sekarang, dia akan tinggal disini dan sekamar dengan gue faham, karena hanya dia yang pantas jadi nyonya di rumah ini, bukan perempuan kumal seperti lo." Ucap Dirga dengan geram matanya melotot memperhatikan Aisyah.