Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Selalu Mendapatkan Sindiran.
"Lalu apa kamu tidak berusaha untuk meluluhkan hatiku?" tanya Nathan yang begitu intens menatap Nasya sampai membuat Nasya gugup dengan kesulitan menelan ludah.
"Apa aku belum meluluhkan hati kamu?" Nasya menimpali pertanyaan itu yang membuat Nathan tersenyum dan ingin mencium bibir Nasya.
"Nathan!" suara dari luar ditambah dengan ketukan pintu membuat Nathan tidak jadi melakukan hal itu dan kembali menegakkan posisi berdirinya.
"Ada apa. Mah?" tanya Nathan yang tidak membuka pintu kamar.
"Ayo cepat turun. Mama sudah memaksakan banyak makanan kamu harus makan," ucap Santi.
"Iya-iya," jawab Nathan. Santi juga langsung meninggalkan kamar tersebut.
Nasya terlihat menghela nafas. Dia selalu saja jantungan jika Nathan sudah ingin aneh-aneh kepadanya. Melihat reaksi istrinya seperti itu membuat Nathan tersenyum.
"Kita sekarang sebaiknya turun, sebelum mama semakin marah-marah," ucap Nathan yang membuat Nasya menganggukkan kepala.
Pasangan itu tidak jadi berciuman karena diganggu oleh Santi yang tiba-tiba mengajak untuk makan. Tetapi tidak apa-apa Nasya sepertinya juga lega.
Nasya bersama dengan Nathan yang akhirnya sama-sama turun ke bawah dengan Ibrahim dan Santi yang sudah berada di meja makan. Nathan yang selalu begitu manis kepada Nasya menarik kursi untuk Nasya yang membuat Nasya tersenyum dan lalu duduk.
Santi begitu sangat kesal melihat anaknya seperti melayani seseorang, wajahnya terus saja menatap bengis menantunya itu. Dia merasa putranya telah diambil oleh Nasya yang dijadikan babysitter oleh Nasya dan padahal Nathan saja memang orang yang selalu bersikap baik.
"Nasya ini pertama kali kamu datang ke rumah kami dan juga pertama kali makan di sini. Om sangat berharap jika kamu menyukai makanan yang ada di rumah ini," ucap Ibrahim yang selalu saja ramah.
Nasya menganggukkan kepala dengan memberikan senyumannya yang berusaha untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang ada di rumah itu dan terbiasa dengan suasana rumah itu.
"Dia mana mau memakan makanan yang telah aku masak. Dia hanya menginginkan makanan ibunya. Jadi kamu sekarang tidak menyuruh anak saya untuk menjemput makanan ke rumah kamu?" sindir Santi.
"Ma jangan mulai lagi," tegur Nathan.
"Kamu juga ada di sana dan tahu betapa sakitnya hati Mama karena tingkah wanita itu yang ada saja keinginannya yang tidak menghargai apa yang telah Mama berikan!" tegas Santi dengan menekan suaranya.
"Saya minta maaf tante tentang kejadian waktu itu. Saya tidak terlalu dewasa untuk menghadapi situasi. Saya menyesali semuanya. Saya berharap Tante bisa mengakhiri kesalahpahaman diantara kita berdua," ucap Nasya yang tidak merasa malu harus meminta maaf.
"Kamu pikir semua bisa dilakukan hanya dengan minta maaf saja hah!" sahut Santi.
"Santi sudahlah, kamu jangan membesar-besarkan masalah. Ini meja makan dan tidak baik menciptakan keributan di meja makan. Nasya adalah tamu dan juga menantu di rumah kita. Kamu seharusnya menghargai dia!" tegas Ibrahim.
Santi hanya menahan kekesalan yang mana suami dan anaknya sangat membela Nasya.
"Ayo Nasya kamu nikmati makanan ini dan jangan kamu pikirkan apapun yang dikatakan istri saya," ucap Ibrahim.
Nasya menganggukkan kepala dan Nasya mengambil nasi yang ternyata terlebih dahulu mengambil ke dalam piring Nathan. Melihat hal itu membuat Ibrahim tersenyum. Dia sama seperti orang tua Nasya yang tidak percaya jika hubungan Nasya dan Nathan bisa sebaik itu.
"Kamu mau apa?" tanya Nasya dengan pelan.
"Ayam bakar dan pakai sayur," jawab Nathan. Nasya menganggukkan kepala dan mengambil apa yang diinginkan suaminya.
Nasya juga mengambil ke dalam piringnya nasi dan juga sayur. Nasya sangat menyukai sayur sop dan seperti biasa dia akan mengambilnya. Tetapi kembali lagi makanan yang disukainya cukup sangat ribet yang harus memisahkan daun bawangnya.
Nathan tidak berubah yang masih saja harus membantu Nasya melakukan semua itu. Ujung bibir Santi sampai naik ke atas melihat kedua orang tersebut yang seperti tidak menganggap ada orang di meja makan itu.
"Makasih," ucap Nasya dengan tersenyum yang membuat Nathan mengangguk yang pasti juga menatap sang istri begitu sangat dalam.
"Nasya bagaimana apa masakan di rumah yang di cocok dengan lidah kamu?" tanya Ibrahim.
"Iya. Om. Ini benar-benar enak," jawab Nasya.
"Jangan terlalu berlebihan, jangan kamu pikir, kamu memuji masakan saya dan saya lupa dengan kejadian itu," sahut Santi yang terus saja menyindir Nasya.
"Kamu jangan mulai lagi!" tegur Ibrahim kembali.
Akhirnya mereka melanjutkan makan mereka.
**
Nasya cukup berusaha untuk bersosialisasi di rumah Nathan, iya tahu bahwa Santi tidak menyukainya dan Nasya berusaha untuk sabar menghadapi Santi yang terus saja memberikan sindiran kepadanya. Nasya adalah wanita yang keras kepala dan orangnya tidak sabaran dan ternyata pengaruh Nathan yang sangat baik dan lembut kepadanya membuat dia bisa mengontrol diri.
Nathan mengatakan kepadanya jika kita terus bersikap baik maka orang yang akan berusaha untuk membuat kita bersikap jahat dan itu tidak akan bisa terjadi justru dia yang akan lunak. Apa yang dikatakan suaminya merupakan gambaran antara dia dan Nathan.
Nasya yang terus aja berusaha untuk membuat Nathan semakin kesal kepadanya dan dibalas Nathan dengan penuh ketulusan yang akhirnya Nasya juga yang luluh pada Nathan.
Jadi Nasya mengikuti saran suaminya untuk menghadapi Santi dan Nasya tidak menghadapi Santi. Maka kapan lagi dia bisa dekat dengan ibu mertuanya itu.
Seperti sekarang ini Nasya yang berada di dapur yang terlihat menyiapkan sarapan untuk Nathan.
"Hati-hati jika memakai barang-barang perabotan saya di dapur?" tiba-tiba Nasya mendengar suara itu.
"Saya akan hati-hati Tante. Jangan terlalu kawatir," ucap Nasya.
"Asal benar saja," sahut Santi.
Nasya menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan yang melanjutkan kembali membuat sarapan untuk suaminya dan Santi juga terlihat melakukan sesuatu.
"Saya tidak tahu apa yang membuat Tante sampai saat ini tidak bisa menerima saya," ucap Nasya yang memberanikan diri untuk bertanya.
"Kamu masih bertanya kepada saya dan seharusnya kamu sadar kesalahan apa yang telah kamu lakukan. Kamu sudah mencuri kehidupan anak saya dan sekarang kamu sudah sembuh. Kamu malah tetap bersamanya dan bukannya mengakhiri semuanya," ucap Santi.
"Apa alasan saya harus mengakhiri semuanya. Bukankah Nathan sudah mengatakan jika pernikahan kami bukanlah kesepakatan yang harus memiliki batas waktu. Saya tahu jika sikap saya sudah membuat Tante begitu marah," ucap Nasya.
"Tetapi saya juga sangat marah dengan semua keadaan yang saya dapatkan dan saya juga begitu marah dengan Tante," sahut Nasya.
"Kenapa kamu marah pada saya hah! Saya sudah bertanggung jawab penuh kepada kamu dan bahkan mengorbankan anak saya untuk kamu," sahut Santi yang sejak tadi mereka berdua berbicara saling membelakangi.
"Tante melakukan semua itu karena hanya tidak ingin Nathan dipenjara. Saya mendengarkan semua pembicaraan Tante dan Nathan dan apakah saya tidak boleh marah dengan semua itu?" tanya Nasya yang membuat Santi membalikkan tubuh.
"Jadi itu yang membuat kamu setuju untuk menikah dengan Nathan walau dengan kondisi kamu yang baru di tinggal calon suami kamu?" tanya Santi.
Nasya membalikkan tubuhnya.
"Iya. Saya tidak bisa terima orang yang sudah membuat saya kehilangan banyak hal dan kemudian di permainkan dan bukankah sangat wajar jika saya melakukan hal itu dan harus mengambil tindakan seperti itu," ucap Nasya yang membuat Santi terdiam.
Bersambung.....