* Mohon bijak memberi bintang 🌟!!! Jika tidak berkenan dengan cerita ini,,, silahkan langsung di tinggalkan.... tanpa perlu berkomentar yang menyakitkan...
Kusumaningtyas seorang gadis Kalimantan yang di nikahi Bayu wicaksono 1,5 tahun yang lalu. Pernikahan bahagia yang di impikan ternyata malah menjadi petaka baginya. Berharap suami yang menjadi pelindungnya ternyata justru malah menghancurkannya. Memiliki suami yang tukang selingkuh.
Membuat Ningtyas merasa di uji kesabarannya. Nafkah yang seharusnya di berikan ke istrinya ternyata malah di kuasai oleh ibunya. Ningtyas selalu di Hina jadi Benalu di keluarga itu. Padahal Ningtyas merasa dirinya tidak pernah menuntut apapun sama Bayu. Berapapun nafkah yang Bayu kasi dia tidak pernah protes. Ningtyas di perlakukan seperti Babu di rumah mertuanya. Mampukah Ningtyas melewati cobaan demi cobaan yang dia hadapi? atau kah Ningtyas memilih pulang ke Kalimantan dan berkumpul bersama orang tua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35.
Setelah ngobrol cukup lama, mba Ayu pun pamit pulang..
"Yu, pesan aku kamu kayaknya harus berhati-hati sama Susi deh. Sepertinya kejadian yang menimpa Ningtyas itu memang sudah di rencanakan oleh Susi. Dia itu terlalu terobsesi sama kamu. apa lagi kamu juga sempat menjalin hubungan sama dia. itu semakin membuat dia hilang kendali. Ya sudah itu saja pesan ku. aku pamit pulang dulu ya, kamu hati-hati jaga Ningtyas. kalo ada apa-apa jangan lupa hubungi aku". pesan mba Susi sebelum pergi sambil menepuk pundak Bayu dan melangkah keluar..
Usai kepergian mba Ayu, Bayu pun mendekati Ningtyas dan menyampaikan Niatnya yang sempat dia bicarakan tadi sama Mba Ayu. "Mungkin mba Ayu benar, setelah Ningtyas sadar aku harus mulai mencari tempat tinggal sendiri. sudah saatnya aku mandiri. dan untuk urusan ibu, nanti ku serahkan saja sama Bapak ". Gumam Bayu.
setelah Bayu mengajak Ningtyas ngobrol sebentar dia pun berbaring di Sofa yang berada di ruang itu untuk meluruskan tubuh. Baru saja matanya akan terpejam, terdengar seperti suara orang sedang merintih. Tiba-tiba bulu saja kunduknya berdiri. apalagi saat ini dia sedang berada di tempat yang sepi, sehinggamembuatnya merinding.
"Aduh ada suara apa lagi itu? masak iya di siang bolong kayak gini ada hantu sih"!!!! gumamnya sambil bergidik.
ketika dia akan bangkit, tak sengaja matanya melirik ke atas bangkar. di lihatnya jari Ningtyas sepertinya bergerak. dengan cepat dia berdiri dan menghampiri ranjang Ningtyas. Di seutuhnya jari itu ternyata memang bergerak." Ning, kamu sudah sadar"!!! ucapnya menggebu.
Dengan perlahan Ningtyas membuka mata yang terasa sedikit silau. Dan orang yang pertama dia lihat adalah suaminya, Bayu. Ningtyas mengerjapkan mata berulang-ulang kali untuk menyesuaikan pantulan cahaya yang masuk ke retina.
"Mas..... A-aku haus". ucapnya terbata...
Dengan gugup dan tidak percaya Atas apa yang dia lihat, membuatnya berdiri matung. tanpa ada inisiatif untuk memanggil perawat.
setelah sekian detik dia tersadar barulah dia keluar mencari suster jaga. Dia pun langsung berlari keluar tidak menggunakan sandal menuju ke ruang perawat. karena saking paniknya dia tidak lagi mengindahkan permintaan Ningtyas. Saking bahagianya dia, sampai lupa jika di dalam ada tombol darurat untuk memanggil perawat.
"Bu, Bu, Bu... i-itu... terdiam sejenak sambil menarik nafas yang tersengal-sengal karena habis berlari... "istri saya sudah sadar". akhirnya ucapan itu bisa lolos dari bibirnya....
" perawat yang ada di ruang jaga mereka tersenyum menahan tawa melihat penampilan Bayu yang acak-acakan. mereka juga saling berbisik.
"Mas bukannya di ruang rawat Bu Ningtyas ada tombol darurat untuk memanggil perawat atau Dokter!!! jadi Bapak tidak perlu berlarian menuju kemari". ucap salah satu perawat, sambil menyiapkan alat untuk memeriksa keadaan Ningtyas.
" Eh iya, saya lupa Bu". ujar Bayu menepuk jidat Menahan malu.
"ya sudah ayo pak, saya periksa dulu keadaan pasiennya". Ajak perawat.
Bayu pun mengekori perawatnya dari belakang menuju ke kamar Ningtyas di rawat.
" Mba nya sudah sadar? gimana apa ada keluhan mba"!!! tanya perawat
"saya haus mba dan masih sedikit pusing".
" Mas bisa tolong mba nya di kasi minum tapi pake sendok sedikit-sedikit ya mas". Perintah perawat.
"Baik mba". Bayu pun segera mengambil minum untuk Ningtyas. dengan telaten dia menyuapi Ningtyas sedikit demi sedikit.
" kalo untuk pusing itu biasa mba, pengaruh dari obat bius paska operasi. ini saya suntik anti alergi ya mba. Soalnya untuk ngecek apa mba punya alergi obat atau tidak".
Perawat pun langsung menyuntikkan obat anti alergi ke tubuh Ningtyas.. "untuk pemeriksaan selanjutnya kita tunggu Dokter ya mba, soalnya saat ini Dokter yang menangani mba sedang melakukan operasi, sambil menunggu ke datangan Dokter mba nya bisa istirahat dulu".
" karena ibu sudah sadar, nanti akan ada perawat yang akan memindahkan ibu ke ruang rawat inap ya". Setelah mengatakan itu perawat pun pamit untuk melanjutkan tugasnya.
Kini tinggal Ningtyas dan Bayu yang berada di ruang tersebut. Dalam keheningan.
"Mas anak kita mana"? tanya Ningtyas dalam keadaan lemah.
Bayu hanya bisa terdiam, bingung harus menjawab apa. Lidahnya terasa kelu. Hatinya bagaikan tercabik-cabik saat teringat bagaimana anaknya menghembuskan nafas terakhir.
" Mas, anak kita baik-baik saja kan? Jawab mas, Kenapa kamu kok diam saja". Bentak Ningtyas.
"Ning, Maafkan Mas yang tidak bisa menjaga anak kita. Dokter juga sudah berusaha semaksimal mungkin. Dokter juga sudah melakukan yang terbaik untuk anak kita, tapi Allah berkehendak lain. Dia lebih sayang sama anak kita". ucap Bayu bergetar, dengan tangan tak Lepas dari tangan Nisa.
"Gak mungkin mas!!! Saat aku kontrol terakhir aku sempat USG, dan Dokter bilang keadaan anak ku baik-baik saja kok mas. jadi gak mungkin dia meninggalkan ku". Ningtyas masih tidak percaya dengan ucapan Bayu.
" Tapi seperti itulah kenyataannya, Ning. anak kita mengalami jantung bocor".
Ya Allah.. kenapa Engkau mengambil anak ku sebelum aku melihat wajahnya ya Allah. kenapa coban ini begitu berat untuk ku lalui ya Allah. Tangis Ningtyas pecah... dengan suara yang terdengar pilu.
"semua ini gara-gara kamu mas, kamu yang sudah membunuh anak kita. kalau saja kamu tidak mengajak jalang mu pulang ke rumah semua ini pasti tidak akan terjadi".
Ningtyas menangis meraung-raung sambil memukul dada Bayu sekuat tenaganya. Sedangkan Bayu berusaha memeluk Ningtyas untuk memberikan ketenangan padanya. Bayu pun menitikkan air mata. Kala melihat orang yang dia cintai begitu terpukul atas kehilangan putra mereka.
Sakit, pilu, itulah yang Bayu rasakan saat ini. penyesalan yang takan pernah bisa dia kembalikan seperti semula.
"sudahlah sayang, mari kita ikhlas kan saja. kita bangun kembali rumah tangga kita yang baru. nanti sepulang dari sini aku akan cari kontrakan yang jauh dari sini. kita akan memulainya dari awal lagi.. aku janji akan bahagiakan kamu".
" kamu pikir akan semudah itu mas, aku gak yakin sama kamu". ucap Ningtyas di sela tangisnya.
"minggir kamu mas, aku ingin istirahat". Ningtyas mendorong Bayu untuk menjauhinya. kemudian dia berbaring memunggungi Bayu.
Bayu pun hanya bisa pasrah, mendapat perlakuan seperti itu dari Ningtyas. Dengan langkah lunglai dia menuju ke sofa. Dan merebahkan tubuhnya. pikirannya kini melang-lang buana entah kemana.
Tapi ada perasaan lega di hati Bayu, karena saat ini Ningtyas sudah sadar dari komanya. walaupun Ningtyas belum bisa memaafkan dan menerima dia seutuhnya, setidaknya dia masih di beri kesempatan untuk memperbaiki semuanya.
Cukup lama Ningtyas mendiamkan Bayu. Kini Bayu pun bangkit dari tidurnya dan menghampiri Ningtyas.
"Ning kamu makan dulu ya. biar aku suapin, sudah satu minggu perut kamu gak kemasukan Nasi". Kamu juga butuh tenaga untuk cepat pulih". bujuk Bayu sambil menyangga piring.
" Gak mas, aku gak lapar". ucap Ningtyas melengos.
"ayo lah Ning, apa kamu tidak ingin cepat sehat".
" Untuk apa aku sehat mas, kalo hanya untuk di siksa oleh ibu dan istri muda mu, paling juga aku hanya di jadikan babu oleh mereka". ucap Ningtyas ketus.
"kamu kok ngomong gitu sih Ning, mulai besok gak akan ada yang akan menjadikan kamu babu lagi Ning, aku janji, ayo makan dulu". Bayu tetap berusaha membujuk Ningtyas.
" sudah ku bilang gak mau ya gak mau, kamu itu tuli atau apa sih"!!! langsung saja Ningtyas menepis piring yang ada di tangan Bayu.
Prang.... .... .
piring pun terhempas jatuh ke lantai, nasi dan pecahan piring Berhamburan. Dengan sabar Bayu membersihkan lantai tersebut.
"kalo tidak mau makan ya sudah, mas gak akan maksa kamu".
Setelah membersihkan lantai Bayu pun membersihkan diri di kamar mandi. Sedang Ningtyas dia menangis tersedu di atas ranjang. Rasa sakit, benci bercampur jadi satu.
up yg banyak ya,,,,😍