Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantarkan Fathan ke sekolah
Hari menunjukan pukul 4 subuh Dyah yang sudah terbiasa bangun untuk melaksanakan shalat tahajud, melanjutkannya dengan membaca Al quran Dyah sudah melakukan kegiatan ini bersama orangtuanya.
Taklama terdengar suara adzan berkumandang Dyah menutup al-qurannya dan membangunkan Fathan.
" Dek bangun sayang sholat dulu setelah itu bersiap ke sekolah" kata Dyah, mengusap kepala adiknya.
Fathan bangun dan mencium pipi Dyah kemudian menuju ke kamar mandi dan bersiap sholat dan sekolah, sambil menunggu adiknya Dyah menuju dapur membantu bi Sumi dan makanan untuk adiknya.
" Oh Dyah kok sudah ada disini bukankah nanti kamu mulai bekerjanya" kata bi Sumi terkejut melihat Dyah di sampingnya.
" Ya bi Dyah ingin membantu bibi sebentar sekaligus menyiapkan makanan untuk Fathan mau ke sekolah" kata Dyah tersenyum.
" Sebaiknya Dyah mempersiapkan makanan untuk Fathan biar bi yang menyiapkan sarapan pagi soalnya tuan dan nyonya tidak suka makan nasi jika pagi" kata Bibi Sumi.
" Baik bi" seru Dyah, memasak nasi goreng untuk adiknya dan membawakannya ke kamarnya.
Kret pintu terbuka Dyah tersenyum melihat Fathan sudah rapi
" Dek ini makanannya kakak mau membersihkan diri dulu" kata Dyah meletakan makanan di atas meja. " Baik kak" seru Fathan makan nasi gorengnya.
Dyah menuju ke kamar mandi memang di kamar para pelayan memiliki kamar mandi tersendiri, agar tidak terganggu dengan yang lain.
Tuan dan nyonya besar sudah berada di ruang makan Bibi meletakan roti bakar yang biasa mereka makan, Nyonya Atika mencium sesuatu yang wangi hingga dia memanggil bi Sumi.
" Bibi" pangggil nyonya Atika. " Ya nya" kata Bibi Sumi menghampiri nyonya besar. " Bibi mencium sesuatu tidak ?" Nyonya Atika.
Bibi Sumi tersenyum karena dia tahu bahwa itu masakan Dyah. " Maaf nya itu wangi nasi goreng tadi Dyah memasaknya untuk adiknya" kata Bibi Sumi.
" Bibi apa masih ada papi rasanya ingin mencobanya, mami" seru tuan Ammar. Bibi menangggukan kepalanya ketika nyonya besar melihatnya.
Dan kebetulan Dyah dan Fathan datang berniat untuk mengantar adiknya ke sekolah.
" Dyah" panggil Bibi Sumi. " Ya bi ada yang bisa Dyah bantu?" Dyah. Bibi Sumi tersenyum.
" Tidak hanya bisa kamu bawakan nasi goreng yang kamu masak tadi, masih ada kan? " Bibi Sumi. " Masih ada Bi Dyah memasaknya banyak, mungkin kalian juga ingin. Dyah akan membawanya" kata Dyah mengerti dari tatapan mereka.
Tuan dan nyonya menikmati nasi goreng yang dibmasak oleh Dyah sampai lupa dengan kebiasaan mereka.
" Bibi Dyah melihat sepeda motor di belakang itu punya siapa bi? " Dyah, tertunduk takut jika bibi Sumi.
" Itu punya pak Dodi tukang kebun disini memangnya untuk apa Dyah bertanya? " Bibi Sumi. " Bi boleh Dyah pinjam, Dyah mau mengantar Fathan ke sekolahnya" kata Dyah dengan semangat.
Tuan, Nyonya dan bibi tersenyum melihatnya sedangkan Fathan hanya berdiri di samping Dyah.
" Boleh pergilah sekarang nanti adikmu telat biar bibi tang bilang ke pak Dodi" kata Bibi Sumi.
" Terima kasih bi" kata Dyah. Kemudian berpamitan untuk mengantar adiknya ke sekolah. Dyah mengantarkan Fathan ke sekolah karena hari sudah menunjukan pukul setengah tujuh karena jarak ke sekolah cukup jauh.
" Papi masakannya enak juga" kata nyonya. " Ya mi rasanya perut papi sudah kenyang" seru tuan Ammar.
Kemudian tuan Ammar pergi perusahaannya untuk mengurusnya, karena putranya masih berada di luar negeri mengurus perusahaan mereka disana.
Hwa, hwa hwa.