Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjalan lancar
Perasaan panik, dan takut bercampur menjadi satu di dalam dada. Logan, Lara, dan Lio berlarian di koridor rumah sakit menuju ruang operasi. Berdasarkan informasi dari Bibi saat ini Mia berada di sana.
Nafas ketiga orang itu terengah, keringat membasahi kening mereka, tapi mereka tidak memedulikan, yang ada di dalam pikiran mereka adalah Mia.
Langkah Logan terhenti diikuti Lara dan Lio ketika sudah di dekat ruang operasi. Pandangan mereka terpaku pada Keira yang duduk seorang di sana.
Keira mendongakkan kepalanya yang tertunduk, menatap ketiga orang itu. Ia beranjak berdiri, menghampiri Logan. Tanpa basa-basi, ia langsung menampar wajah Logan.
PLAK!!!
Logan terkejut begitu pula dengan Lara dan Lio.
Logan menatap Keira seraya memegangi salah satu pipinya yang terasa panas.
"Bagaimana bisa kau membiarkan Mia keluar rumah seorang diri, hah?!" sentak Keira sangat marah. Bayangan kehilangan putranya untuk selamanya terus melintas di benaknya. Ia sangat takut jika hal itu terjadi kepada Mia.
Lara segera menenangkan Keira yang sangat marah pada Logan. "Kei, tenangkan dirimu, dengarkan penjelasan kami," ucap Lara, pelan, seraya membawa wanita itu duduk di kursi tunggu.
"Aku tidak bisa tenang!" jerit Keira, menangis. "Dia sedang berjuang di dalam sana, bagaimana aku bisa tenang!" kata Keira menunjuk ruang operasi.
Logan menarik nafas panjang, lalu mendekati Keira. "Mia kabur dari rumah." Logan berusaha menjelasakan kepada Keira. "Aku tahu kau menyayangi Keira, tapi bukan berarti kau bisa bersikap seperti ini!" tegas Logan, sedikit tidak terima karena wanita itu menamparnya.
Keira menatap tajam Logan. "Jika kalian menjaganya dengan baik mungkin hal ini tidak akan terjadi!" tegas Keira, penuh penekanan.
Logan mendudukkan diri di samping Keira tapi masih dengan jarak cukup jauh. Logan hendak berbicara lagi tapi dengan cepat Lio menahannya agar tetap diam.
Keira mengusap wajahnya dengan kasar, jari kelingkingnya sekaligus mengusap sudut matanya yang basah. "Maaf, aku terlalu emosional," ucap Keira, setelah merasa tenang.
"Tidak, mengapa, Kei. Kami mengerti perasaanmu. Kau menyayangi Mia, jadi wajar saja jika sangat mengkhawatirkannya," jelas Lara, seraya mengusap-usap bahu Keira.
"Bibi Jolie yang melihat kejadian itu. Mia berjalan seorang diri di jalan raya, saat akan menyebrang dia tertabrak truk," papar Keira. Air matanya kembali menetes. Ada rasa menyesal di dalam hatinya karena beberapa hari yang lalu dia mengabaikan gadis kecil itu, bahkan dengan teganya ia menepis tangan Mia hanya karena kesal pada Lara dan Logan.
Logan dan kedua orang tuanya tertunduk pilu. Mereka menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaga Mia. Benar kata Keira kalau mereka ini tidak becus menjaga Mia. Kini mereka hanya bisa berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan Mia.
Hampir 4 jam menunggu, akhirnya operasi selesai.
Keempat orang itu beranjak berdiri ketika melihat dokter keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaan putriku, Dok?" tanya Logan dengan perasaan cemas dan penuh harapan.
Dokter tersenyum, lalu menepuk pundak Logan. "Operasinya berlangsung lancar. Putri Anda selamat dan sudah melawati masa kritis." Dokter memberikan penjelasan.
Mendengar hal itu semua orang di sana merasa lega dan bersyukur.
"Terima kasih, Dokter."
Dokter mengangguk, lalu beranjak dari sana, setelah memberikan penjelasan kalau Mia sebentar lagi akan di pindah ke ruang ICU untuk sementara waktu, karena gadis kecil itu harus di awasi secara intensif oleh tim medis.