Ranti gadis berusia 20 tahun, memiliki otak cerdas dan juga ceplas ceplos ketika sedang berbicara, sejak kecila dia memiliki kehidupan yang sangat tidak beruntung. Karna terlahir dari keluarga amat sangat miskin, bahkan Ranti tidak bisa melanjutkan kuliahnya karna harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, setiap hari Ranti selalu berhayal akan menjadi wanita kaya dan memiliki suami Ceo seperti di novel novel yang ia baca setiap pulang kerja, pasti hidupnya akan sangat bahagia.
Dan apa jadinya jika ternyata hayalan Ranti terwujud, dia masuk ke raga istri Ceo, namun sayangnya dirinya tidak pernah mendapat cinta dari suaminya, karna suaminya yang masih mencintai mendiang kekasihnya.
Apa yang akan di lakukan oleh Ranti, apakah dia akan menyerah ?, atau akan berjuang untuk mendapat cinta suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakiya el Fahira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Suasana di villa saat ini begitu mencekam, para pelayan yang bekerja di villa tidak ada yang berani mengangkat kepalanya, mereka benar benar takut saat melihat amarah yang terpancar dari Tuan Mudanya, yang di sebabkan oleh tidak adanya keberadaan Nona Mudanya di villa, tanpa ada yang tahu kemana Nona Mudanya pergi.
'' Apa kalian sudah bosan hidup ha!! '' bentak William suaranya menggelegar ke seluruh penjuru ruangan.
Dari arah pintu depan terlihat seorang pelayan pria masuk dengan langkah tergesa gesa, tadi dia keluar untuk membeli kebutuhan villa bersama salah seorang pelayan wanita, pelayan pria itu bergegas kembali saat mendengar jika Tuan Muda mereka murka karna tidak menemukan keberadaan Nona Mudanya di villa ataupun sekitar villa.
'' Tuan Muda, maaf, tadi setelah anda pergi, tak berselang lama Nona Muda juga pergi bersama pelayan Laura dengan sepeda, Nona Muda bilang beliau ingin bersepeda di sekitar sini '' ujar pelayan pria memberanikan diri, dia tidak perduli jika sebentar lagi Tuan Mudanya akan murka padanya, karna menurutnya itu jauh lebih baik dari pada para pelayan lainnya yang tidak tahu apa apa, yang terkena amarah Tuan Mudanya.
'' Kenapa kamu membiarkannya dia pergi dengan sepeda ha!!, bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan istriku '' sentak William semakin murka.
Pelayan pria itu hanya bisa menundukkan kepalanya, sembari terus mengucapkan kata maaf pada Tuan Mudanya akan kelalaiannya.
Sedangkan orang yang menjadi penyebab amarah William pada pelayan villa, kini tengah menikmati bermain air di tepian air terjun.
Roseline sebenarnya sangat ingin bermain di bawah air terjun, namun sayangnya dia tidak membawa baju ganti, dan akhirnya Roseline hanya merendam kedua kakinya ke dalam air sungai.
'' Oh ya, gue belum lihat ponsel sama sekali sejak tadi, mana lagi mode silent '' gumam Roseline lalu mengambil ponselnya dari saku celananya, dan alangkah terkejutnya saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari William.
'' Mampus,, pasti ni suami Roseline lagi murka '' gumam Roseline menepuk jidatnya, dan membayangkan William yang sedang murka, pasti sangat menyeramkan.
Roseline lalu memberanikan diri untuk menelfon William, tanpa menunggu suara deringan berkali kali, sambungan telfonnya langsung terhubung dengan William.
'' Dimana kamu?''
Roseline menggigit jarinya, saat mendengar suara dingin William dari sebrang telfon, benar benar menakutkan pikirnya.
'' Aku berkunjung ke rumah Laura '' jawab Roseline.
Tut
Roseline mengerutkan dahinya saat William memutuskan sambungan telfonnya begitu saja.
'' Lah,,, main di matiin aja nih orang '' gerutu Roseline lalu memasukkan kembali ponselnya di saku celananya.
Di villa William segera pergi menyusul Roseline yang katanya berada di rumah Laura, bersama asisten Hans dan juga pelayan senior villa, yang kebetulan tahu dimana alamat rumah Laura.
Dan tak butuh waktu lama kini William dan asisten Hans juga pelayan villa sudah berdiri di depan rumah Laura.
Ceklek
'' Maaf, kalian siapa ?'' tanya Ibu Laura.
'' Maaf, ini Tuan Muda William, beliau majikan Laura '' jawab pelayan pria itu karna melihat William yang hanya diam saja dengan wajah datarnya.
'' Ya Tuhan,,. Maafkan saya Tuan Muda, saya tidak tahu jika anda majikan putri saya '' ujar Ibu Laura merasa tidak enak.
Sedangkan William hanya menganggukkan kepalanya saja.
'' Apakah Tuan Muda mencari Nona Muda?'' tanya Ibu Laura yang di angguki oleh William.
'' Dimana istriku ?''
'' Nona Muda sedang melihat di air terjun, yang terletak di ujung sana bersama Laura '' jawab Ibu Laura sembari menunjuk ke arah dimana air terjun yang di maksudnya berada.
William menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Ibu Laura, dan dia bisa memastikan jika lokasinya pasti tidaklah jauh, apalagi saat melihat sepeda miliknya yang di bawa oleh Roseline berada di rumah Laura, pasti mereka jalan kaki ke sana monolognya.
Akhirnya William, asisten Hans dan pelayan villa berjalan kaki menuju ke lokasi air terjun, mereka bertiga berjalan melwati rumah rumah para penduduk.
Saat di pertengahan jalan William sempat menghentikan langkahnya, saat merasakan seperti ada seseorang yang tengah memperhatikannya, namun saat dia menelisik ke seluruh penjuru tidak menemukan siapa siapa.
'' Tuan, ada apa ?'' tanya asisten Hans.
'' Tidak ada, ayo lanjut jalan '' sahut William melanjutkan kembali langkahnya.
Sedangkan di sebuah rumah kecil, seorang wanita yang duduk di dekat jendela hanya bisa menahan tangis, karna pria yang di cintainya tidak mendengar suaranya yang memanggilnya.
'' Hiks,,, kak William, aku merindukanmu '' isak wanita itu yang tak lain adalah Audrey.
Audrey yang baru siuman pagi tadi setelah koma selama beberapa bulan, membuat tubuhnya masih sangat lemah, bahkan untuk mengeluarkan suaranya saja Audrey harus memakai tenaga.
'' Nak Audrey, kenapa kamu menangis ?'' tanya Bibi Dora yang selama ini merawat Audrey.
Stelah kejadian kapal pesiar yang tenggelam, tubuh Audrey terdampar di tepi pantai yang tak jauh dari rumah Bibi Dora, dan kebetulan saat itu suami Bibi Dora yang hendak pergi nelayan, melihat tubuh Audrey yang mengapung di pinggir perahunya, dan suami Bibi Dora segera memeriksa denyut nadi Audrey yang ternyata masih berdetak, dan suami Bibi Dora segera membawa Audrey pulang ke rumahnya, dan Suami Bibi Dora dan Bibi Dora selalu merawat Audrey yang di nyatakan koma, yang mana membuat William tidak bisa menemukan keberadaan Audrey, di tambah di rumah Bibi Dora sama sekali tidak ada saluran televisi, membuat sepasang suami istri itu tidak tahu jika Audrey adalah salah satu korban kapal pesiar yang kecelakaan. Bukan hanya rumah Bibi Dora saja yang tidak memiliki televisi, tapi semua seluruh penduduk yang tinggal di sana, jadi wajar mereka tidak ada yang tahu berita pencarian Audrey yang menggemparkan seluruh kota.
Sedangkan Roseline yang masih asik duduk di atas batu besar yang berada di tepi sungai terkejut saat melihat William sudah berada di sampingnya.
'' Sejak kapan kamu di sini '' Roseline bergegas berdiri, namun karna batunya sedikit licin membuatnya hampir saja terpeleset jika William tidak segera menariknya ke dalam pelukannya.
'' Sudah puas apa belum mainnya hem,, '' bisik William di telinga Roseline.
Roseline langsung melepaskan dirinya dari pelukan William, suara William benar benar membuat bulu kuduknya merinding.
'' Ayo pulang, lain kali kalau pergi harus bilang dulu, jangan buat orang panik '' cetus William tegas.
'' Iya, ya maaf '' sahit Roseline menundukkan kepalanya, dirinya mengakui kalau disini memang dirinya yang salah, karna tidak bilang mau pergi kemana.
William menghela nafasnya, berusaha menahan rasa amarahnya pada Roseline yang sudah membuatnya panik setengah mati, tapi melihat Roseline yang dalam keadaan baik baik saja itu sudah membuatnya bersyukur.
Kini William dan Roseline pergi meninggalkan lokasi air terjun, begitu juga dengan asisten Hans, Pelayan pria dan Laura mereka mengikuti Tuan Mudanya dan Nona Mudanya dari belakang.
'' Kenapa, tidak mau kembali ke villa ?'' tanya William melihat wajah cemberut Roseline.
Roseline menggelengkan kepalanya. '' Aku capek '' tukas Roseline.
William kembali menghela nafasnya, lalu berjongkok di depan Roseline. '' Ayo naik '' ujar William.
'' Tidak, tidak perlu, aku masih bisa jalan sendiri '' tolak Roseline.
'' Aku tidak suka penolakan '' tukas William datar, dan mau tak mau akhirnya Roseline naik ke punggung kekar William, yang mana membuat pipi Roseline langsung bersemu merah, karna seumur hidunya ini kali pertamanya Roseline yang berjiwa Ranti di gendong oleh pria.
" Anjirr,,, dah, ternyata seperti ini rasanya di gendong sama pria, mana tampan pula, ni punggung juga mana lebar dan kekar banget " batin Roseline terkekeh sendiri.
Tak bohong jika dirinya merasa nyaman berada di atas gendongan William, walaupun di gendong di punggungnya.