NovelToon NovelToon
Desa Terkutuk. Urban Legend

Desa Terkutuk. Urban Legend

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Rumahhantu / Kumpulan Cerita Horror / Desas-desus Villa / Tumbal
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Kumpulan Kisah horor komedi, kisah nyata yang aku alami sendiri dan dari beberapa narasumber orang-orang terdekatku, semuanya aku rangkum dalam sebuah novel.

selamat membaca. Kritik dan saran silahkan tuliskan di kolom komentar. 😘😘😘😘😘😘

Lawor di mulai!!! 😈😈😈😈😈

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Cerita Horor Saat Pramuka

Cerita Singgih.

"Hahhahaha! Tolol." Ledek Utama. "Dasar Penakut, lihat itu cuma musang." Teman-teman yang lain pun tertawa terbahak bahak ke arahku. Setelah puas menertawakan aku. Mereka pun melanjutkan pekerjaan mereka. Aku juga, tapi tetap dengan perasaan was-was dan sesekali melihat ke arah pohon beringin tadi.

   Beberapa menit berlalu, asap dari pembakaran sampah semakin tebal dan pandangan mata semakin terbatas. Suasana menjadi seperti di alam lain. Begitu aneh dan asing. Pohon-pohon beringin dan pohon-pohon Kamboja menjadi seperti bayangan raksasa dengan tangan-tangannya yang mencakar-cakar langit.

   "Kita istirahat sebentar gaes." Kata Bonsai.

   "Kita bakar jagung dulu." Sahut Utama.

   Dan kami pun berkumpul di bawah pohon beringin yang tadi. Perasaanku semakin tidak enak. Suara aneh di atas kepalaku semakin berisik dan mengganggu. Tapi, saat aku melihat ke sana, aku tidak melihat sesuatu yang aneh.

   Beberapa menit kemudian jagung sudah matang. Dan kami mendapat jatah satu-satu, harusnya begitu, tapi... "Heh!! Siapa yang makan jatahku?" Teriak Bonsai.

   "Haa?" Utama yang ada di dekatku berkata. "Apa maksudmu sai?" Sai ya, bukan say. Wkwkwk. "Jagung nya pas sebelas biji."

   "Tapi, aku belum mendapatkan jatahku." Sahut Bonsai.

   "Yang lain pun belum sempat menggigitnya." Seru ku. "Lihat yang lain." Aku mengikuti kata-kata ku sendiri dan menghitung anak-anak yang ada di sana. Satu.. Dua... Tiga... Seterusnya, seterusnya.... Dua belas? Ada dua belas anak? Aku menghitungnya lagi... Dan aku menghitung ada dua belas anak. "Ut.." Aku membisik ke arah Utama. "Coba ingat-ingat berapa jumlah anak yang ikut ke sini."

   "Ada sebelas anak. Lima dari kocek tengah, dua dari kocek utara dan empat dari kocek selatan." Jawab Utama. "Kenapa?"

   "Coba kamu hitung anak-anak yang ada di sini sekarang." Dia menuruti kata-kataku.

   "....las, Dua belas. Lho. Aneh, kok ada dua belas anak?" Kata Utama. Dia menghitung lagi sampai tiga kali. Dan jawabannya tetap sama, ada dua belas anak yang ada di sana. "Nggih, kamu hafal wajah anak-anak yang ikut?"

   "Hafal lah. Tiap hari kita main bareng kan?" Jawabku. "Kenapa?"

   "Coba kamu lihat, perhatikan, dan pastikan. Apakah ada anak yang tidak di kenal? Jangan-jangan seperti kata orang-orang tua jaman dulu, kalau kita ke kuburan dengan jumlah orang ganjil, ada urban Legend kalau kita ada yang 'menjangkepi', atau ada yang ngikutin supaya jumlah kita tidak ganjil."

   Seperti yang di katakan oleh Utama, aku melihat dan memperhatikan setiap wajah yang ada di depanku. Lalu, saat pandanganku tertuju kepada anak paling belakang, aku menyadari kalau sedari tadi dia sedang memperhatikan aku dengn senyuman yang membuat siapapun merinding syahdu.

   Lalu, saat mata kami saling bertatapan, tiba-tiba dia melompat ke atas pohon beringin dan tertawa terbahak bahak di sana. "Bwahahaahaha!!! Bwahahaahaha!!!" Sontak, anak-anak muda-mudi yang ada di kuburan punden itu langsung berlarian.

   "Cabut!!" Teriakku. "Ada setan!!"

   "Anjiiingg!!! Itu Genderuwo!!" Teriak Utama.

   "Sudah aku bilang kan? Dia dari tadi lompat-lompatan di atas pohon beringin itu!!" Seruku.

   Saat kami kalang kabut dan kabur, Genderuwo itu melompat ke atas pohon beringin yang lain. Dia mengejar kami!!

   "Sial!! Dia mengejar kita?!" Teriak Bonsai. Teriakan itu membuat kami semakin panik.

   Di jalan setapak yang menuju ke arah balai RT. Sosok itu masih saja lompat-lompat kesana kemari di belakang kami sambil tertawa terbahak bahak mengejek ke arah kami. Lalu, saat kami sudah menemukan sekumpulan orang dewasa, Genderuwo tadi berhenti mengejar dan menghilang entah kemana.

   Para orang dewasa itu menertawakan cerita kami karena tidak percaya.

Nex

Cerita Siti.

   "Wajah Genderuwo itu seperti apa?" Tanya Udin ke Singgih.

   "Wah, mengerikan deh. Tapi, saat masih berkumpul dengan kami, dia berwujud seperti anak-anak seusia kita. Saat dia sudah melompat ke atas pohon beringin, saat itulah dia berubah menjadi sosoknya yang asli. Wajahnya penuh bulu hitam, dua taring ke arah atas, dan dua taring ke arah bawah. Telinganya besar sekali. Lalu, matanya sangat besar dan menyala merah." Jawab Singgih.

   "Setelah bertemu orang dewasa, dia hilang begitu saja?" Tanga Angga.

   "Iya, tiba-tiba ngilang. Dan begitulah akhir dari ceritaku."

   "Tunggu, tunggu, tunggu. Setelah itu, kalian tidak di tampakin Genderuwo itu lagi?" Tanya Angga, dia masih belum puas mendengar akhir cerita Singgih yang begitu saja.

   "Ada sih, cerita si Utama. Boleh aku ceritakan juga?"

   "Ya iya dong. Biar mirip-mirip podcast misteri yang ada di yutub."

   "Haa?"

   "Sudahlah, ceritakan saja, cepat."

   "Ok, Ok. Aku ceritakan selengkapnya. Aku akan berperan sebagai dia, ok?" Singgih menarik nafas dalam-dalam. Menghembuskannya... Lalu... "Pada jaman dahulu...."

Nex

Cerita Utama Yang Di Ceritakan Oleh Singgih.

   Cih, gara-gara Singgih nih. Pasti nih. Gara-gara dia, aku jadi sering di tampakin setan! Sudah dua kali, pertama kami di kejar oleh orang-orang berwajah pucat. Kemarin lusa, kami di kejar-kejar oleh Genderuwo. Lha sekarang, itu apaan njir?

Saat ini, aku sedang bersama bapakku sehabis dari sungai, untuk melakukan ritual segala umat. Kami pergi ke sungai yang ada di dekat kuburan punden. Karena selain di sana di peruntukan sebagai toilet umum, di sana juga di jadikan kamar mandi umum. Disana di bangun bilik-bilik yang terbuat dari batu bata dan beton. Bilik-bilik itu di bangun sebelum masa kemerdekaan, di bangun oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Awalnya, aku menolak keras saat di ajak ke sana. Karena, ada sungai yang lain yang bisa di gunakan sebagai toilet umum. Tapi, bapakku sangat suka sungai itu. Em, sebut saja sungai itu sebagai sungai cebok.

"Kok ga di sungai yang ada di bawah sih?" Protes ku. "Kok malah ke sungai di dekat kuburan punden?"

"Kalau di sungai cebok, ngeden nya lebih leluasa. Jauh dari pemukiman, malu dong." Sahut bapakku dengan entengnya.

"Lha tapi aku sudah dua kali di kejar demit sat ke kuburan punden."

"Lha, kita kan ga ke kuburan itu, cuma deketnya saja." Kata bapakku. "Sudahlah, nih bawakan obornya. Jangan sampai apinya mati. Korek bapak habis."

Dan saat ini, disinilah aku berada. Di kali cebok, menungguin orang lagi ngising, sambil memegang obor di tangan kananku. Dan tongkat di tangan kiriku. Eh, kebalik. Balim sendiri saja deh, males nulisnya. Sambil melihat ke sekeliling, sambil menikmati aroma taik bapakku yang sedepnya minta ampun.

Suasana begitu menyeramkan, walaupun sebenarnya tempat itu nyaman. Tapi, saat ini sudah jam sebelas malam. Suasana benar-benar tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Begitu gelap sepi. Suara gemuruh air sungai yang terus-menerus tanpa henti sangat memekakkan telinga. Di tambah suara aneh dari pohon bambu yang bergesekan terhembus angin membuat suasana menjadi sangat menyeramkan.

Beberapa menit berlalu. Perutku ikutan mules, aku pun tanpa membuang waktu langsung menuju salah satu bilik yang ada di sebelahnya bapakku. Mulai ngeden, dan...

Pufs...

Api dari obor tiba-tiba padam tertiup angin. Suasana menjadi gelap gulita. Tapi, aku tidak terlalu panik, karena bapakku berada di bilik sebelah.

Aku mempercepat ritual ku. Cebok, lalu.... Astaga, saat aku mau mengambil obor dimana aku menaruhnya tadi. Ternyata obor itu sudah hilang entah kemana!!

"Pak?" Hening, tak ada jawaban. "Pak? Sudah selesai kah eek nya? Obornya hilang." Hening.

Jantungku seketika berhenti berdetak beberapa detik dan Nafasku langsung kembang-kempis saat aku melongok ke bilik dimana bapakku ngising tadi.

Dia sudah tidak ada di sana!!

1
Rani_28
Tumben update lebih dari satu bab?
Rani_28
Seru sih. tapi ga ada line cerita seperti di buku pertamanya. Kasih donk, biar lebih seru.
Ady Irawan: akan di usahakan supaya ada villain nya lagi. 🥲🥲🥲
total 1 replies
Emma Shania
ganti judul
Rani_28
awalan 'su' semua ya namanya? sampe mumett
Ady Irawan: 😅😅wkwkwk
total 1 replies
Hamzink
makanya apa ya?
Hamzink
/Hunger//Hunger//Hunger//Hunger//Hunger//Hunger/
Hamzink
/Speechless//Speechless//Speechless/
Hamzink
seru dan lucu. ga nyangka ada novel yang menarik dari penulis pemula. semangat Thor. 💪💪💪
Hamzink
di samperin orgil. kisah masa kecilku ini bang. /Sob//Sob//Sob/
Hamzink
memberi kodok?/Shy/
Hamzink
astaga. menyumpahi ibunya sendiri. 🥲
Hamzink
wah seru.
Hamzink
ketiak. 🙈
Green Force
sumbermanjing iku wes kecamatan. dudu wilayah seng melok kecamatan.
Ady Irawan: wes tak kek i keterangan boss. 😁
total 1 replies
NiaNii
😐😐
Emma Shania
Ceritanya lucu, ga membosankan. author nya beneran terbuka dengan semua kritikan. semangat Thor. semoga sukses dan menjadi novelis profesional.
Eko Wahyulianto
yang kemrin di hapus. pdahal bgus lho. kenapa bang?
Ady Irawan: ya bang, dapat kritikan. ceritanya terlalu membosankan. jadi aku tulis ulang. 🥲🥲🥲
total 1 replies
Green Force
Woh, arek kuontol, di kongkon moco novel e, sek tas di nikmati malah di hapus. taek koen, awas lek mbok hapus mane.
Ady Irawan: wkwwkkw. woles cak. woles..😂😂😂
total 1 replies
Rani_28
oh. jadi maling obornya Riyono di buku pertama itu si Aditiya ini tah? Aditiya ga pernah sekalipun muncul di buku pertama. apa emang sudah di siapkan dari dulu?
Ady Irawan: wwkwkwk. masih ingat alur ceritanya yak? 😁😁😁
total 1 replies
NiaNii
Duh. bisa bisanya. 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!