Season 1~
Seorang wanita yang dikhianati sang suami. Memiliki wanita kedua dalam hatinya. Membagi cinta dan kasih sayang.
Akankah dua cinta dalam satu hati akan bertahan?
Dendam, penghianatan dan penyesalan.
Kisah masa lalu yang selalu mengiringi perjalanan hidupnya.
Pemeran utama bukan wanita lemah. Dia licik dan tak berperasaan.
Kimberly lebih mengerikan dari yang di ketahui orang. Bahkan suaminya sendiri.
Ia seperti malaikat maut berwajah polos yang memegang senjata api di balik punggungnya.
Akankah takdir membuatnya bertahan atau melepaskan?! Lalu akankah ia menemukan kebahagiaan setelah melewati hujan badai?!
🌸
Season 2~
Setelah merasakan pengkhianatan mantan suaminya, Kim merasakan hatinya beku.
Sikapnya semakin dingin dan tak tersentuh.
Namun lelaki tak tahu malu itu mampu mengetarkan sudut hatinya yang kosong.
“Oh Mr Mafia.”
Akankah Kimberly berbahagia setelah ini ataukah kisah Wanita Kedua akan terulang kembali?!
Alur lambat,santai, tidak buru-buru! Yang suka cerita dengan ritme cepat, cerita ini bukan pilihan. Namun kalian bisa coba baca aja dulu, siapa tau malah ketagihan ✌😂
Follow IG me @mhemeyyy_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Kedua 30
Follow IG me @mhemeyyy
⤵
Keadaan Alex sudah berangsur membaik, namun ia masih belum pergi ke perusahaan.
Alex dan Abi sedang berada di ruang kerja membahas tentang masalah yang tengah terjadi.
Terlihat sekali bahwa Alex tengah menahan amarah yang ingin segera di luapkan.
"Apa saja yang kau lakukan Abi, menangani masalah seperti ini saja tidak bisa!" marah Alex berteriak pada sang asisten.
"Ini sudah di usahakan Tuan."
"Saham perusahaan setiap harinya menurun, mengurus ini juga kau tak bisa?"
"Kami sudah berusaha."
"Tidak berguna!"
Abi hanya diam menerima kemarahan dari Alex. Terlihat sekali wajah yang dulunya selalu berseri-seri kini menjadi seperti orang tertekan.
Bagaimana tidak, hidupnya di penuhi masalah setelah skandalnya mencuat. Setiap hari ia selalu di hantam masalah yang silih berganti.
"Argh, shit!"
"Siapa sebenarnya orang yang dengan terang-terangan menyerang ku saat keadaanku seperti ini."
"Di pastikan bukan orang sembarangan Tuan."
Itu sudah jelas sekali, siapa orang yang berani menentang Greyson Group's kecuali istrinya sendiri.
Kekuasaan Kim di atas Alex tentu saja. Namun lelaki itu tak sampai berpikir ke sana.
Pencapaian dan keberhasilan yang membuat Alex lupa kalau dia memiliki istri yang lebih hebat darinya.
"Dalam satu minggu ini kau harus bisa membuat harga saham stabil atau Greyson the end, kau tahu kalau sampai itu terjadi Papa akan benar-benar membunuhku."
"Ternyata anda masih memiliki rasa takut terhadap Tuan besar." ucap Abi mencibir Alex.
"Tentu saja, itu perusahaan turun temurun. Dan sangat lucu kalau sampai perusahaan bangkrut di tanganku."
"Anda bisa meminta tolong Nyonya." saran Abi untuk yang kedua kalinya.
"Kau pikir Kim akan membantuku setelah semua yang terjadi?!"
"Anda belum mencoba."
"Tidak untuk sekarang."
Abi terus memprovokasi Alex dalam setiap ucapannya.
"Menunggu Greyson kritis?"
"Diam lah, sejak kapan kau menjadi lancang, Abi!" marah Alex menatap tajam ke arah asistennya.
"Maaf! Saya hanya memberi saran."
"Saran mu di tolak!"
Setelah berdebat dengan Abi, Alex memilih istirahat. Ia ingin segera benar-benar sehat agar bisa segera menangani masalah yang tengah terjadi. Kakinya sudah pulih dan ia sudah bisa berjalan dengan normal, namun tangan kirinya masih belum sembuh betul.
Suara deringan ponsel membuatnya kembali membuka mata.
Tangannya meraih ponsel yang ada di atas meja.
Panggilan tersambung...
"Hiks, hiks, hiks!" bukan sambutan, namun suara tangisan yang terdengar.
"Hey, ada apa denganmu?"
"Aku ingin pindah, aku sudah tidak mau tinggal disini lagi."
"Ada apa?"
"Mereka semua membicarakan ku, menghinaku bahkan untuk sekedar keluar rumah saja aku tak bisa."
"Lalu kau mau pindah kemana?"
"Aku mau tinggal bersamamu saja."
"Kau gila, istriku tak akan setuju. Aku akan membelikan mu mansion."
"Tidak mau, aku mau bersamamu saja."
Alex memijat pelipisnya, apa lagi ini.
"Apa sebenarnya yang terjadi?!"
"Semua orang di sini sudah membicarakan ku karena berita sialan itu, kau tahu bahkan Velyn juga enggan berangkat ke sekolah karena di ejek oleh teman sekolahnya. Aku malu, Alex." terdengar suara geraman tertahan.
"Aku akan memberikanmu mansion dan kau bisa memindahkan sekolah Velyn di tempat anak-anakku." masih tidak mempan dengan rengekan Viola yang
tetap bersikeras ingin tinggal di mansion Dimitry.
Bukan karena apa-apa, tapi Alex tidak ingin hubungan kedua istrinya semakin memburuk. Kim yang keras kepala dan Viola yang manja, itu adalah ide yang buruk.
"Tidak mau! Aku mau tinggal bersamamu dan juga istrimu. Aku juga istrimu, Alex!" nada suara Viola sudah naik.
Panggilan terputus...
Alex pusing, tak ingin memikirkannya, ia langsung menutup panggilan sepihak. Ia sedang tidak dalam mode bisa menuruti keinginan wanita itu.
Ia membuang ponselnya ke arah ranjang, nafasnya memburu, kepalanya benar-benar terasa ingin pecah saat ini.
***
Sedangkan di sisi lain, Viola yang di abaikan oleh Alex semakin marah dan tak terkendali.
Ini hampir satu bulan dan berita itu tak kunjung mereda, bahkan semakin gencar.
"Sialan!" umpatnya sambil melempar ponsel.
"Kenapa?!"
"Alex memutus panggilan tanpa menjawabku... Aku muak dengan berita-berita itu, Argh!" emosi Viola tak terkendali.
Mengingat cercaan semua orang terhadap dirinya, bahkan anaknya harus ikut menanggung kesalahan mereka berdua.
Bahkan hanya untuk sekedar menghirup udara segar di depan rumahnya sendiri seakan ia tak bisa. Banyak tetangga yang tak menyangka di balik wajah polos Viola ternyata dia adalah wanita simpanan.
Ada sedikit rasa khawatir di benak Livy, Ibunya. Akhir-akhir ini emosi Viola sering meledak-ledak. Tak jarang juga ia menangis ketika membaca komentar dari akun-akun gosip yang semua isinya adalah kutukan.
Setiap malam anaknya harus mengkonsumsi obat tidur hanya agar bisa tertidur dengan tenang.
"Sudah ya, nanti kita pikirkan lagi caranya." Livy mencoba menenangkan Viola agar tak sampai menghancurkan isi rumah ini lagi seperti sebelumnya.
"Aku sangat mencintai Alex, sangat besar."
***
Suasana meja makan kali ini ramai karena saat Kim dan anak-anak baru mulai makan malam, Alex tiba-tiba datang. Alhasil kini mereka semua berada di satu meja yang sama. Namun Kim hanya peduli terhadap piring kedua anaknya, mengabaikan Alex yang masih diam tak bergerak.
"Ambilkan makanan!" ucap Alex membuat ketiganya menoleh.
Kim hanya mengangkat bahunya acuh. Sedangkan Kia langsung menjawab dengan tegas.
"Daddy punya tangan, bisa ambil sendiri. Dad juga bukan lagi anak kecil."
Ucapan Kia membuat Alex menatap anaknya tajam, namun bukan takut yang di perlihatkan oleh anak perempuan itu, ia seolah menantang Alex dengan balas menatap tajam padanya.
"Sejak kapan kau bisa menjawab, Kiana?!"
"Sejak Dad berbuat jahat pada Mommy!" tak ada takut sedikitpun, Kia dengan tenang membalas setiap perkataan Alex.
"Kau keterlaluan, Kim!" bentak Alex beralih menatap Kim yang masih melanjutkan makan.
Seolah ia tak terpengaruh dengan berdebatan antara ayah dan anak tersebut.
"Dad jahat!" teriak Kalvin yang langsung turun dan meninggalkan meja makan. Anak itu masih terlalu labil, berbeda Kia yang masih tetap tenang. Walaupun terkadang pemikiran mereka terlihat dewasa, namun mereka tetaplah masih anak-anak.
"Kenapa kau berubah Dad? Karena kau sudah mempunyai anak dari wanita lain kau tak menyayangi kami lagi? Anak dari wanita yang membuat Mommy dan Daddy bertengkar."
Alex semakin emosi ketika anaknya mengungkit masalah yang seharusnya bukan batasannya. Apalagi menjelekkan tentang anaknya yang lain. Bagi Alex mereka semua adalah anaknya, darah dagingnya. Tak perduli itu baik dari Kim atau Viola.
"Jaga bicaramu Kiana, sejak kapan kau menjadi anak kurang ajar?!" nada suara Alex sudah naik menjadi lima oktaf.
Wajahnya memerah dengan sorot mata yang semakin menajam menatap Kia.
Namun sekali lagi, Kia bahkan tak gentar. Tatapan mata ayah dan anak itu seolah mengisyaratkan permusuhan.
"Bukankah sikap orang tua akan menurun pada anaknya? Mungkin saja Kia belajar itu dari Daddy." jawab Kia tak kalah tajam.
"KIANA!" Alex sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi, ia berteriak di hadapan putrinya. Hal yang selama ini tak pernah ia lakukan.
Kim sudah tidak tahan lagi, apalagi melihat Alex yang mulai berteriak di hadapan putrinya membuat tangannya terkepal erat, ia marah.
Brak!
Kim bangun dan menggebrak meja makan tempat beradunya ayah dan anak yang tengah melakukan perang dingin.
Atmosfir di ruang makan tiba-tiba menjadi panas.
"Jangan meninggikan suaramu atau berani berteriak terhadap putriku, Alex!" ucap Kim dingin dengan rahang yang mengeras. "Berani kau melakukan itu sekali lagi, kau akan tahu akibatnya!" ucapan Kim seolah peringatan.
Setelah itu Kim mengajak Kia meninggalkan ruang makan, tentu saja Kim merasakan sakit hati ketika anaknya di perlakukan seperti itu. Selama hidup bahkan Kim tak pernah membentak mereka.
Kia hanyalah seorang anak yang tengah melampiaskan kekecewaannya. Tak seharusnya Alex ikut emosi hanya karena anaknya berbicara tentang kenyataan.
Di kamar Kevan.
Kim menyuruh Malla meninggalkan mereka, ia duduk di sofa bersama kedua anaknya.
"Maafkan Mommy!" nada suara Kim bergetar. Ia bahkan kuat menghadapi kejamnya dunia, namun ia tak akan mampu melihat wajah sedih putra putrinya.
"Dad jahat, Mom!" Kalvin sedikit terisak di bahu Kim. Air mata anak lelaki itu bahkan sudah membasahi baju yang di kenakan Kim.
"Sudah ya, tenang. Lelaki tidak boleh cengeng." Kim mengusap lembut kepala Kalvin, menciumi kelopak mata anaknya agar tak mengeluarkan air mata lagi.
"Aku benci Dad!"
"Stt! Jangan bicara seperti itu. Dad hanya sedang melakukan kesalahan." Kim masih berusaha membujuk anaknya.
Kia yang sedari tadi diam tak menangis atau merengek sedikitpun. Anak perempuan itu hanya diam dan meremas baju tidur Kim dengan erat.
"Ya kesalahan yang menyakiti kita semua, Mom." Kia bersuara, wajahnya sendu.
"Jangan bicara seperti itu Kia, Dad menyayangi kalian."
Kia melepaskan pelukan dan menatap manik mata ibunya. "Kalau Dad menyayangi kami, dia tidak akan mempunyai anak lain selain dengan Mommy. Jangan membelanya Mom, Kia sudah mengerti semuanya." lirih Kia sambil meneteskan air matanya.
Kim semakin tidak tahan melihatnya. Anak yang bahkan jarang menangis harus mengeluarkan air mata yang di sebabkan oleh permasalahan rumah tangga kedua orang tuanya.
"Sudah ya jangan menangis lagi, kalau kalian seperti ini Mom akan tambah bersedih. Kalian hidup Mommy, semangat Mommy. Berbahagialah untuk Mommy." ucap Kim dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Memeluk kedua anaknya dengan sayang. Menumpahkan semua kesakitan yang ia rasakan.
Untuk saat ini saja, biarkan ia dan anak-anak menangis, namun setelah ini tak akan ada air mata lagi.
"Kalian masih punya Mommy, jadi tolong kuatkan Mommy ya."
"Kami mencintai Mom."
Kim mengusap air mata kedua anaknya dan menciumi mereka bergantian. Setelah ini ia akan benar-benar berjanji tak akan ada yang boleh menangis lagi.
"Kia dan Kalvin harus kuat ya, anak-anak Mommy harus jadi yang paling hebat di antara yang terhebat. Mommy selalu bersama kalian, mengerti?" Ucapan Kim di jawab anggukan kepala oleh keduanya.
"Boleh sekali kali Kia memukuli Dad?!" pertanyaan Kia membuat Kim tersentak kaget, namun kemudian ia tersenyum pada anaknya.
"Boleh, bukankah kalian baru saja belajar jurus-jurus baru? Kalian bisa praktekan untuk Dad."
"Yeah! Thank you Mommy."
🌸🌸🌸🌸🌸
JANGAN LUPA LIKE • KOMENT • DAN BERIKAN VOTE! •