Hai, kenalin! Ini adalah novel gue yang bakal ngajak kalian semua ke dunia yang beda dari biasanya. Ceritanya tentang Lila, seorang cewek indigo yang punya kemampuan buat liat dan ngerasain hal-hal yang nggak bisa dilihat orang lain. Tapi, jangan mikir ini cuma cerita horor biasa, ya!Lila ini kerja di kota besar sebagai jurnalis, sambil terus nyoba buat hidup normal. Sayangnya, dunia gaib nggak pernah jauh dari dia. Dari gedung-gedung angker sampai pesan misterius, Lila selalu ketarik ke hal-hal aneh yang bikin bulu kuduk merinding. Di tengah kesibukannya ngeliput berita, Lila malah makin dalam terlibat dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang seolah ‘nungguin’ dia buat ngungkap rahasia besar.Penasaran gimana dia bakal hadapin semuanya? Yuk, ikutin terus perjalanan Lila di "Bayangan di Kota: Kisah Gadis Indigo". Siap-siap deh, karena lo bakal nemuin banyak misteri, ketegangan, dan sentuhan supranatural yang bikin lo nggak bisa berhenti baca!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hansen Jonathan Simanjuntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Bayangan di Balik Kegelapan (Bagian 3)
Setelah kejadian di gedung tua itu, suasana kantor berubah total. Biasanya ruangan kerja yang rame dengan suara tawa dan obrolan receh sekarang jadi lebih sunyi dan penuh ketegangan. Semua orang kayak ngerasa ada sesuatu yang nggak beres. Dan memang benar, hal-hal aneh mulai terjadi.
Lila duduk di meja kerjanya, matanya menatap kosong layar laptop yang nggak banyak berubah dari tadi pagi. Dia berusaha fokus ngetik laporan, tapi pikirannya terus dibayangi bayangan hitam yang mereka liat di gedung tua itu. Setiap kali dia mengingat kejadian itu, jantungnya berdebar kencang, bikin dia sulit bernapas.
Rina yang duduk di sebelahnya juga kelihatan nggak fokus. Matanya sering melirik ke arah Lila, jelas dia masih khawatir sama kondisi temannya itu. “Lil, lo nggak apa-apa, kan? Kalau lo masih ngerasa nggak enak, nggak apa-apa izin aja dulu,” kata Rina, suaranya pelan.
Lila tersenyum kecil, tapi senyum itu nggak sampai ke matanya. “Gue nggak apa-apa, Rin. Gue cuma... nggak bisa berhenti mikirin kejadian kemarin.”
Rina mengangguk, tapi raut wajahnya tetap cemas. “Gue juga, Lil. Gue nggak bisa ngelupain bayangan hitam itu. Rasanya kayak mereka masih ngikutin kita sampai sekarang.”
Suasana kantor yang biasanya bikin mereka nyaman sekarang jadi terasa asing dan dingin. Lila ngerasain ada yang berbeda. Lampu-lampu kantor terasa lebih redup, suara-suara dari ruangan lain terdengar samar-samar, dan udara di sekitarnya terasa berat. Dia mencoba mengabaikan perasaannya itu, tapi semakin hari, semakin sulit untuk nggak ngerasa ada yang salah.
Pak Anton keluar dari ruangannya dengan wajah serius, sesuatu yang jarang dia tunjukin ke anak buahnya. “Lila, Rina, bisa ke ruangan saya sebentar?”
Mereka berdua langsung berdiri dan ngikutin Pak Anton masuk ke ruangannya. Begitu mereka masuk, Lila langsung ngerasa ada aura tegang di sana. Pak Anton duduk di kursinya, dan Rina langsung duduk di sebelah Lila.
“Ada yang mau saya omongin sama kalian,” kata Pak Anton sambil melipat tangannya di atas meja. “Setelah kejadian di gedung tua itu, saya udah laporan ke atasan, dan mereka setuju buat ngadain investigasi lebih lanjut. Tapi, gue harus jujur sama kalian, ini bukan cuma soal investigasi biasa.”
Lila dan Rina saling melirik. “Maksud Bapak?” tanya Lila.
“Ini soal keselamatan kalian. Setelah kejadian kemarin, ada hal-hal aneh yang mulai muncul, nggak cuma di gedung itu, tapi juga di sekitar kantor kita. Gue nggak mau ambil risiko, jadi gue bakal ngasih pilihan ke kalian buat ngelanjutin ini atau nggak.”
Rina langsung merespon, “Jadi maksud Bapak, kita bisa mundur kalau kita mau?”
Pak Anton mengangguk. “Iya, karena ini bisa berbahaya. Gue udah denger cerita dari beberapa orang yang terlibat dalam kasus serupa. Mereka bilang, setelah mereka terlibat terlalu dalam, hal-hal aneh mulai terjadi di hidup mereka, dan nggak semua orang bisa keluar dari situ dengan selamat.”
Lila ngerasain tenggorokannya kering. Dia udah ngerasain ada sesuatu yang nggak beres dari awal, tapi sekarang, denger penjelasan Pak Anton bikin dia makin yakin kalau ini bukan cuma soal pekerjaan biasa. Ini lebih dari itu, lebih gelap dan lebih berbahaya.
“Gue nggak mau kalian ngerasa dipaksa. Kalau kalian mau mundur, gue bakal hormatin keputusan kalian,” lanjut Pak Anton.
Lila diem sebentar, mencoba ngerasain apa yang ada di hatinya. Bagian dari dirinya pengen berhenti, ninggalin semua ini, dan balik ke kehidupan normal. Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang bilang kalau dia nggak bisa ninggalin ini begitu aja. Ada sesuatu yang harus dia hadapi, sesuatu yang lebih besar dari sekadar liputan biasa.
Akhirnya, dia mengangkat wajahnya dan ngelihat ke arah Pak Anton. “Gue nggak bisa mundur, Pak. Gue harus tau apa yang sebenarnya terjadi. Ini udah terlalu jauh, dan gue nggak bisa lari.”
Rina kaget denger jawaban Lila. “Lil, lo yakin? Gue nggak mau lo kenapa-kenapa.”
Lila tersenyum tipis. “Gue tau, Rin. Tapi gue ngerasa ini sesuatu yang harus gue hadapi. Kalau gue mundur sekarang, gue nggak akan pernah bisa tenang.”
Pak Anton mengangguk pelan, seolah ngerti apa yang dirasain Lila. “Oke, kalau itu keputusan lo. Gue bakal tetap dampingin kalian, tapi kita harus siap buat apapun yang bakal terjadi.”
...****************...
Malam itu, Lila nggak bisa tidur. Dia berusaha memejamkan mata, tapi setiap kali dia nyoba tidur, bayangan hitam itu selalu muncul. Bukan cuma dalam mimpi, tapi seolah dia bisa ngerasain keberadaannya di dalam kamar. Dia mulai mikir kalau keputusan buat ngelanjutin ini mungkin adalah kesalahan, tapi sekarang udah nggak ada jalan mundur.
Sekitar tengah malam, suara pintu kamar kosan Lila tiba-tiba terdengar kayak ada yang ngetok. Pelan tapi jelas. Lila langsung kebangun dan merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Dengan napas tertahan, dia pelan-pelan bangun dari tempat tidur dan mendekati pintu.
“Siapa?” tanyanya, suaranya gemetar.
Nggak ada jawaban. Hanya keheningan yang makin menambah suasana seram. Lila berdiri di depan pintu, ngerasain aura aneh yang kayaknya bukan berasal dari dunia ini.
Dia pelan-pelan ngebuka pintu, berharap itu cuma angin atau suara dari kamar sebelah. Tapi saat pintu terbuka, nggak ada siapa-siapa di luar. Hanya lorong kosong yang remang-remang dengan lampu-lampu yang berkelip pelan. Tapi Lila tahu, ada sesuatu yang salah.
Dia mulai merinding, bulu kuduknya berdiri. Entah kenapa, dia bisa ngerasain kehadiran sesuatu yang nggak kelihatan. Sesuatu yang kayaknya lagi ngintai dia dari kejauhan. Dengan cepat, dia tutup pintu lagi dan menguncinya.
Lila balik ke tempat tidur, tapi matanya nggak bisa lepas dari pintu. Ada rasa takut yang nggak biasa, kayak ada yang ngikutin dia sejak kejadian di gedung tua itu. Sekarang dia mulai ngerti kenapa Pak Anton ngasih mereka pilihan buat mundur. Tapi seperti yang dia bilang, sekarang udah terlalu jauh buat balik.
Dia berusaha tidur lagi, tapi suara langkah kaki dari luar pintu tiba-tiba terdengar. Kali ini lebih jelas, lebih nyata. Lila menahan napas, berusaha dengerin suara itu. Ada seseorang—atau sesuatu—yang berjalan pelan di depan kamarnya.
Dengan tubuh gemetar, Lila ngambil ponsel dari meja samping tempat tidur, siap buat ngontak Rina atau Pak Anton kalau ada sesuatu yang nggak beres. Tapi sebelum dia sempat ngetik pesan, suara langkah kaki itu berhenti tepat di depan pintunya.
Lila menahan napas, takut bergerak sedikit pun. Dia bisa ngerasain sesuatu di luar sana, sesuatu yang nggak seharusnya ada di dunia ini. Dan untuk beberapa saat, hanya ada keheningan.
Lalu, dengan sangat pelan, suara napas berat terdengar dari balik pintu. Sesuatu—atau seseorang—berdiri di sana, cuma terpisah pintu tipis dari dirinya. Lila menahan teriakannya, mencoba tetap tenang.
Tapi suara napas itu makin kencang, makin mendesak. Dan tiba-tiba, pintu kamar mulai bergetar, seolah ada yang mencoba membukanya.
Lila nggak bisa nahan lagi. dia langsung merasakan ketegangan di tubuhnya makin kuat. Pintu terus bergetar, dan suara napas itu makin jelas, makin dekat.
Lila duduk di atas tempat tidur, matanya nggak bisa lepas dari pintu yang sekarang mulai terlihat retakan kecil. Dia nggak tahu apa yang ada di balik pintu itu, tapi dia tahu satu hal: ini adalah awal dari mimpi buruk yang lebih nyata dari apapun yang pernah dia bayangkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
SUASANA KANTOR YANG BERUBAH TOTAL GUYS